Vendor That Make This Happened
Akad Nikah
Venue Pine Forest Camp Lembang
Event Styling & Decor Airy Designs
Photography The Portrait Photography
Videography The Portrait Photography
Bride's Attire Didiet Maulana
Make Up Artist Adi Adrian
Jewellery & Accessories Rinaldy A. Yunardi
Catering Tumpeng Tradisional by Anita Ratna Kumala
Others Wedding Shoes by Bride Series
Groom's Attire Rama Dauhan
Wedding Organizer Ayodya Wedding
Wedding Reception
Bride's Attire Mel Ahyar
Others Wedding Shoes - Tote Shoes
Wedding Cake Pompidou Tweets
Others Dessert - Delico
Pada hari Senin, 27 April 2015, Andien dan Ippe mengikat janji suci perkawinan mereka di Pine Forest Camp, Lembang. The Bride Dept pun memperoleh kesempatan untuk hadir dan menyaksikan pernikahan Andien dan Ippe yang sangat sakral dan intimate tersebut. Tidak hanya itu, kami pun terkesima dengan konsep yang sangat unik namun tetap bisa menjadi inspirasi.
Hari ini kami pun memperoleh kesempatan untuk berbicara dan mengobrol langsung dengan Andien tentang bagaimana ia mempersiapkan pernikahan ini, apa saja tantangan yang ia dan Mas Ippe hadapi. Yuk simak ceritanya di sini.
Apa yang membuat Andien justru memikirkan untuk menikah di hutan dan bukan pantai seperti trend akhir-akhir ini?
Sebenarnya hal ini berangkat dari latar belakang pekerjaan aku dan mas Ippe. Kebetulan kami berdua ini memang memiliki pekerjaan di bidang entertainment. Aku penyanyi dan mas Ippe adalah wedding photographer. Dengan pekerjaan ini, kita berdua sering banget menghadiri pesta pernikahan. Jadi dari awal kita sudah kekeuh kalau nanti kita menikah, kita tidak akan menyelenggarakannya dengan suasana seperti kita sedang bekerja yaitu di gedung. Tapi waktu itu kita belum kepikiran di mana. Pokoknya kita pengen hanya yang private dan harus di alam. Karena kita berdua memang suka sekali dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan nature.
Nah tadinya mas Ippe maunya di pantai. Tapi sepanjang pengalaman kita, pernikahan di pantai itu selalu panas dan akhirnya membuat kita dan tamu yang datang jadi kurang nyaman. Jadi ketika itu aku bilang ke mas Ippe, “Kayaknya mendingan kita di gunung aja deh.”
Lalu Andien tahu dari mana mengenai lokasi hutan pinus ini? Karena sejujurnya pasti banyak yang tidak tahu ada hutan seperti ini di Lembang! Bisa buat menikah lagi!
Nah ini pun aku nyari nya sampai muter keliling Indonesia. Mulai dari Sumatera, Ubud, Flores sampe Ambon! Sampai akhirnnya dapat masukkan dari teman bahwa ada hutan pinus bagus di Tangkuban Perahu. Lalu aku dan mas Ippe keliling lah seharian ke 6 hutan yang lokasinya ada di Jawa Barat semua untuk memastikan bahwa ini memang tempat yang kita inginkan. Ternyata banyak banget lho hutan yang cantik-cantik di Jawa Barat! Dan tiap hutan punya karakteristik yang berbeda. Lalu sampailah kita di Pine Forest Lembang ini dan kita langsung jatuh cinta. Dibandingkan hutan yang lain, Pine Forest ini bisa dibilang memiliki akses dan fasilitas yang lebih lengkap.
Sebenarnya kan lokasi ini adalah lokasi camping. Lalu bagaimana bisa membuat nya menjadi venue pernikahan?
Iya jadi pernikahan kita ini adalah pernikahan pertama yang pernah dibuat di Pine Forest Camp. Jadi pas pertama, pemiliknya pun sempat ragu, “Apa benar bisa dibuat jadi venue wedding?” Dia sampai datang lho pas akad nikah karena ingin make sure bahwa memang tempat ini bisa menjadi venue wedding. Haha. Tapi kita dari awal memang yakin bahwa tempat inilah yang kita inginkan.
Lalu gimana soal konsep pernikahan ini sendiri?
Nah jadi dari awal kita berdua sudah menyusun moodboard bahkan ketika kita belum tahu vendor nya siapa saja. Mungkin bisa dibilang konsepnya sebenarnya adalah raw/kinfolk wedding. Kenapa raw? Karena memang kita pengen pernikahan dan dekorasi kita ini terlihat apa adanya. Tidak berlebihan dan tidak cantik seperti pesta kebanyakan. Contohnya untuk meja dan kursi ketika pesta kemarin itu, kita minta ke Airy Designs untuk membuatnya dari kayu bekas. Jadi bukan kayu yang baru dipotong dan tidak di-furnish sama sekali. Bahkan meja dan kursi ini sudah kita tempatkan di venue satu minggu sebelum hari H. Kenapa? Karena kita ingin mereka menyatu dulu dengan alam. Jadi terkena hujan, angin, kabut dan matahari supaya nantinya juga terlihat alami. Kita nggak ingin terlihat tiba-tiba di tengah hutan ada meja dan kursi yang cantik.
Lalu inspirasi lainnya juga memang dari Kinfolk dinner (rangkaian acara makan malam yang diadakan Kinfolk magazine). Aku memang selalu terkesan dengan dinner yang mereka lakukan. Suasananya santai dan bisa mingle juga dekorasinya simple tapi berkesan! Jadi mungkin keyword nya: raw, kinfolk dinner, pine forest wedding.
Jadi bukan rustic ya?
Kalau rustic sepertinya bukan ya. Soalnya kalau aku cari inspirasi di internet, inspirasi untuk rustic wedding itu biasanya masih cantik. Jadi biasanya masih ada chandelier, bunga dan lainnya. Tapi di wedding ku ini, aku memang nggak mau ada cantik-cantiknya sama sekali. Maunya justru yang terlihat rusak! Haha! Jadi mungkin kalau dibilang tema rustic, agak kurang tepat.
Salah satu yang unik dari pernikahan kamu ini adalah soal no flower rules! Nah bisa cerita nggak soal ini?
Iya ini adalah bentuk dari idealisme kita yang memang dari awal mau strict terhadap tema yaitu raw/kinfolk wedding. Dari awal aku sudah wanti-wanti ke dekorator kita, Airy Design, untuk tidak terlalu banyak memakai bunga dan kalau pun memakai bunga, jenisnya pun bukan rose atau mawar. Lalu Airy men-suggest untuk memakai bunga ranunculus karena bunga ini cantik tapi masih jarang di pakai sehingga unik. Tapi aku request untuk dimasukkan sedikit lavender dan juga pine cone ke dalam seluruh dekorasi.
Kenapa pine cone? Karena supaya menyelaraskan dengan tempatnya sendiri. Jadi di meja, kita tempatkan pine cone di sana. Lalu di boutonnieres mas Ippe, best man dan groomsmen juga ada pine cone-nya.
Ada challenge kah dari orang tua karena pernikahan kamu ini kan sangat intim dan jaraknya juga bukan di tengah kota?
Dari awal sih aku sudah bilang ke orang tua kalau kita ingin pernikahan yang sangat intim. Jadi mereka sudah mengerti. Bahkan sebenarnya dulu aku dan mas Ippe pengennya menikah di Turki lho! Haha.
Challenge apa lagi yang Andien dan mas Ippe temui dalam mengeksekusi dream wedding ini?
Challenge paling berat menurutku adalah bagaimana mewujudkan idealismeku ini sih, jadi us vs our ego. Tapi menurut ku ya harus dituruti sebisa mungkin karena ini kan once in a lifetime ya. Contohnya ketika kami memutuskan tanggal pernikahan, Mas Ippe bilang harus tanggal 27. Tapi waktu itu aku agak ragu karena itu kan hari Senin tetapi mas Ippe bilang itu adalah tanggal jadian kita juga sehingga akan lebih bermakna juga untuk kita berdua. Orang sih pada kaget juga ketika kita bilang hari Senin. Nah ini bukan hal yang mudah karena para tamu kita jadi harus ambil cuti dan rela menyetir 4-5 jam dari Jakarta kesini. Alhamdulillah, semuanya pada dateng dan pada niat ngikutin dresscode nya. Aku pun nggak nyangka banget dan senang banget!
Contoh lainnya adalah soal pemakaian tenda. Aku dari awal memang tidak mau pakai tenda supaya memang stick to the theme. Aku juga yakin bahwa tidak akan hujan dan menurutku pawangku keren banget! Pawang Persib lho! Haha. Tapi mas Ippe bilang kita serahkan saja ke Tuhan. Kalau misalkan memang harus hujan, ya memang harus begitu. Untungnya, hujan hanya turun ketika saat makan malam dan berhenti sebelum first dance. Satu hal yang bikin aku terharu, ketika hujan itu nggak ada satu pun orang yang beranjak dari tempat duduknya. I have amazing friends and family!
Bagaimana soal catering kemarin? Bagaimana pemilihannya?
Nah ini juga unik ceritanya! Jadi kalau menurutku, makanan dan minuman yang disuguhkan ke tamu pernikahan itu penting banget. Nah, kebetulan aku punya teman yang ibunya kalau masak itu enak banget! Homemade banget jadi cita rasa ibu sekali! Jadi aku minta beliau untuk masak. Ketika kami minta menyiapkan makanan di pernikahan kami, beliau sampai menangis terharu.
Lalu kita bilang detail kita lah. Tapi ternyata masalahnya adalah tante Nita nggak punya semua peralatan dan staff catering-nya. Di situ mulai aku mulai pusing! Lalu akhirnya aku inisiatif untuk beli baru semuanya! Aku minta saudaraku untuk mencari peralatan makan di Progo, Jogjakarta. Lalu temanku, Rama Dauhan, mencari sendok dan garpu ke Ubud. Mamaku juga mencari tabung reaksi kimia yang kita gunakan untuk minuman itu di pasar Pramuka.
Lalu momen paling menyentuh buat Andien itu apa saja?
Wah banyak! Ketika khotbah sebelum akad nikah, ketika aku walking down the aisle sama ayahku, ketika wedding vow, ketika first dance, semuanya deh! Buatku semua momen sangat berharga! Sejujurnya aku takut banget pagi hari sehabis pernikahan aku akan bangun dan merasa “Udah nih? Gini nih? Oh gini aja toh!” Karena itu yang banyak teman-temanku bilang ke aku tetapi aku merasa bersyukur karena hal itu nggak terjadi sama aku karena aku benar-benar enjoy and live every moment.
- Photo Courtesy of The Portrait Photography
Kalau cerita lucu?
Aku nggak tahu kalau KUA itu bisa diwakilin! Jadi beneran aku dan mas Ippe bela-belain berdua datang ke Lembang dari Jakarta untuk mengurus semua surat ini. Baru tahu belakangan kalau ternyata semua bisa diwakilin! Tapi ini memorable banget buat kita!
Nah ada nggak tips and trick dari Andien untuk para calon pengantin lain yang mau menikah outdoor seperti Andien?
Ada 4 hal yang menurutku paling penting!
1. Konsep
Di outdoor ini ada limitation dalam membuat konsep. Berbeda dengan indoor yang kamu sebenarnya bisa eksplorasi dan membuat konsep apapun yang kamu inginkan. Kalau outdoor, kamu harus menyesuaikan dengan alam di luar.
2. Venue
Venue ini menurutku penting banget karena akan menentukan ambiance dari keseluruhan event. Penting juga untuk menentukan jarak dan kenyamanan tamu untuk datang ke sana. Kemarin pas akad nikah menurutku itu sakral banget karena ketika mas Ippe ijab kabul, nggak ada suara apapun kecuali suara angin dan gemerisik dedaunan. Hal ini yang mungkin nggak bisa didapatkan kalau kamu melakukan wedding indoor.
3. Pawang hujan
Walaupun akhirnya hujan juga, tapi berjaga-jaga saja.
4. Crowd
Nah ini penting banget. Kamu harus liat apakah tamu-tamu kamu jenis orang yang akan have fun dengan outdoor atau nggak. Kalau misalkan mereka memang bukan jenis orang yang tidak suka dengan kegiatan outdoor, lebih baik menikah indoor saja.