Membahas soal pernikahan yang mengambil tema adat tradisional, Indonesia boleh jadi berbangga karena keanekaragaman suku dan budaya. Tak heran jika para calon pengantin Indonesia juga punya banyak pilihan aksesoris adat yang bukan saja megah dan cantik memukau, tetapi sarat dengan filosofi budaya yang kental. Nah, penasaran ingin tahu aksesoris adat favorit para calon pengantin yang cantik dan istimewa? Yuk simak 7 pilihan dari kami berikut ini :
1. Sunda Siger
Masih ingat cantiknya Raisa dalam balutan busana pengantin tradisional plus aksesoris adat berupa mahkotanya? Dinamakan Sunda Siger, mahkota pengantin Pasundan ini terdiri dari ornamen yang padat dengan ukiran, motif dengan detil tinggi dan hiasan permata di sekujurnya.
Umumnya mahkota Sunda Siger terbuat dari bahan logam dengan bobot antara 1.5- 2kg dan dihiasi dengan 6 pucuk hiasan kembang tanjung di bagian belakangnya. Makna dari mahkota Sunda Siger ini erat kaitannya dengan kesetiaan dan pengabdian istri terhadap suaminya. Untuk melengkapi aksesoris adat ini, rangkaian bunga melati turut hadir di bagian kanan dan kiri di bagian depan sebagai lambang kesucian dan kemurnian cinta sang istri untuk suami. Romantis banget yah brides!
2. Suntiang Minangkabau
Aksesoris tradisional lain yang sangat terkenal karena sangat berat saat digunakan adalah Suntiang Minang. Tinggi menjulang memang menjadi khasnya mahkota Suntiang Minang, karena merupakan simbolik atas beratnya tanggung jawab yang harus dipikul sebagai seorang istri di dalam keluarga. Rata-rata Suntiang terdiri dari 5-7 tingkat dengan berbagai variasi dan lapisan dekorasi yang berbeda- beda. Dimulai dari bungo sarunai, bungo gadang, hingga kote-kote di bagian sampingnya, mahkota dari besi dan alumunium ini bisa mencapai hingga 5 kilogram beratnya.
3. Bulang Mandailing
Putri Presiden Jokowi yaitu Kahiyang Ayu tidak saja menjalankan adat pernikahan solo, tetapi juga adat pernikahan Mandailing dari pihak pengantin lelaki. Tak kalah kental dengan adat jawa, Kahiyang tampil dengan mahkota pengantin tradisional bertingkat khas adat Mandailing yang bernama Bulang Mandailing.
Jumlah tingkatan bulang ini bisa mencapai 7 tingkat dengan bahan emas murni, kebayang dong beratnya? Tetapi umumnya sekarang mahkota Bulang sering diganti dengan bahan logam bersepuh emas yang lebih ringan hingga di bawah 1 kg. Untuk maknanya sendiri juga tidak jauh dari kesediaan istri untuk mengemban tanggung jawab yang berat sebagai seorang istri.
4. Aesan Palembang
Di Palembang sendiri, ada 2 jenis busana adat pengantin berikut aksesoris mahkotanya, yaitu Aesan Gede dan Aesan Paksangko.
Pada busana adat Aesan Gede, mahkota adat pengantin wanita disebut Karsuhun yang merupakan mahkota sejak zaman kerajaan Sriwijaya lalu. Sedangkan pada adat Aesan Paksangko mengambil ciri khas akulturasi budaya Tionghoa sejak berabad silam di tanah Palembang.
Nah, walaupun ada sedikit perbedaan, kedua mahkota adat palembang ini tetap menggambarkan kecantikan dan keanggunan ala perempuan Palembang. Hiasan bunga- bunga yang hadir juga melambangkan nilai-nilai religius serta kesucian pernikahan antara pria dan wanita.
5. Gelungan Agung Bali
Gelungan Agung adalah aksesoris mahkota calon pengantin wanita yang sudah eksis sejak zaman kerajaan kuno dan dipertahankan sebagai bagian penting dari kostum pernikahan tradisional sekarang. Dipadati dengan bunga sandat, mahkota bertajuk emas kuning ini ditata dengan lekuk simetris di bagian tengah dahi atau disebut juga srinata. Mahkota pengantin wanita khas Bali ini juga tampil menjulang tinggi dengan bunga kap emas yang mewah di atasnya. Dari segi maknanya, keseluruhan busana pernikahan adat Bali yang disebut sebagai Payas Agung menandakan kesempurnaan atau maha karya sempurna yang serba harmonis.
6. Sigokh Lampung
Sigokh atau Siger khas Lampung mempunyai bentuk khas berupa segitiga dari lempengan logam dengan jumlah lekuk antara 7-9 buah. Siger Lampung ini kemudian juga terpisah menjadi beberapa variasi yang sedikit berbeda sesuai dengan pembagian suku dan tradisi yang dianut oleh keluarga pengantin.
Ada Siger Saibatin yang melambangkan gelar masyarakat pesisiri dengan nuansa kerajaan yang kental sehingga biasanya hanya dipakai untuk pengantin dengan keturunan ningrat. Lalu ada juga Siger Pepadun mewakili sembilan marga dari cikal bakal ulun Lampung dan terakhir, Siger Tuha yang erat dengan zaman Hindu- Buddha yang masih eksis hingga kini.
Walaupun berbeda, makna Siger Lampung umumnya mengarah pada nilai- nilai feminisme serta peranan penting wanita yang mandiri, gigih, dan ulet dalam bersanding dengan pasangan pria.