Balinese International Wedding by Widia and Alit

By NSCHY on under The Wedding

Balinese International Wedding by Widia and Alit

Style Guide

Style

International

Venue

Hotel

Colors

Vendor That Make This Happened

Venue Resepsi at The Cakra Hotel

Photography Agusta Photography

Photography Bagix Photography

Videography Dede F Wianjana

Make Up Artist Tina Gonel

Make Up Artist Tirta Harum

Hair Do Tina Gonel

Hair Do Tirta Harum

Bride's Attire Gadis Bali Kebaya

Bride's Attire Tirta Harum

Event Styling & Decor Jicoo Bali Decoration

Catering Riska Catering

Catering Resepsi by The Cakra Hotel

Seserahan Puri Hantaran Bali

Jewellery & Accessories Wedding Ring by Adelle Jewelry

Master of Ceremony Nandika & Candra Kardana

Wedding Entertainment G-Coustic

Wedding Entertainment Sanggar Thrisna

Others Dreamcatcher Photobooth

Widia dan Alit adalah pasangan yang memiliki cerita menarik selama perjalanannya. Bertemu saat kuliah di Bali, namun keduanya malah benar-benar memulai cerita saat berada di Eropa. Tepatnya, saat Alit sedang melanjutkan studio di Jerman, dan Widia mengikuti sebuah konferensi di Belanda dan menyempatkan diri untuk mengunjungi Alit di Jerman.

Dengan penuh perasaan deg-degan, akhirnya mereka berdua bertemu lagi setelah 3 tahun lamanya.

“Saat menjemputku, Alit membawakan bunga. Saat sampai di dorm, Alit memasak masakan kesukaanku! Ngga ada rasa canggung, walau ini pertama kali kita ketemu setelah sekian lama.”

Saat berada di Jerman, Alit mengajak Widia untuk mengunjungi kota favoritnya, yaitu Aachen, katanya, “Aku suka sekali tempat ini, aku mau buat kenangan, biar ada alasan untuk kembali lagi.”.

Tanpa diduga, tepat setelah saat itu, Alit langsung mengeluarkan sekotak cincin dan mengajak Widia untuk melangkah ke hubungan yang serius. Tepat pada saat itu, yang ada di pikiran Widia adalah, “gila! Belum pacaran tapi sudah ngajak nikah!”. Tapi, dengan segenap keyakinan, Widia pun mengangguk dengan mantap.

Pernikahan yang diadakan di pertengahan tahun 2018 ini diadakan dengan beberapa prosesi adat Bali, yaitu Memadik atau Ngidih, yaitu prosesi saat keluarga Alit berkunjung ke rumah Widia dan menyampaikan niat serta meminta Widia untuk menikahinya. Dalam proses ini, diadakanlah percakapan antara kedua belah keluarga, prosesi tukar cincin, pemberian seserahan yang dilanjutkan dengan membawa Widia ke rumah adat Alit. Selanjutnya, mereka berdua dipingit sampai hari pernikahan atau Pawiwahan tiba.

Prosesi Pawiwahan dan Mejauman atau Mepamit ini adalah upacara pernikahan yang dilakukan di rumah adat Alit yang menggunakan sesajen, yang dipimpin oleh pemuka agama Hindu. Prosesi ini bisa dibilang kurang lebih sama seperti akad nikah. Setelah sah menjadi sepasang suami istri, mereka berdua kembali ke rumah adat Widia untuk melaksanakan adat Mejauman atau Mepamit, yaitu prosesi Widia berpamitan dari rumah asalnya menuju ke tempat suaminya.

Setelah upacara adat selesai, Widia dan Alit juga melaksanakan resepsi, yang bertepatan dengan hari ulang tahun Widia.

“Kita memang sengaja menggabungkan adat Bali dengan konsep internasional. Ini merupakan sebuah tantangan. Untuk adat Bali bisa dilihat dari pakaian dan riasan yang kita gunakan, sedangkan konsep internasional ada pada konsep dekorasi yang bertemakan rustic dan menggunakan fairy light.”

Adat Bali yang kental juga ditemukan dalam beberapa elemen di pernikahan Widia dan Alit, terutama sambutan Tari Kecak saat keduanya berjalan menuju pelaminan yang dihiasi dengan bridesmaid yang memegang kembang api dan bunga di bawah gemerlap cahaya fairly light.

“Di tengah-tengah acara resepsi, kita membuat hiburan Tari Joged, yaitu saat penari mengajak salah satu tamu undangan untuk ikut menari. Alhasil, malah beberapa tamu juga ikut menari.”

Acara resepsi pernikahan mereka ditutup dengan momen menerbangkan balon, momen tersebut diabadikan oleh Widia dan Alit untuk wedding kiss.

Walau penuh dengan tantangan, namun seluruh rangkaian acara dapat dilaksanakan dengan baik. LDR dan perbedaan waktu merupakan tantangan terbesar bagi Alit dan Widia, terutama saat Alit baru bisa tiba di venue beberapa jam sebelum Memadik atau Ngidih, “kebayang ya betapa deg-degan dan repotnya kita mengurus pernikahan ini, apalagi kita tidak menggunakan jasa WO.”

Top 3 vendor:

  1. Dede F Wianjana Videography

“Dede membuatkan kami video LDR yang sangat menyentuh. Kita suka dengan konsepnya yang menunjukan bagaimana sebagian besar hubungan LDR dilalui. Bahkan, Dede rela ikut menjemput Alit di Bandara demi mendapatkan scene terakhir di video LDR kita, dan berhasil merampungkannya hanya dalam waktu 2 hari. Selama prosesi pernikahan dan resepsi pun juga kita terkesan dengan bagaimana Dede bisa menangkap momen terbaik tanpa ada yang terlewatkan.”

      2. Tirta Harum

“Aku sangat suka dengan riasan dan pakaian dari Tirta Harum. Saat upacara Pawiwahan, Bli Ar bisa membuat riasan bold sesuai dengan riasan khas Bali. Riasannya membuat aku dan Alit jadi lebih tegas dan “agung” saat menggunakan Payas Agung. Saat resepsi, Bli Ar juga bisa membuat riasanku jadi lebih flawless, sesuai dengan tema pernikahan yang lebih kasual dibandingkan dengan prosesi adat.”

     3. Jicco Decoration

“Awalnya, kita hanya melakukan reservasi Jicoo untuk mendekor rumah adat di Gianyar, karena tadinya mau melaksanakan resepsi di rumah. Tapi, ternyata kita melakukan resepsi di hotel dan untungnya kita diperbolehkan untuk membawa vendor dari luar. Kita mengagumi dekorasi sederhananya tanpa banyak ornamen. Meski dibuat semi internasional, Jicoo tetap bisa mempertahankan nuansa Bali di pelaminan, dan membiarkan gapura Bali berdiri kokoh, bahkan dipermanis dengan taman, lampu dan bunga-bunga.”

Tips untuk brides to be,

“Bagi pasangan LDR, kepercayaan dan komunikasi adalah segalanya untuk memperlancar persiapan. Banyak yang bilang kalau menjelang pernikahan akan ada banyak masalah yang ditemukan, nah, kondisi ini bisa lebih parah saat proses persiapannya jauh dari pasangan, apalagi dengan zona waktu yang berbeda. Cobalah membuat jadwal untuk mendiskusikan pernikahan tanpa mengganggu kesibukan masing-masing. Untuk brides to be yang perfeksionis dan tidak menggunakan jasa WO, penting sekali untuk memiliki wedding notebook. Catat semua to do list, timeline dan lakukan follow up berkala. Tidak ada kata “too early” untuk semuanya. Menjelang hari H, delegasikan tugas kepada keluarga untuk membantu.”