Gereja Katolik memang terkenal akan keindahan arsitekturnya yang menawan. Lihat saja gereja Katedral yang terletak di bilangan Jakarta Pusat. Konon katanya, gereja ini dibangun dengan gaya arsitektur Neo-gotik yang merupakan gaya arsitektur untuk gereja – gereja di Eropa. Karena keindahannya banyak brides-to-be yang beragama Katolik menginginkan pemberkatannya dilakukan di gereja Katedral tersebut. Yang di Indonesia saja sudah sangat indah, lalu bagaimana dengan gereja asli di Eropa sana? Kalian bisa tahu keindahannya setelah membaca cerita kali ini dari Rae dan Tri yang mengadakan pernikahan di Roma.
Rae sudah mengenal Tri sejak kecil karena mereka bertetangga. Hanya saja mereka jarang bertemu. Kemudian setelah lulus kuliah barulah mereka kembali bertemu dan intens berhubungan hingga berpacaran sampai dua tahun lamanya. Di bulan Mei 2014, Tri secara khusus mengajak Rae ke Malang, kota kelahirannya, dan melamar Rae disana.
Awalnya Rae dan Tri menginginkan pemberkatan nikah mereka dilakukan di Vatican. Namun ternyata kapel yang mereka tuju diperuntukkan khusus untuk warga Italia melakukan pemberkatan setiap hari Sabtu. Oleh karena itu, Rae dan Tri memutuskan untuk mencari gereja di Roma. “Persiapan pernikahan kami delapan bulan, sejak Mei hingga Januari. Tantangan terbesar adalah mengurus catatan sipil di Indonesia serta surat – surat gereja karena kami sama – sama berdomisili di Indonesia. Jarang sekali ada pasangan Indonesia yang menikah di Roma. Kalaupun ada, biasanya orang Indonesia yang menikah dengan orang Italia. Mengurus surat – surat gereja di Roma pun juga susah, beruntung kami dibantu oleh Wedding Organizer di Roma. Ada juga romo Indonesia kenalan kami yang membantu mengurus di Roma, kebetulan romo bekerja di keuskupan Roma. Jadi banyak sekali yang membantu,” jelas Rae.
Sekitar 45 undangan yang merupakan keluarga dan sahabat terdekat Rae dan Tri hadir dalam pemberkatan mereka. Gereja tempat Rae dan Tri mengucapkan janji nikah begitu indah layaknya gereja di Eropa kebanyakan. Rae tidak perlu lagi mendekorasi gereja secara berlebih, hanya tinggal menambah bunga dari Ceccotti Flower.
Lucunya, gereja tersebut ternyata berada di lokasi yang cukup tinggi sehingga untuk sampai ke atas Rae dan Tri mesti menaiki sebanyak 124 anak tangga! “Menaiki 124 tangga ke gereja memang butuh perjuangan. Sebenarnya ada jalan pintas agar tidak lewat tangga sebanyak itu namun saya memutuskan untuk tetap memilih tangga agar lebih bagus untuk momen kami berdua,” kenang Rae.
Wedding dress yang dikenakan Rae kala itu sangat spesial. Dress tersebut merupakan hadiah dari adik Rae yang merupakan seorang fashion designer. “Gaun yang sangat indah dan begitu berarti karena adik saya sendiri yang design khusus untuk saya,” ucap Rae. Selain adiknya, Rae menyebutkan Axioo dan Hian Tjen sebagai pihak – pihak yang turut membantunya mewujudkan pernikahan impiannya di Roma.
Satu hal lagi yang unik adalah ketika Rae dan Tri keluar dari gereja selesai melangsungkan pemberkatan nikah. Tamu yang hadir melemparkan beras ke atas kepala mereka berdua bukannya taburan bunga seperti yang biasa terjadi dalam pernikahan. Ternyata ini merupakan kebiasaan orang itali yang menyambut newlyweds dengan beras dengan harapan pasangan tersebut akan beroleh keberuntungan, selalu diberkati dan cepat mendapatkan keturunan. Kita doakan terjadi juga pada Rae dan Tri ya brides!
“Kami memutuskan untuk melakukan destination wedding di Roma karena kami ingin memiliki pernikahan yang berbeda dari the regular ballroom wedding with lots of hundreds people that we might not even know. We chose intimate wedding so that we had time to mingle with friends and family and it was the best day of my life,” ucap Rae menutup pembicaraan.