Acara Pernikahan yang Memadukan Adat Jawa Jogja dan Jawa Solo Kental ala Putri dan Mahessa

By Enya on under The Wedding

Acara Pernikahan yang Memadukan Adat Jawa Jogja dan Jawa Solo Kental ala Putri dan Mahessa

Style Guide

Style

Traditional

Venue

Hall

Colors

Vendor That Make This Happened

Venue Assembly Hall Menara Mandiri Lt.10

Event Styling & Decor Griyo Palastri Decoration

Photography Imagenic

Make Up Artist Marlene Hariman

Hair Do Ibu Tienuk Riefki

Bride's Attire Akad by Anindya Kirana Mantik

Pemandu Adat Ibu Tienuk Riefki

Catering Alfabet Catering

Wedding Organizer IKK Wedding

Wedding Shoes Vaia

Seserahan Seserahan Manten

Wedding Entertainment Deo Entertainment

Souvenir Sorak Sorai

Master of Ceremony Donny Soemarsaid

Master of Ceremony Liz Widowati Darmono

Others Bridesmen Attire by Sanggar Chandrarini

Perkenalan pertama Putri dengan Mahessa terjadi di Bali pada bulan Agustus 2017 silam. Saat itu Putri yang memang tinggal di Bali sedang datang ke suatu tempat untuk menemui temannya yang sedang berlibur disana. Putri dikenalkan dengan Mahessa yang merupakan sahabat suami teman Putri yang kebetulan ada di tempat yang sama. First impression Putri terhadap Mahessa saat itu sebenarnya kurang begitu baik karena menurutnya, sosok Mahessa adalah sosok yang sedikit ‘tengil’ dan kebetulan waktu itu Putri juga sudah memiliki pacar, jadi ia hanya menganggap perkenalan itu hanya perkenalan biasa.

Kala itu mereka hanya bertukar nomor ponsel dan ngobrol mengenai pengalaman mereka sebagai sesama anak rantau di Bali. “Pekerjaan saya sebagai Dokter Gigi ternyata nyambung banget dengan bidang usaha Mahessa yang memiliki klinik gigi di Bali,” cerita Putri. Perkenalan singkat itu pun berhenti sampai disitu, sampai akhirnya di bulan Februari 2018 mereka mulai berkomunikasi lagi saat Putri sedang mencari lowongan praktik dokter gigi. Kebetulan, Mahessa saat itu juga sedang mencari kandidat Dokter Gigi untuk praktik di klinik miliknya. Namun komunikasi mereka terjalin hanya sebatas pekerjaan, karena Putri masih memiliki pacar dan Mahessa pun saat itu telah bertunangan dengan wanita lain.

Beberapa bulan kemudian Putri pun putus dengan pacarnya karena masalah perbedaan agama, dan tidak lama setelahnya ia mulai berkomunikasi lagi dengan Mahessa. Bermula dari DM di Instagram saat Putri memberikan komentar mengenai postingan Mahessa mengenai kliniknya yang baru, sampai akhirnya obrolan pun berlanjut dengan obrolan berjam-jam melalui telp, dimana mereka berdua menyadari kalau mereka saat itu baru putus dengan pasangan masing-masing dan berstatus sama-sama single.

Putri dan Mahessa pun akhirnya janjian untuk bertemu tepatnya di malam takbiran, malam sebelum lebaran, di Jakarta. Mereka berdua jalan, nonton dan dinner bareng di Pondok Indah Mall yang akhirnya berlanjut sampai mereka bertemu kembali di Bali dan akhirnya memutuskan untuk mulai pacaran. Tepat satu bulan pacaran, Ibunda Putri datang ke Bali secara tiba-tiba dan mengetahui kalau anaknya sudah memiliki pasangan baru. Mengetahui bahwa Mahessa sama-sama orang Jawa dan seiman dengan Putri, sang Ibu sepertinya merasa lega dan akhirnya Mahessa pun diajak oleh keluarga Putri, termasuk Ibu, kakak dan tante Putri, untuk ikut jalan-jalan selama di Bali.

Saat jalan-jalan, Ibunda Putri langsung mengajak mereka untuk membahas mengenai rencana hubungan mereka kedepannya. “Kami seperti ditodong oleh Ibu saya untuk buru-buru menikah dan meminta Mahessa untuk datang ke rumah keluarga kami dengan keluarganya, untuk melamar, di bulan Oktober,” cerita Putri. Tanpa disangka, Mahessa ternyata menyanggupi permintaan ibunda Putri dan ia pun langsung mengatur waktu dengan keluarganya untuk mulai merencanakan niatnya melamar Putri. “Jadi sejujurnya saya tidak pernah merasakan dilamar dengan sweet proposal seperti yang biasa ada di film-film, hehe..” tambahnya.

Acara Pernikahan yang Memadukan Adat Jawa Jogja dan Jawa Solo Kental ala Putri dan Mahessa

Acara pernikahan Putri dengan Mahessa diselenggakan dengan menggunakan adat Jawa Kental sesuai pakem yang ada, karena memang mereka berdua sama-sama orang Jawa. Untuk prosesi Siraman, Midodareni dan Resepsi mereka menggunakan adat Jawa Jogja Putri karena Ibunda Putri dan Ayah Mahessa sama-sama berasal dari Jogja. Untuk prosesi akad nikah, mereka memilih menggunakan adat Solo Putri yang secara khusus diangkat untuk menghormati sisi keluarga dari pihak Ayah Putri.

Acara Pernikahan yang Memadukan Adat Jawa Jogja dan Jawa Solo Kental ala Putri dan Mahessa Acara Pernikahan yang Memadukan Adat Jawa Jogja dan Jawa Solo Kental ala Putri dan Mahessa

Pemilihan adat Solo Putri untuk prosesi akad nikah ini sebenarnya sempat diwarnai drama karena ada beberapa pihak dari keluarga yang keberatan dengan adanya proses pergantian adat di dalam satu acara. Di sisi lain, Putri tetap ingin menggunakan adat Solo karena selama ini, pernikahan kakak-kakak Putri selalu menggunakan adat Jogja dan Putri ingin sekali ini, di acara pernikahannya, ia mengangkat adat Solo untuk menghormati sang Ayah. Meskipun begitu, permasalahan ini dapat diselesaikan dengan baik dan seluruh susunan acara berjalan dengan lancar, meskipun di keluarga mereka ada sebagian yang mengenakan pakaian ragam Solo dan sebagian lagi mengenakan pakaian ragam Jogja, “jadi terlihat sangat Bhineka Tunggal Ika,” canda Putri.

Acara Pernikahan yang Memadukan Adat Jawa Jogja dan Jawa Solo Kental ala Putri dan Mahessa

Dari seluruh rangkaian pernikahan dengan adat Jawa yang kental, menurut Putri momen yang paling tidak terlupakan adalah saat proses Tumplak Punjen. Karena Putri merupakan anak bungsu dari lima bersaudara, dan Putri merupakan anak terakhir yang dilepas untuk menikah di keluarga, Ibunda Putri pun memasukkan prosesi Tumplak Punjen yang dilaksanakan setelah prosesi Panggih.

Proses Tumplak Punjen sendiri berasal dari kata tumplak atau tumpah (keluar semua) dan punjen (sesuatu yang dipanggul) yang bermakna bahwa anak merupakan tanggungan orang tua. Punjen dapat diartikan juga sebagai simbol harta benda hasil jerih payah orang tua. Sehingga acara ini dimaksudkan sebagai tanda bahwa bahwa orang tua telah menyelesaikan tugasnya mendidik dan menikahkan semua anak-anaknya. Acara ini umumnya dilakukan dengan seluruh anak, cucu, menantu yang berkumpul kemudian diwakili oleh anak tertua, mengucapkan terima kasih, permohonan maaf dan doa restu kepada kedua orangtua.

“Momen acara tumplak punjen ini memang yang paling mengharu biru dan terasa amat sakral karena kami semua sungkem menangis dan memohon maaf kepada orang tua atas segala kesalahan yang telah kami perbuat dan memohon restu untuk menjalankan kehidupan baru,” ujar Putri. Setelah selesai dengan sungkeman, kedua orang tua kemudian mulai menyebarkan biji-bijian, beras, dan uang yang tercampur dalam satu wadah untuk disebarkan ke para tamu undangan.

Dalam mempersiapkan pernikahannya, tantangan terbesar menurut Putri adalah komunikasi karena ia dan Mahessa berdomisili di Bali sedangkan acara pernikahan diselenggarakan di Jakarta. Meskipun begitu ia bersyukur karena pemilihan paket wedding di Hall Menara Mandiri sudah mencakup wedding planner dan organizer, jadi ia sangat terbantu dalam hal komunikasi dengan vendor dan keluarga di Jakarta. Proses persiapan pernikahan ini benar-benar bergantung pada e-mail dan WhatsApp, yang membantu Putri dan Mahessa untuk tetap bisa memantau persiapan acara pernikahan mereka dari jauh.

Acara Pernikahan yang Memadukan Adat Jawa Jogja dan Jawa Solo Kental ala Putri dan Mahessa

Tantangan lainnya adalah adanya perbedaan selera antara keluarga Putri dengan Putri sendiri. Putri mengaku kalau ia adalah orang yang sangat detail oriented dan keras kepala sampai akhirnya pihak keluarga pun sempat kesal sampai Putri sempat dikeluarkan dari grup keluarga. “Karena saya terlalu cerewet dan akhirnya di-kick dari grup, dan tidak terhitung berapa kali saya memohon kepada wedding planner saya untuk mengeluarkan saya dari grup pernikahan karena saya bertengkar terus dengan keluarga, hehe..” tambahnya. Tapi meskipun begitu, semua pihak yang terlibat dalam proses persiapan pernikahan ini mengingingkan yang terbaik, dan acara pun berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana.

Top 3 vendor pilihan Putri:

1. IKK Wedding

“Saya benar-benar puas dengan kinerja serta service dari IKK Wedding, personal wedding planner kami sangat helpful dan sudah seperti keluarga sendiri. Mereka sangat fair, karena sempat terjadi miskomunikasi mengenai masalah akad yang seharusnya dilaksanakan di depan pelaminan akhirnya tidak bisa dilakukan karena pengantin di Lt. 9 sudah memblok tidak boleh ada acara di Lt.10. Sehingga pihak IKK secara personal datang ke rumah keluarga kami untuk memohon maaf dan memberikan solusi pengganti untuk dilaksanakan akad di Lt. 8 dimana untuk biaya dekorasi ditanggung oleh mereka dan diberikan compliment lainnya. Intinya saya dan keluarga sangat puas dengan kinerja mereka.“

2. Marlene Hariman

“MUA terbaik dengan etos kerja yang sangat profesional. Tidak rugi saya buru-buru mem-booking tanggal Mba Marlene sebelum saya mendapatkan gedung. Makeup-nya sangat flawless, natural, dan tidak berlebihan dan sangat cocok bersanding dengan paes tradisional Jawa yang saya gunakan.

3. Griyo Palastri Decoration

“Mas Eko dan Pak Hadi bisa menerjemahkan keinginan saya dan ibu saya dengan sangat baik. Ibu saya sendiri seorang dekorator, sehingga dia sangat menekankan kepada saya untuk memilih dekorasi yang banyak menggunakan bunga segar. Untuk dekorasi sendiri merupakan fusion Jawa modern dengan bunga tropis yang memiliki tone warna ungu, pink, fuchsia dan champagne. Bahkan Mas Eko dan Pak Hadi juga memberikan compliment booth jamu yang manis sekali untuk para tamu undangan.

Putri juga memberikan tips untuk brides-to-be yang sedang mempersiapkan acara pernikahan:

Tips untuk para brides-to-be adalah banyak-banyak mencari info mengenai vendor detail pernikahan sebelum kalian menikah. Lakukan survei perbandingan pada setiap vendor untuk melihat kekurangan dan kelebihan mereka, sehingga kalian merasa yakin ketika memilih vendor tersebut karena kalian sudah melakukan survei. Dan pada akhirnya se-cerewet dan se-perfeksionis apapun, kita harus bisa ikhlas dan let it go ketika Hari-H pernikahan karena terkadang tidak semua hal bisa berjalan sesuai dengan keinginan kita.