Pernikahan Adat Koto Gadang di Chakra Venue

By Leni Marlin on under The Wedding

Style Guide

Style

Traditional

Venue

Outdoor

Colors

Vendor That Make This Happened

Resepsi Pernikahan

Venue Chakra Venue

Event Styling & Decor Alexa Decor

Photography Potomoto

Bride's Attire Myrna Myura

Make Up Artist Marlene Hariman

Wedding Organizer Veramo Weddings

Kedekatan Melissa dan Rizky awalnya karena dikenalkan oleh orang-orang terdekat mereka. Kebetulan, saat itu keduanya sedang single. “Jadi, kami pikir nggak ada salahnya berkenalan dulu. Kalau cocok ya bagus, kalau nggak kan bisa jadi teman,” ujar Melissa. Karena terpisah oleh jarak, Rizky di Singapura dan Melissa di Jakarta, mereka hanya berkomunikasi via Instant Messaging. Walaupun jarak memisahkan dan terbatasnya komunikasi, akhirnya hubungan pasangan Melissa dan Rizky belanjut hingga ke pelaminan. Mereka mengusung sebuah pernikahan dengan adat Koto Gadang. Yuk, simak  selengkapnya!

“Kami baru bertemu dan ngobrol langsung 2 bulan kemudian. Ternyata ada banyak kecocokan di antara kami. Percakapan pun tidak membosankan, ada saja yang dibicarakan. Hal itu berlanjut hingga sekarang,” kenang Melissa. Mereka pun keep contact hingga resmi berpacaran pada 8 Oktober 2014.

Pada April 2015, Melissa dan Rizky berlibur bareng di Gili Trawangan. Keduanya memang penyuka pantai. Tanpa disangka-sangka, malam 25 April 2015, Rizky melamar Melissa. “Setelah kita dinner bareng, he’s down on his knee and propose. Surprised banget! Kami memang pernah membicarakan hubungan ini secara serius. Jadi, aku pikir dia nggak akan pakai acara melamar lagi. Ternyata, it’s  beyond my expectation. Aku senang sekali. Tentu saja I said yes.”

Sepulang dari liburan, Melissa segera mengabarkan berita bahagia itu kepada kedua orangtuanya. Langkah selanjutnya adalah menghubungi vendor-vendor serta meminta rekomendasi keluarga dan teman-teman terdekat. Ia juga rajin membuka website pernikahan seperti The Bride Dept untuk mencari alternatif vendor.

Tanggal yang dipilih untuk hari pernikahan adalah 10 Januari 2016. Masih ada 9 bulan untuk persiapan. Bagi Melissa dan Rizky, waktu ini cukup untuk menyelesaikan segala sesuatu. Mereka pun berusaha untuk tetap optimis. Tantangan yang mereka hadapi adalah masalah koordinasi karena saat itu Rizky masih bekerja di Singapura. “Rizky tidak hadir pada sebagian besar pertemuan dengan vendor,” aku Melissa. Namun, dengan komunikasi yang baik, mereka selalu bertukar info setiap ada update, mulai dari kandidat vendor, pricelist, hasil meeting dengan vendor, dan sebagainya.

Dalam hal ini, Rizky sangat membantu dengan aktif mencari info dari temannya yang telah menikah serta memberi saran kepada Melissa. “Aku senang banget karena itu menunjukkan bahwa dia juga excited untuk merencanakan pernikahan kami.”

Prosesi adat yang dijalankan Melissa dan Rizky adalah adat Minang. Meskipun demikian, tidak semua rangkaian upacara adat dilaksanakan, seperti Malam Bainai dan pemberian gelar kepada pengantin pria. Mereka hanya memberikan sentuhan adat Koto Gadang pada pelaksanaan akad. Dalam prosesi adat Koto Gadang, pengantin pria dijemput oleh pihak keluarga pengantin wanita. Peristiwa ini dinamakan Manjapuik Marapulai. Maknanya adalah pengantin pria telah siap menikahi pengantin wanita dan berpindah tempat tinggal ke kediaman pengantin wanita. Setelah itu, pengantin pria yang telah didampingi pihak keluarga pengantin wanita dibawa ke ruang akad. Saat ijab qobul, Melissa dan Rizky pun bersanding.

Awalnya, Melissa dan Rizky menginginkan pernikahan outdoor dengan konsep garden party. Namun mengingat wedding day mereka jatuh pada Januari yang notabene adalam musim hujan, rasanya agak riskan jika acara dilaksanakan full outdoor. Mereka pun mencari venue semi outdoor dan menemukannya di Chakra Venue di The Breeze.

“Aku udah naksir banget sama tempat itu sejak pertama melihat websitenya. Aku menunggu Rizky pulang ke Jakarta untuk survey tempat karena menurutku pemilihan venue itu esensial banget. Sejak pertama survey pun aku langsung jatuh cinta.Wedding chapel-nya bernuansa putih dan pas banget untuk acara akad. Chakra Hall-nya bagus dan suasana outdoor di belakang hall pun enak. Semua terasa pas. Rizky pun setuju dengan konsep semi outdoor dan merasa Chakra Venue tempat yang sesuai,” kisah Melissa.

Konsep resepsi yang mereka selenggarakan adalah nasional. Melissa mengenakan kebaya dan Rizky mengenakan demang. Sentuhan adat Minang hanya terlihat dari dekorasi yaitu standing dulang serta prosesi masuk hall resepsi dengan Tari Galombang dan Tari Pasambahan. Sedangkan untuk pakaian, mereka memilih black and gold. Menurut Melissa dan Rizky, dua warna ini terlihat mewah dan elegan. “Ada juga pendapat dari pihak keluarga yang mengkhawatirkan nuansanya menjadi gelap dan kurang hidup. Tapi dengan kombinasi dekorasi yang pas, warna black dan gold pun jadi indah dan hidup.”

Karena sama-sama memiliki darah Padang, Melissa dan Rizky memilih menggunakan pakaian adat Koto Gadang. Pakaian ini berasal dari Sanggar Djus Masti yang terdiri atas songket dan selendang, baju kurung berbahan beludru yang disebut Batabue dan tutup kepala yang disebut Talakuang. Warna yang dipilih adalah pink tua dengan nuansa keunguan seperti warna kesukaan Melissa. Sementara itu talakuang berwarna kuning supaya kontras dengan warna baju. Aksesori yang digunakan adalah aksesori yang biasa digunakan oleh pengantin wanita dari Padang.

Kebaya yang bernuansa black dan gold untuk resepsi adalah hasil karya Myrna Myura. “Aku suka banget portfolio kebaya karyanya. Ternyata aku nggak salah pilih. Kebaya resepsiku cantik banget dan bener-bener seperti yang aku harapkan. Such an exquisite kebaya and i feel honored to wear and own it. Kebaya ini sangat cocok disandingkan dengan songket tenun benang emas. Saking sukanya, aku sampai tidak memegang bouquet bunga di beberapa sesi beauty shot supaya detail kebayanya terlihat jelas.”

Yang memorable dalam acara bahagia ini bagi Melissa adalah prosesi pergantian pakaian adat pengantin pria dan wanita sebelum akad dan sesudah akad. Setelah ijab qobul dan nasihat perkawinan, Rizky didampingi keluar untuk mengganti baju dengan Baju Gadang berbahan beludru lengkap, sedangkan Melissa ditambahi dengan aksesori yang sudah boleh digunakan setelah menikah seperti kalung dan gelang serta dipakaikan talakuang oleh pihak keluarga pengantin pria.

Pada acara resepsi, ia pun terkesan pada acara pelepasan lampion berbagai warna pada penutupan acara. “Aku dan Rizky turun dari pelaminan dan pergi keluar Chakra Hall menuju jembatan di depan Wedding Chapel. Di ujung jembatan, kami melepaskan lampion dan diikuti oleh orangtua dan teman-teman terdekat. Ini adalah simbol yang melambangkan awal dari kehidupan pernikahanku dan Rizky. Insya Allah akan diwarnai kebahagiaan dan harapan untuk menjadi lebih baik seperti lampion yang terbang kian tinggi.”

Top 3 vendor pilihan Melissa adalah:

1. Myrna Myura

“Mbak Myrna membuatkan sepasang demang dan kebaya yang sangat indah untuk resepsiku. I love every detail of the attire. Bayanganku untuk baju resepsi benar-benar diwujudkan melalui desain yang elegan.”

2. Potomoto

“Tim fotografer dan videografernya sangat kooperatif, sigap dan bisa memenuhi permintaan-permintaan kami yang banyak. Selain itu, hasil foto raw file-nya juga bisa diterima dalam waktu singkat.

3. Marlene Hariman

“I feel in love with her magical touch dan hasil make upnya sangat flawless.

Tips dari Melissa untuk bride-to-be adalah:

“Mantapkan konsep pernikahan yang diinginkan dan jangan mudah goyah. Yang namanya mempersiapkan pernikahan, banyak pihak yang terlibat dan banyak pendapat yang muncul. Yang penting, kedua calon mempelai tetap yakin satu sama lain dan pastikan untuk selalu satu suara.