6 Pro & Kontra Menikah Usia Muda

By Penna on under How To

Jodoh memang tidak bisa ditebak. Ada banyak pasangan yang memutuskan menikah di usia muda karena merasa sudah siap mental dan juga cocok dengan seseorang. Dengan usia rata- rata menikah yaitu 21 tahun, Indonesia menjadi salah satu negara tingkat pasangan nikah muda yang cukup tinggi. Semuanya ini memang tergantung pada keputusan Anda, tetapi pastikan sudah membaca 6 pro dan kontra menikah usia muda berikut ini :

1. Kesiapan Emosional

Sebuah studi menunjukkan bahwa semakin muda usia menikah seseorang, maka semakin tinggi resiko gangguan psikologi, seperti depresi, mood swing, atau gangguan kecemasan di kemudian hari. Membina rumah tangga membutuhkan tingkat kesiapan emosional yang tinggi, yang biasanya bisa dipupuk melalui pengalaman hidup dan pertambahan usia.

Menikah usia muda bisa berarti pasangan belum mantap dari segi emosional sehingga akan terjadi penyesalan di kemudian hari. Tetapi, disisi lain, kesiapan emosional juga tidak bisa diukur dari patokan usia semata. Artinya, ini kembali lagi ke setiap individu, walaupun lebih disarankan agar anda yakin dengan kesiapan emosional bersama.

2. Kesiapan Fisik

Sebuah studi menyebut risiko kematian cenderung meningkat 2 – 4 kali lipat pada wanita yang hamil di usia muda (kurang dari 20 tahun). Hal ini terjadi akibat belum matangnya organ reproduksi wanita di usia tersebut, sehingga meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia, eklamsia, perdarahan setelah persalinan, hingga keguguran saat hamil.

Untuk menghindari hal ini, disarankan agar pasangan berkonsultasi pada dokter tentang resiko kesehatan, dan edukasi cara- cara pencegahan hal- hal yang tidak diinginkan.

3. Potensi Negatif

Ada beberapa hal yang wajib diwaspadai pada pasangan menikah muda, misalnya KDRT dan perceraian usia muda. Menurut hasil sebuah riset, frekuensi Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) pada pelaku pernikahan dini cenderung lebih tinggi. Riset tersebut menunjukkan bahwa dari seluruh pelaku pernikahan dini, 44 persen mengalami KDRT frekuensi tinggi dan 56 persen mengalami KDRT frekuensi rendah.

Sedangkan angka perceraian pada usia 20 – 24 tahun lebih tinggi pada pasangan yang menikah sebelum usia 18 tahun, baik di wilayah kota maupun pedesaan. Alasan perceraian bisa beragam, mulai dari cekcok yang terus-menerus terjadi, perbedaan prinsip, masalah ekonomi, perselingkuhan hingga KDRT.

4. Jarak Usia Dengan Anak

Dengan asumsi pasangan memiliki anak tidak lama setelah menikah, maka jarak antara usia orang tua dengan anak tentunya akan lebih kecil. Ini berarti jenjang antar generasi biasanya juga lebih minimal, sehingga hubungan antara anak dan orang tua cenderung akan lebih harmonis dari sisi perspektif hidup.

5. Stamina

Mengurus rumah tangga itu butuh stamina loh, apalagi kalau sudah memiliki anak. Jika anda menikah usia muda, otomatis dari segi stamina akan lebih stabil dibandingkan dengan mereka yang menikah pada usia lebih lanjut. Bahkan, resiko hamil di usia tua ( diatas 40 tahun) dan melahirkan biasanya akan diiringi dengan komplikasi seperti bayi prematur, kelainan pada kromosom atau genetika janin dsbnya.

6. Finansial

Menikah dan berumah tangga akan membutuhkan banyak biaya. Karena usia tidak  mutlak menentukan tingkat kemapanan seseorang, maka pastikan kondisi finansial kalian yang sudah mantap sebelum memutuskan untuk berumah tangga baik di usia muda atau tidak.