Andra Alodita: 6 Things to Discuss Before Getting Married Pt. 1

By The Bride Dept on under How To

Sebelum menikah, banyak sekali yang harus didiskusikan dengan pasangan agar kehidupan mereka setelah menikah nanti relatif lancar dan harmonis. Sayangnya banyak pasangan yang melewatkan hal ini. Oleh karena itu, kali ini The Bride Dept mengundang Andra Alodita, lifestyle blogger yang cantik ini untuk berbagi cerita mengenai hal apa saja sih menurut dia yang harus di diskusikan dengan calon suami sebelum menikah! Yuk baca apa kata Andra mengenai hal ini!

Pesta pernikahan tentunya menyita banyak waktu dan pikiran para pasangan yang ingin segera mewujudkan hari impian mereka. Sayangnya, terkadang karena terlalu fokus dengan persiapan hari pernikahan, tidak sedikit pasangan yang lupa mendiskusikan beberapa hal penting sebelum resmi menjadi pasangan suami-istri. Walaupun terkadang banyak pasangan yang mengaku sudah mendiskusikan hal-hal penting dalam pernikahan tetap saja banyak sekali yang belum siap mental menghadapi realita pernikahan yang sesungguhnya.

Dari pengalaman saya, gak sedikit loh, teman-teman saya yang baru menikah 1 minggu sudah mengeluh tentang hal-hal yang tidak disukai dari suaminya atau keluarga besar sang suami. Lebih fatalnya lagi, hal yang diributkan biasanya karena tidak ada komunikasi mendalam sebelum menikah.

Saya termasuk orang yang sangat beruntung, karena ibu mertua saya adalah seorang marriage counselor. Enam bulan sebelum saya dan suami menikah, kami berdua sudah dibekali oleh nasihat dan bimbingan tentang pernikahan. Bukan hanya soal, nanti kalau sudah nikah, beda loh sama pacaran – tapi lebih kepada apa saja yang harus didiskusikan oleh kedua pihak sebelum sama-sama dipersatukan lewat pernikahan.

Berikut apa saja yang perlu didiskusikan terlebih dahulu sebelum menikah.

1. Agama

Percaya atau tidak, agama adalah hal yang sangat penting dalam pernikahan. Berbeda agama atau pun sama, sebaiknya didiskusikan terlebih dahulu dengan pasanganmu sebelum menikah karena masing-masing datang dari latar belakang yang berbeda. Bagaimana Anda akan merayakan hari besar keagamaan atau bagaimana cara mengatur perbedaan agama dalam rumah tangga. Saya dan suami memang satu kepercayaan, tapi dari awal menikah saya sudah bilang bahwa keluarga dan teman dekat saya mayoritas yang merayakan Natal dan Imlek. Hal-hal seperti ini penting untuk saya karena saya sangat menghormati tradisi dan kepercayaan keluarga besar saya, untungnya suami tidak ada masalah dengan hal seperti ini. Setiap tahun di kala Lebaran, saya dan suami juga selalu memberi kebebasan masing-masing untuk memilih lokasi Shalat Ied. Dengan cara seperti ini, tentunya kami jadi lebih saling menghormati dan menghargai.

2. Waktu dan Prioritas

Bagaimana pembagian waktu setelah menikah nanti untuk diri sendiri, pasangan, keluarga, teman, dll? Apa prioritas pasanganmu? Apakah itu karier, keluarga, anak atau hal lainnya? Sangat baik jika hal ini didiskusikan terlebih dahulu, mengingat banyak sekali kasus-kasus seperti kurangnya quality time atau perbedaan prioritas dalam rumah tangga.

Tentunya cara mengelola waktu dan prioritas sebelum menikah dan sesudah menikah sangat berbeda, ada baiknya jika kedua belah pihak mempunyai persamaan prioritas dan pembagian waktu. Saya dan suami sepakat dari awal menikah untuk selalu meluangkan waktu dengan keluarga minimal 1x dalam seminggu. Bahkan jika hari libur atau liburan panjang, kami sengaja menginap di rumah orang tua secara bergantian supaya bisa mengobati rindu kami dengan orang tua. Sedangkan soal prioritas, kami sangat beruntung karena dari sebelum menikah, kami mempunyai prioritas yang sama dan sejalan. Hal mengenai prioritas juga selalu kami didiskusikan seiring berjalannya waktu. Dengan menentukan kesepakatan untuk prioritas bersama atau prioritas masing-masing, kami saling merasa nyaman dan tidak terbebani dengan prioritas kami.

3. Financial

Di jaman modern seperti sekarang, banyak sekali pasangan-pasangan yang harus bekerja karena kebutuhan rumah tangga hingga tuntutan lifestyle pun semakin banyak. Tidak heran kalau pasangan suami-istri harus bekerjasama untuk mengatur keuangan rumah tangga. Tidak bisa dipungkiri bahwa urusan finansial adalah salah satu urusan yang paling sensitif dalam pernikahan. Ada baiknya sebelum menikah, kedua belah pihak sama-sama terbuka dalam mendiskusikan hal ini. Apakah nanti tabungan suami dan istri akan digabung? Apakah nanti semua penghasilan suami masuk ke rekening istri? Siapa yang akan mengelola keuangan dalam rumah tangga? Jika jenjang karier dan penghasilan istri lebih tinggi, maukah istri berbagi penghasilan dengan suami atau bahkah menafkahi suami jika suami sedang tidak punya pekerjaan? Berapa banyak uang yang akan ditabung setiap bulannya?

Satu hal yang perlu diingat, jika suami dan istri sudah dipersatukan oleh pernikahan tentunya rejeki yang didapat oleh masing-masing merupakan rejeki pasangan. Siapapun yang lebih besar penghasilannya, harus menanggap itu rejeki pasangan – bukan hanya rejeki masing-masing lagi. Hal ini sangat penting untuk diingat karena saya hidup di lingkungan para freelancer, dimana setiap bulan income yang masuk tidak selalu stabil. Kuncinya adalah komunikasi secara berkala tentang keadaan finansial rumah tangga dan cari solusi bersama untuk mengatur keuangan. Carilah waktu yang tepat dan nyaman untuk membicarakan soal finansial, karena jika tidak dibicarakan, justru akan bertambah rumit di kemudian hari.

Saya sendiri memakai cara joint bank account untuk membayar semua tagihan bulanan, shopping, investasi dan tabungan masa depan. Tapi untuk hobby atau traveling, kami pisah rekening karena kami punya hobi yang berbeda.

Ya, 3 hal inilah yang menurut Andra merupakan hal yang harus kamu diskusikan dengan calon suami kamu sebelum menikah? Sudahkah kamu melakukannya? But remember, these are the only first 3 out of 6 things you need to discuss before getting married! Do you want to know what’s the rest? Stay tuned to find out!