Vendor That Make This Happened
Akad Nikah
Venue Plataran Dharmawangsa
Event Styling & Decor Dalang Indonesia
Photography Dorcas Picture
Bride's Attire Anggi Asmara
Make Up Artist Irwan Riady
Pemandu Adat Mamie Hardo
Videography Le Motion
Sedari kecil, Ayah Ay, begitu biasa ia dipanggil, sudah sering mengutarakan mimpinya untuk menyelenggarakan pernikahan dengan adat Jawa Totok kelak ketika Ay dewasa. Ay merasa bersyukur bisa mewujudkan impian ayahnya dan juga menjadikannya sebagai pernikahan yang dia inginkan. Pernikahan adat Jawa yang indah diadakan oleh Ay dengan suasana outdoor di Plataran Dharmawangsa. Yuk, simak selengkapnya!
Ay dan Octa bertemu pertama kali pada tanggal 9 Agustus 2014. Mereka patut berterima kasih kepada salah satu teman mereka yang bernama Eric Wirjanata. Pasalnya karena Eric lah mereka bisa bertemu. “Tanggal 7 Agustus 2014, Eric iseng add account Path aku dari handphone Octa. Karena mutual friend-nya banyak sekali dan aku penasaran, jadi aku accept friend request-nya. Awalnya sempat kesal dengan Eric begitu tahu ternyata dia yang iseng. aku kan jadi malu karena sudah accept account Path Octa. Tapi setelah berkenalan, ternyata kita memang sangat cocok dan akhirnya mulai berpacaran sebulan setelahnya, hahaha,” kenang Ay sambil tertawa.
Sebagai perempuan Jawa, Ay diajarkan oleh orangtua untuk tidak memperlihatkan perasaan secara gamblang. Itulah sebabnya saat menjalani masa pacaran, Ay banyak menyembunyikan perasaannya kepada Octa. “Sampai ada di satu hari tengah malam, Octa berhasil memancing aku untuk benar – benar mengungkapkan dengan jujur apa yang aku rasakan. Rasanya seperti detox, aku menangis seperti bayi. Tetapi anehnya, melihat hal itu justru Octa merasa yakin kalau aku sudah benar – benar nyaman dengan dia. Kemudian dia bilang bahwa akan menemui orangtuaku untuk melamarku,” cerita Ay tentang proposal Octa terhadapnya.
Mereka mempersiapkan pernikahan dengan kurun waktu yang sangat singkat. Seperti yang sudah diceritakan di awal, pernikahan ini merupakan wujud dari impian sang ayah Ay. Beruntung keluarga Octa yang berasal dari Sumatera Barat legowo dan malah excited  untuk menjalani prosesi pernikahan adat Jawa. Menurut Ay dan Octa, tantangan dalam mempersiapkan pernikahan ini lebih kepada pencarian vendor yang tepat untuk menyelenggarakan pernikahan adat Jawa Totok lengkap dengan rangkaian prosesinya.
Dulu, Ay dan Ayahnya menginginkan pernikahan Ay diadakan di sebuah rumah ndalem di Yogyakarta, kampung halaman Ay. Namun, Ay menyadari bahwa hal tersebut agak sulit untuk diwujudkan sehingga ia pun mencari venue lain, tetapi tetap dengan karakter Jawa. Di mana ketika tamu memasuki venue, mereka tetap akan merasakan suasana Rumah Joglo di Jawa tengah. “Aku tidak bisa menemukan tempat lain di Jakarta yang lebih cantik dan lebih njawani selain di Plataran Dharmawangsa,” ucap Ay. Meskipun begitu, ayah Ay sempat tidak setuju karena kapasitas venue yang sangat terbatas. Lalu, Ay dan Octa menemukan ide, yaitu menyiasatinya dengan membagi acara tersebut ke dalam dua waktu yang berbeda. Hari pertama diselenggarakan akad nikah dan syukuran pernikahan dengan teman – teman terdekat Ay dan Octa pada sore hari. Kemudian dilanjutkan keesokan harinya dengan resepsi untuk keluarga besar dan kolega orangtua.
“Merayakan ke-Indonesia-an,” begitulah tema dari pernikahan Ay dan Octa. Ay mengaku bahwa dirinya dan Octa merupakan tipikal pasangan yang story teller dan suka melakukan research. Mereka menghadirkan elemen – elemen buatan asli Indonesia yang penuh makna. Mereka berkolaborasi dengan industri dan seniman – seniman kreatif Indonesia yang untungnya merupakan teman dekat keduanya. “Aku, Octa dan bapakku mempelajari literatur tentang keraton Surakarta, rumah Jawa, bunga-bunga, dedaunan lokal, sampai ke kain Indonesia. Kita ingin orang yang masuk ke venue merasa tidak sedang di Jakarta. Lebih serunya lagi, bapakku mencetuskan ide menambah elemen dekorasi berupa orang yang berdandan bak prajurit – prajurit keraton lengkap dengan riasan dan kostumnya. Supaya lebih menghayati!” seru Ay bersemangat.
Untuk dekorasi bunga, Ay menyerahkannya kepada Maya dan Ucha dari Dalang Indonesia. Ay memilih untuk meminimalisir penggunaan bunga dari luar Indonesia. Oleh sebab itu, Maya memilihkan beberapa jenis tumbuhan yang justru jarang tampil dalam dekorasi pernikahan, seperti Canthel, Juwawut, dan Padi – padian. Untuk mempermanis, Maya menambahkan anggrek yang dipadu dengan kain – kain dari Indonesia.
Elemen detail lainnya adalah Sajen Manten berupa Tuwuhan yang terdiri dari pisang dan lainya. Tuwuhan ini sangat spesial karena ayah Ay secara khusus mencari hingga keliling kota Jakarta demi mendapatkan Tuwuhan yang terbaik sesuai pakemnya. Selain itu, terdapat Setting detail meja vintage dengan makanan jajan pasar yang membuat suasana venue seperti rumah ndalem di Yogyakarta.
Yang menarik, Ay sebagai pecinta makanan sehat menyusupkan menu – menu sehat untuk tamu mereka. “Ada nasi merah di rentetan buffet, hahaha. Aku sengaja memilih beberapa menu vegan dan vegetarian juga untuk syukuran sore itu seperti Jamur Istana dan Salad Mangga. Oh iya, jadi biasanya dalam acara pernikahan sering ada toast dengan wine kan. Kali ini kita ganti dengan yang lebih ‘kami’ dan lebih ‘timur’, yaitu Kombucha. Minuman ini juga sebenarnya bisa disebut wine, namun wine dari teh, hehehe. Kombucha alkoholnya rendah dan lebih sehat efeknya ke tubuh dibandingkan wine. Kebetulan Tepian Farm yang membuatnya adalah sahabat kami berdua. Tepian Farm membuatkan 2 rasa yang berbeda, yaitu rosella dan bunga telang untuk melambangkan aku dan octa,” ungkap Ay.
Satu hal lagi yang unik dalam pernikahan Ay dan Octa adalah sesi karaoke untuk para tamu. Inspirasinya berasal dari Octa yang gemar sekali berkaraoke. “Kebetulan kami berteman dengan Om Leo sang punggawa karaokenya. Kita lihat setiap ada Om Leo suasananya menjadi cair dan sangat meriah. Semua bisa berekspresi lepas. Maka akhirnya kita putuskan ada sesi karaoke di pernikahan kita,” cerita Ay.
Ay dan Octa merasa sangat bersyukur dengan pernikahan mereka yang dapat terwujud dengan bantuan dari teman – teman dekat. Mereka memang sengaja memilih vendor yang merupakan teman dekat, supaya dapat memahami gaya dan keinginan Ay serta Octa. Keduanya juga senang ketika acara syukuran dihadiri oleh teman – teman mereka bahkan teman lama yang tinggal dari berbagai negara di luar Indonesia.
Menutup pembicaraan, Ay tidak lupa memberikan pesan dan tips kepada brides to be dalam mempersiapkan pernikahannya. “Persiapkanlah tim lapangan yang terbaik agar hatimu tenang. Karena ketenangan hati adalah kunci segalanya pada hari H. Siapkan personal assistant atau bridesmaid, bukan dari WO ya, yang paling bisa kamu percaya untuk mendampingimu dan mengontrol acara yang berlangsung. Jangan diet ketat menjelang hari H. Terima diri apa adanya, pengantin perempuan pasti cantik jika hatinya tenang. Tidak apa – apa jika tidak sempat mutih atau puasa. Semua itu pilihan, namun jangan makan garam berlebihan, jangan minum yang berwarna dan berminyak menjelang hari H. Perbanyak raw greens living food supaya tubuhmu lebih alkali dan kebal terhadap gonjang ganjing emosi yang sering terjadi menjelang hari H. Makan sehat juga membantu kulitmu lebih bersinar. Pernikahan memang sekali seumur hidup karena itu kita ingin semua yang terbaik. Namun ingat pernikahan ini juga insya Allah sekali seumur hidup untuk pasangan kita dan orangtua kita. Jadi berbagi lah porsi konseptual dan pengambilan keputusan dengan mereka juga supaya semuanya bahagia.”
Top 3 vendor pilihan Ay :
1. Dalang Indonesia
“Mereka bisa jadi story teller yang baik untuk konsep kami dan untuk menyusun cerita itu mereka mau belajar dulu agar menghasilkan sesuatu yang berbeda sehingga tidak salah pakem. Karena setiap prosesi  ada makna dan artinya.
2. Anji Asmara
“Aku memang ingin membuat baju akad nikah bukan menyewa supaya kelak anakku bisa mengingatnya sebagai kenangan hari pernikahan orangtua mereka. Mba Anji dan team-nya bisa merepresentasikan style aku dan Octa yang tidak suka bling bling serta memadukannya dengan pakem kebaya yang njawani. Puas sama hasilnya dan kagum sama etos kerja team-nya mba Anji!”
3. Mamie Hardo
“Dukun manten itu berbeda dengan make up artist. Untuk hal ini bapakku juga turun tangan memilih vendor dukun manten! Hahaha. Banyak hal yang aku dapatkan dari Tante Mamie terutama wejangan – wejangannya yang terucap ketika aku dirias. Saat akan dirias, aku masih memegang handphone dan mengecek ini itu. Lalu beliau minta aku agar berhenti megang handphone sambil mengingatkan bahwa yang terpenting dari pernikahan ini adalah ijab kabul yang diucapkan suamiku. Satu lagi, tangan beliau tidak membuat wajahku jadi ‘orang lain’ namun tetap jadi diriku sendiri.”