Perpaduan Pernikahan Adat Lampung dan Jawa

By NSCHY on under The Wedding

Style Guide

Style

Traditional

Venue

Colors

Vendor That Make This Happened

Akad Nikah

Event Styling & Decor D Petal Decoration

Photography Soe and Su

Bride's Attire Merras

Make Up Artist Mamie Hardo

Pemandu Adat Mamie Hardo

Wedding Organizer Amaya Wedding

Wedding Reception

Venue Balai Kartini

Event Styling & Decor D Petal Decoration

Lighting Orion Prolight

Bride's Attire Sanggar Adiliu Lampung

Make Up Artist Adi Adrian

Hair Do Roy

Wedding Entertainment Andrew Lee

Butuh tujuh tahun untuk Eri merasakan ada sesuatu yang spesial dari diri Nanda. Berteman baik sejak 2006, Eri baru berusaha melakukan pendekatan di pertengahan tahun 2013. “Waktu itu Eri nanyain soal aku ke sahabatku dan bilang kalau dia tertarik dan mau coba deketin aku,” curhat Nanda. Bermula dari momen itu hingga Erin dan Nanda bersama dalam waktu yang cuku lama dan memutuskan untuk menikah. Dengan latar belakang yang berbeda mereka mengusung perpaduan pernikahan adat Lampung dan Jawa. Yuk, kita baca selengkapnya!

Sejak saat itulah Eri sudah mulai menggencar senjata dengan hujanan chat dan ajakan jalan. Tapi sayangnya hanya dianggap santai oleh Nanda. Balik lagi, karena Nanda merasa mereka sudah berteman lama. Di saat yang bersamaan, kebetulan Nanda memang sedang single selama 4 tahun dan susah untuk percaya untuk menerima laki-laki yang membuatnya tidak tertarik dengan pergerakan Eri.

“Dari awal Eri deketin aku, dia udah bilang kalau dia tertarik sama aku dan memang ada maksud lain lebih dari teman. Jujur, diawal aku nggak suka karena menurutku dia terlalu terburu-buru dan aku tekankan sama dia kalau kita cuma temenan aja.”

Sejak penolakan halus itu, Eri menjauh dan kembali lagi satu bulan kemudian dengan Eri yang baru. Yang santai namun tetap menunjukan perhatian dan keseriusannya yang membuat Nanda yakin kalau Eri serius. Perubahan itulah yang membuat mereka menjadi sepasang kekasih tepat di tanggal 14 Desember 2013.

Nggak hanya proses pendekatannya aja yang serius, di awal pacaran pun Eri sudah bilang kalau dia mau menjalani hubungan yang serius dengan Nanda. Hal tersebut terbukti dengan langsung dikenalkannya Nanda ke keluarga Eri, begitu sebaliknya.

Keseriusan Eri nggak berhenti sampai di situ, menjelang akhir tahun 2014, di umur hubungan mereka yang baru menjelang satu tahun, Eri sempat beberapa kali menanyakan Nanda apakah ia sudah siap untuk melanjutkan hubungan ke jenjang selanjutnya. “Saat itu aku masih takut dan ragu-ragu ngebayangin yang namanya pernikahan. Jadi berkali-kali aku selalu bilang untuk jalanin dulu aja pelan-pelan.”

Bisa dibilang, Eri laki-laki pantang menyerah. Tepat di hari jadi mereka yang ke satu tahun, sepulang Nanda dari luar kota, Eri menjemput dengan membawa flower box dan kalung beserta kartu ucapan bertuliskan “Happy Anniversary”. Ternyata, bukan hanya itu, di baliknya, ada tulisan “Will you marry me?”

“Aku tersipu malu dan tetap aku jawab dengan senyuman hahaha,” kenang Nanda.

Seiring berjalannya waktu dan mendalamnya cinta, Nanda dan Eri sama sama yakin atas satu sama lain untuk menjalani hubungan yang lebih serius. Hingga 2 bulan kemudian Eri menyatakan niat baiknya ke orang tua Nanda.

“Orang tuaku sangat welcome dan merestui. Kita langsung atur pertemuan keluarga kita dua minggu setelahnya dan untuk lamaran, aku minta bertepatan dengan hari ulang tahunku yang ke 26.”

Sejak pertemuan keluarga itu, mereka mulai mempersiapkan pernikahannya. Sepuluh bulan merupakan waktu yang untuk mereka mempersiapkan berbagai hal. Ets, tapi tidak dengan betapa perfeksionisnya orang tua Nanda.

“Pernikahan kita lebih banyak diurus oleh Eri, aku dan keluargaku. Tentunya keluarga Eri selalu diberikan update terbaru. Tapi mamaku orangnya detil sekali. Contohnya, untuk souvenir mukena pengajian aja kita sampai cari kain sendiri ke Tanah Abang, bikin kantong untung sepatu tamu yang disablon nama aku dan Eri, dus untuk snack pun dibikin supaya matching dengan semuanya.”

Untuk buku tamupun juga berbeda, buku tamunya berupa kertas yang diletakan di atas papan yang didesain dan dibuat sendiri oleh Mama Nanda dengan peraduan warna gold yang cocok dengan dekorasi pernikahan tersebut. Kertas-kertas itu hanya perlu digabungkan dan dibuat jadi satu buku saat semuanya sudah terisi penuh.

“Memang butuh effort lebih untuk mengganti-ganti kertas. Tapi sepertinya it’s not a big deal for them.”

Awalnya Nanda sedikit pusing dengan hal-hal kecil itu yang harus dikhawatirkan, terlebih lagi pada saat itu kerjaan di kantornya lagi cukup banyak. Tapi setelah semuanya beres, ia mengaku sangat puas dan bahagia.

Untuk pernikahannya, mereka menggunakan prosesi Adat Jawa dan menggunakan pakaian Adat Lampung untuk resepsinya. Sehari sebelum Akad Nikah diadakan acara siraman di rumah kedua belah pihak yang dilanjutkan dengan Midodareni di malam harinya. “Untuk Akad Nikahnya juga menggunakan Adat Jawa jadi aku mendengar prosesi Ijab Qabul dari dalam kamar pengantin dan baru ketemu Eri setelah prosesi Upacara Panggih.” Kenang Nanda.

Adat Lampung dipilih karena itu merupakan tempat asal Ayah Nanda. Karena Nanda adalah anak pertama, ia juga mengalami sedikit kesulitan untuk menyewa vendor untuk sanggar.

“Untungnya keluarga Papaku masih banyak yang tinggal di Lampung. Jadi kami berangkat ke Lampung untuk survey dan langsung jatuh cinta sama sanggar Om Adiliu.”

Untuk pakaian Lampung, Nanda pakai yang masih asli, bukan yang sudah modern. Untuk warnanya pun ia tetap memilih warna aslinya, yaitu putih.

“Aku senang banget karena pakaianku Lampung banget dan mewah dengan kombinasi warna putih dan gold walaupun sejujurnya itu berat banget. Tapi aku puas dan bangga banget.”

Selain warna baju pernikahannya yang memuaskan, Nanda juga puas sekali melihat warna warni di seragam keluarganya yang menurutnya menjadi lebih berwarna. Ditambah lagi, pernikahan tersebut diadakan saat mereka baru saja merayakan hari jadinya yang ke dua tahun.

“Para sepupu pakai kebaya kuning, para tante pakai warna pink, untuk sahabat warna orange, penerima tamu pakai warna merah, among tamu pakai warna hijau dan teman-teman mamaku pakai warna shocking pink.”

Tips dari Nanda, “pokoknya yang paling penting jaga kesehatan dan banyak-banyak berdoa.”

TOP 3 VENDORS:

1. Soe and Su Photography

“Kita bener bener nggak salah milih. Selain hasil fotonya sangat bagus, seluruh timnya ramah, sopan dan menyenangkan banget. TOP bgt deh pokoknya.”

2. Tante Mamie Hardo dan Mas Adi Adrian

“Tante Mamie dan Mba Mita Hardo benar-benar luar biasa, setiap detilnya itu bener-bener di luar bayanganku. Dari mulai memandu adat, doa dan petuahnya, apalagi makeup nya. I was literally the happiest bride! Mas Adi Adrian juga sangat luar biasa, the best make up artist! Dari awal aku kepengen banget di makeup-in sama Mas Adi Adrian dan hasilnya memang benar-benar sangat memuaskan!

3. Amaya Wedding

Dari awal persiapan pernikahan, Syita udah sangat membantu dengan kasih masukan dan ide untuk detail acara pernikahanku. Pas hari H, tim Amaya benar-benar mengatur seluruh cara dengan sempurna dan lancar tanpa kekurangan sedikitpun. Puas banget!