Apakah Kamu Sudah Siap Untuk Menikah?

By AnnelisBrilian on under How To, Relationship

Saat hendak menyiapkan pernikahan, pernahkah kamu bertanya-tanya, “Apakah saya benar-benar siap menikah atau hanya karena panik melihat orang lain satu persatu menikah?”

You’re not alone, Brides!

Menikah memang bukan keputusan yang sederhana. Bukan juga sesuatu yang bisa diburu-buru. Butuh kesiapan dan keyakinan pada diri sendiri sebelum kita memutuskan untuk menikah. Setelah diri sendiri yakin, tentu kita juga harus memastikan bahwa pacar kamu adalah pasangan yang tepat untuk dijadikan suami.

Kalau saat ini kamu sedang mempertimbangkan apakah kamu benar-benar siap menikah, sebenarnya ada beberapa aspek yang menunjukkan bahwa kamu dan pasangan sudah siap membina rumah tangga.

Tapi, bukan berarti kalau tak memenuhi kriteria di bawah ini lantas kamu sebaiknya menunda pernikahan. Toh, poin-poin ini bisa dijadikan acuan agar kamu lebih siap. Dan, mulai diaplikasikan sejak sekarang. Sekali lagi, hal-hal berikut ini bisa dipelajari dan dibiasakan, kok.

So, this is the signs you’re ready to say “I do”!

1. Saling menerima ketidaksempurnaan

Saat memutuskan untuk menikah, artinya kamu sudah bisa menerima kekurangan-kekurangan pasangan. Kamu tahu bahwa ada hal-hal yang sebenarnya tak kamu sukai, tapi bukan berarti dia tidak pantas untuk kamu. Misal, kamu mengidamkan laki-laki yang romantis, sedangkan dia memiliki cara berbeda dalam mengutarakan perasaannya.

Membutuhkan waktu dan banyak penyesuaian hingga kamu bisa menerima dan memahami bagaimana cara berbicara tentang berbagai hal, hingga hal paling sensitif, tanpa membuat keduanya emosi berlebihan.

2. Memahami makna “for better or worse”

Kehidupan rumah tangga bukan hanya tentang hidup berdua dengan orang yang kamu cintai, liburan bersama, atau menyematkan cincin. Kerikil-kerikil justru sering menjadi pemanis hubungan suami istri. Dan kamu pasti sudah tahu itu.

Tapi, bagaimana cara menghadapinya? Kalau dari sekarang kamu terlalu sering meledak hanya oleh hal-hal kecil, sebaiknya kamu mulai belajar mengendalikan emosi. Contoh sederhananya bisa diaplikasikan ketika persiapan pernikahan. Jadikan itu “pemanasan” kehidupan rumah tangga yang pasti akan lebih banyak tantangannya.

3. Kamu mengenalnya lebih dari orang lain

Tak peduli sudah berpacaran selama sepuluh tahun atau hanya tiga bulan, tapi kalau kamu dan dia sudah saling mengenal hingga ke hal-hal terkecil dan saling mau menerimanya, berarti kalian sudah siap untuk menikah.

Jangan sampai kamu belum berani menjadi diri sendiri dan terlalu banyak yang hal yang ditutupi saat kalian sudah menikah. Soalnya, kalau kamu tidak membukanya dari sekarang, malah akan menjadi masalah di kemudian hari, lho. Kemungkinannya dua, antara kamu harus terus bersikap dalam kepura-puraan atau kelak suamimu merasa kecewa melihat perubahanmu setelah menikah.

Maka sebaiknya, luangkan waktu dan mulai diskusikan hal-hal yang bisa dibahas sebelum menikah.

4. Dia adalah supporter terbaikmu, begitu pula sebaiknya

Pasangan yang saling memperhatikan dan mendukung kegiatan pribadinya itu akan lebih langgeng, lho. Dukungan ini bisa dalam bentuk saling menyemangati, memuji pencapaiannya, tidak mengkritik hal-hal kecil, atau tidak membandingkan dia dengan orang lain.

Pasalnya, supporter terbaik juga berarti kalian saling mendukung pasangan untuk menjadi diri sendiri, bukan menjadi sosok yang seperti orang lain. Karena itu berarti kamu dan pasangan sudah mengetahui kelemahan dan kekurangan masing-masing.

5. Kalian bertengkar secara sehat

Siapa bilang suami istri terbaik adalah yang tidak pernah bertengkar? Justru, pertengkaran juga bisa menjadikan kamu dan pasangan mengenal satu sama lain, lho. Tapi, bukan sembarang bertengkar.

Kalau kamu dan pasangan sudah bisa menyelesaikan pertengkaran dengan sehat (tak ada aksi ngambek-ngambekan apalagi berbuat kasar), artinya kalian sudah saling memahami dan siap untuk menikah.

Kuncinya, fokuslah pada jalan keluar ketika sedang bertengkar,  jangan fokus mengungkit kesalahan pasangan. Toh, kalian tidak sedang menentukan pemenang, bukan?