Cara-Cara Untuk Mengatasi Perbedaan Dengan Calon Mertua

By The Bride Dept on under How To, Relationship

Saat kita memiliki hubungan yang semakin serius dengan pasangan kita, tentunya kita tidak hanya akan mengenal dan berhubungan dengan pasangan kita saja, namun juga dengan orang-orang terdekatnya. Selain dengan sahabat-sahabatnya, sosok lain yang akan kita kenal juga adalah keluarganya, terutama orang tuanya. Apalagi jika kita memang sudah berencana untuk melanjutkan hubungan dengan pasangan ke tahapan yang lebih serius yaitu pernikahan.

Seiring meningkatnya waktu pertemuan dan interaksi kita dengan orangtua pasangan, biasanya kita akan mulai menemukan banyak persamaan dan perbedaan antara kita dengan calon mertua. Beberapa tipe perbedaan yang biasanya muncul adalah cara berkomunikasi (misalnya, calon mertua kita lebih pendiam sementara kita adalah orang yang ramai), pola kebiasaan (misalnya, calon mertua kita sering menghabiskan waktu di dapur dan memasak makanan sendiri sementara kita sama sekali tidak bisa masak), gaya hidup (misalnya, calon mertua kita memiliki perhitungan finansial yang baik sementara kita boros), hingga budaya (misalnya, calon mertua kita masih berbahasa daerah atau menjaga nilai budayanya, sementara kita sudah terbiasa hidup di kota dan berbahasa Indonesia). Nah, adanya perbedaan ini sebetulnya sangat wajar dan dapat kita hadapi dengan baik agar tidak menjadi konflik ke depannya. Bagaimana cara mengatasinya?

  1. Latih kepekaan kita. Perbedaan apa yang paling mencolok? Tanyakan kepada diri kita sendiri, apakah perbedaan itu wajar dan masih bisa ditoleransi oleh kita?
  2. Kenali cara calon mertua bersikap di kesehariannya. Coba perhatikan dan pelajari kebiasaan calon mertua sehari-hari. Dari situ, kita bisa belajar untuk mengambil nilai-nilai yang kental di dalam keluarga calon mertua dan apa yang bisa dilakukan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut.
  3. Jika memang perbedaan yang ada bisa ditoleransi, maka cobalah belajar untuk mengikuti dan mengambil nilai positif yang bisa kita Misalnya, kita belajar untuk bangun pagi dan langsung beraktivitas karena calon mertua kerap melakukan itu di rumahnya. Kita juga jadi dapat merasakan nikmatnya produktif sejak pagi hari. Efeknya positif bukan?
  4. Berinisiatiflah untuk bertanya jika ada hal yang ingin kita ketahui, namun mungkin belum di Misalnya, kita dapat bertanya cara memasak menu simpel yang disukai pasangan, aga bisa belajar membuatnya dan menghidangkannya untuk pasangan di saat sudah menikah nanti.
  5. Jaga sopan santun. Walaupun mungkin ada perbedaan yang terkesan menganggu, kita tetap tersenyum dan menjadi pribadi yang menyenangkan untuk semua orang, tanpa harus melukai perasaan mereka. Ingat cara merespons ketidakcocokkan banyak caranya, namun kita harus tetap menjaga kesopanan terutama yang sesuai dengan standar calon mertua.
  6. Tidak perlu menjelek-jelekan kebiasaan orangtua yang berbeda denganmu di depan pasangan. Bagaimanapun juga, mereka adalah orangtua yang telah melahirkan dan membesarkan pasangan kita di dunia ini. Jadi, penting untuk menjaga perasaan mereka ya!
  7. Tetap menjadi diri sendiri. Walaupun kita belajar untuk bertoleransi dan beradaptasi dengan perbedaan yang ada, bukan berarti kita harus menjelma menjadi orang lain secara keseluruhan ya! Tetaplah menjadi diri kita sendiri yang apa adanya. Sehingga bukan saja kamu yang belajar dan bertoleransi, namun sebaliknya calon mertua juga belajar untuk mengenal dan beradaptasi dengan kehadiran kkita.

Selamat mencoba dan menikmati hubungan baru dengan calon mertua ya!

Pustika Rucita, B.A., M.Psi., Psikolog, atau biasa dipanggil Cita, adalah seorang psikolog klinis dewasa. Cita memiliki minat dalam issue hubungan keluarga & hubungan romantis bersama pasangan. Cita memiliki beberapa sertifikasi penanganan psikologi, termasuk sertifikasi untuk Essential Marriage and Counseling Micro Skills. Saat ini Cita berpraktek di kawasan Dharmawangsa dan juga menjadi anggota bagian dari Tiga Generasi untuk Klinik Brawijaya. Cita bisa dihubungi di pustika.rucita@yahoo.com