Tata cara pernikahan adat Minang cukup banyak bagian-bagiannya. Walaupun terlihat “ribet” tapi hal ini menunjukkan adat Minang sangat kaya akan adat istiadatnya. Dan tentu saja setiap bagian dalam pernikahan adat Minang ini memiliki makna dalam bagi pasangan pengantin.
Mau tahu seperti apa tata cara pernikahan adat Minang? Yuk kita intip keunikannya di bawah ini:
Maresek
Kegiatan ini menjadi proses awal tata cara pernikahan adat Minang. Pihak keluarga wanita akan mendatangi pihak keluarga pria, dan hal ini sesuai dengan sistem kekerabatan di adat Minangkabau. Pihak keluarga yang diutus adalah beberapa wanita yang sudah berpengalaman dalam mencari tau apakah calon pengantin prianya coock dengan calon pengantin wanitanya tidak. Pihak keluarga yang diutus juga biasanya akan membawa buah tangan bagi keluarga calon pengantin pria sebagai simbol sopan santun.
Menimang dan Batimbang Tando
Batimbang Tando memiliki arti bertukar tanda. Menjadi simbol pengikat perjanjian yang tidak bisa dibatalkan oleh sebelah pihak.
Biasanya yang ditukarkan adalah benda pusaka seperti keris, kain adat, atau benda lainnya yang memiliki nilai sejarah bagi keluarga. Setelah ini dilanjutkan dengan acara berembuk mengenai penjemputan calon mempelai pria. Adapun tahapannya yaitu keluarga calon mempelai wanita mengunjungi kediaman keluarga calon mempelai pria.
Pada acara tersebut akan melibatkan orangtua, ninik mamak, dan para sesepuh dari kedua belah pihak. Rombongan yang datang akan membawa sirih pinang lengkap dan disusun dalam carano (tas yang dibuat dari daun pandan).
Mahanta Siriah
Acara ini di mana mempelai meminta izin atau memohon doa restu kepada mamak-mamaknya, saudara ayah, kakak yang telah berkeluarga dan sesepuh yang dihormati. Ritual ini memiliki tujuan untuk memohon doa dan memberitahukan rencana pernikahan.
Calon mempelai pria pada acara ini akan membawa selapah yang berisi daun nipah dan tembakau. Namun sekarang ini diganti dengan rokok. Sedangkan calon memperlai wanita akan menyertakan sirih lengkap.
Babako- Babaki
Acara ini akan diadakan beberapa hari sebelum acara akad nikah berlangsung. Bako berarti pihak keluarga dari ayah calon mempelai wanita. Dan pihak keluarga ini ingin menunjukkan kasih sayangnya dengan ikut memikul biaya sesuai kemampuannya.
Acara ini dimulai dengan calon mempelai wanita dijemput dan dibawa ke rumah keluarga ayahnya. Di sana para tertua akan memberikan nasihat. Dan keesokan harinya, calon mempelai wanita akan diarak kembali ke rumahnya diiringi keluarga pihak ayah dengan membawa berbagai macam barang bantuan tadi.
Perlengkapan yang disertakan biasanya berupa sirih lengkap (sebagai kepala adat), nasi kuning singgang ayam (makanan adat), antaran barang yang dibutuhkan calon mempelai wanita seperti pakaian, perhiasan, lauk pauk yang sudah matang maupun mentah, sampai kue dan lainnya.
Malam Bainai
Acara ini dilakukan pada malam sebelum akad nikah. Bainai menjadi ritual untuk melekatkan jasil tumbukan daun pacar merah (daun inai) di kuku calon pengantin. Tradisi ini memiliki makna sebagai ungkapan kasih sayang dan doa restu para sesepuh keluarga mempelai wanita. Lalu terdapat juga air yang berisikan keharuman tujuh bunga, daun iani tumbuk, payung kuning, kain jajakan kuning, kain simpai, dan kursi bagi calon pengantin.
Calon pengantin wanita pun dibawa keluar dari kamar diapit teman sebayanya dengan menggunakan baju tokoh dan bersunting rendah. Selanjutkan akan berlangsung acara mandi-mandi secara simbolik dengan memercikkan air harum tujuh kembang oleh para sesepuh dan kedua orangtua. Selanjutnya kuku-kuku calon pengantin wanita pun diberi inai. Saat inai dipasang maka akan diiringi syair tradisi Minang di malam bainai disertai bunyi seruling.
Manjapuik Marapulai
Acara ini menjadi ritual paling penting dalam tata cara pernikahan adat Minang. Prosesinya bermula dari calon pengantin pria dijemput dan dibawa ke rumah calon pengantin wanita untuk melangsungkan akad nikah. Lalu pada acara ini pun akan dilakukan pemberian gelar pusaka pada calon pengantin pria sebagai simbol kedewasaan.
Selanjutnya rombongan dari keluarga calon pengantin wanita akan menjemput calon pengantin pria dengan membawa perlengkapan berupa sirih lengkap dalam cerana, pakaian pengantin pria lengkap, nasi kuning singgang ayam, lauk pauk, dan lainnya. Setelah prosesi sambah mayambah dan mengutarakan maksud kedatangan, barang-barang pun diserahkan. Lalu calon pengantin pria beserta rombongan akan diarak menuju kediaman calon pengantin wanita.
Penyambutan di Rumah Anak Daro
Acara ini akan diiringi musik tradisional khas Minang, yaitu talempong dan gandang tabuuk lalu barisan Gelombang Adat timbal balik. Terdiri dari para pemuda berpakaian silat dan disambut para dara berpakaian adat yang menyuguhkan sirih.
Keluarga mempelai wanita akan memayungi calon mempelai pria dan disambut dengan tari Gelombang Adat Timbal Balik. Selanjutnya para sesepuh wanita akan menaburi calon pengantin pria dengan beras kuning. Dan sebelum memasuki pintu rumah, kaki calon pengantin pra akan diperciki air sebagai simbol mensucikan, lalu berjalan menapaki kain putih menuju tempat akad.
Akad Nikah
Akad nikah ini akan dilangsungkan sesuai syariat agama Islam. Diawali dengan pembacaan ayat suci, ijab kabul, nasihat perkawinan dan doa. Acara ini umumnya dilakukan pada hari Jumat siang.
Basandiang di Pelaminan
Setelah akad nikah berlangsung maka kedua pengantin akan bersangding di rumah anak dari. Anak daro dan marapulai akan menanti tamu alek salinga alam dan diwarnai musik dari halaman rumah.
Tradisi Usai Akad Nikah
Setelah akad nikah berlangsung sang pengantin harus melewati beberapa acara adat lainnya, yaitu:
- Mamulangkan Tando. Setelah resmi menjadi pasangan suami istri, maka tanda yang diberikan sebagai ikatan janji saat lamaran akan dikembalikan oleh kedua belah pihak.
- Malewakan Gala Marapulai. Acara ini mengumumkan gelar untuk pengantin pria sebagai tanda kehormatan dan kedewasaan yang disandang sang pengantin pria.
- Balantuang Kaniang (Mengadu Kening). Acara ini akan dipimpin oleh sesepuh wanita dan sang pengantin akan saling menyentuhkan keningnya. Di mana mereka diharuskan duduk berhadapan dengan wajah dipisahkan kipas, lalu kipas diturunkan perlahan. Maka barulah boleh saling menyentuhkan kening.
- Mangaruak Nasi Kuniang. Acara ini diawali dengan sang pengantin saling berebut daging ayam yang tersembunyi di dalam nasi kuning. Memiliki simbol kerjasama antara suami istri dan harus saling menahan diri serta melengkapi.
- Bamaian Coki. Sebuah permainan tradisional Minang serupa catur yang dimainkan dua orang dengan papan mirip halma. Memiliki makna agar sang pengantin bisa saling meluluhkan kekauan dan egonya masing-masing agar terus mesra.
- Tari Payung. Tarian ini dipercaya sebagai tarian pengantin baru. Memiliki salah satu syair berbunyi “Berbendi-bendi ke sungai tanang” yang memilki arti pasangan yang baru menikah pergi ke kola yang dinamai sungai Tanang dan mencerminkan bulan madu. Penari akan menggunakan payung yang melambangkan peranan suami sebagai pelindung istri.
Manikam Jajak
Pernikahan adat Minang belum usai walaupun acara pernikahannya sudah selesai loh. Satu minggu setelah akad nikah, sang pengantin akan pergi ke rumah orangtua serta ninik mamak pengantin pria dengan membawa makanan. Tujuannya untuk menghormati dan memuliakan orangtua serta ninik mamak pengantin pria.
Indonesia memang kaya akan adat dan budaya sehingga menjadikan masing-masing daerahnya unik. Salah satunya tata cara pernikahan adat Minang ini. Ritual adat ini selain penting untuk dilestarikan juga akan menjadikan hari pernikahan kamu lebih berwarna.