Sosok Didiet Maulana sudah tidak asing lagi bagi dunia mode tanah air. Pria ini sudah cukup lama malang melintang bersama brand IKAT Indonesia yang ia dirikan. IKAT Indonesia sendiri merupakan sebuah brand yang menawarkan pakaian modern dengan twist tradisional melalui kain-kain tenun asli Indonesia.
Kini, Didiet hadir dengan lini baru dari IKAT Indonesia yang ia beri nama Svarna. Apa sih yang ia tawarkan melalui lini terbarunya tersebut? Mari simak wawancara The Bride Dept dengan sang desainer berikut ini.
Apa yang menjadi perbedaan antara IKAT Indonesia dengan Svarna?
Svarna merupakan bagian dari IKAT Indonesia, yaitu sebagai first line yang lebih couture dan made by order. Kebanyakan pakaian bridal dilahirkan dari lini Svarna ini.
Apa latar belakang dimulainya Svarna?
Setelah IKAT Indonesia sudah cukup berhasil memperkenalkan kain-kain tradisional Indonesia ke kalangan konsumen muda, saya berpikir bahwa mengapa tidak mencoba memperkenalkan mereka dengan tradisi budaya lainnya seperti ritual dan adat dalam pernikahan. Maka itu lah akhirnya saya muncul dengan ide Svarna yang diharapkan dapat menginspirasi masyarakat Indonesia dengan pakaian pernikahan tradisional.
Saya lihat bahwa selama ini konsumen muda lebih suka dengan yang simple dan sederhana untuk pernikahannya dan tidak ingin yang terlalu adat karena dianggapnya repot. Tapi setelah IKAT Indonesia bisa meningkatkan awareness mereka dengan tradisi-tradisi lokal, sekarang akhirnya sudah mulai banyak brides-to-be yang mau untuk menikah dengan konsep adat dan excited untuk mengikuti ritual-ritualnya, termasuk menggunakan pakaian pernikahan tradisional.
Apa yang menjadi signature style dari Svarna?
Yang menjadi signature style saya untuk Svarna adalah modernitas yang tercermin dalam konsep dan desain dari pakaian pernikahan tradisional. Jadi pakaian-pakaian yang saya buat untuk Svarna semuanya akan selalu mengikuti pakem tradisinya namun akan selalu saya selipkan sisi modern yang bisa muncul dari berbagai hal mulai dari aksesoris hingga pemilihan warnanya.
Biasanya kalau pakaian adat memang ada pakem tertentu yang harus diikuti tapi pasti ditambahkan sesuatu yang menjadi twist agar terkesan berbeda
Baju pengantin dari adat mana saja yang biasa dibuat oleh Svarna?
Saya tidak menutup diri untuk hanya mendesain baju pengantin dari adat tertentu. Di Svarna, saya ingin menginspirasi para brides-to-be dengan baju pengantin Nusantara mulai dari kebaya, baju bodo, hingga masih banyak lainnya.
Sebagai lini dari IKAT Indonesia, pastinya Svarna juga menggunakan kain-kain tradisional. Bagaimana Mas Didiet memasukkan elemen tersebut dalam baju pengantin?
Bagaimana menggabungkan kain tenun ikat ke dalam pakaian pernikahan adalah dengan bermain di warna; biasanya saya menggunakan warna-warna kain yang lebih di-tone down. Konsekuensinya adalah kita pada akhirnya harus membuat materialnya sendiri dan bukan menggunakan kain yang sudah ada.
Berapa lama proses pengerjaan baju pengantin di Svarna dan bagaimana mekanisme untuk memesan?
Proses pengerjaannya memakan waktu 4-5 bulan karena biasanya yang membuat lama adalah aplikasi seperti beading, penempelan kristal, dan sejenisnya.
Untuk mekanisme pemesanan biasanya para brides-to-be bisa membuat janji untuk bertemu dulu dan diskusi tentang konsep yang diinginkan. Di saat itu juga lah, saya akan mencari tahu apakah ada permintaan khusus dari keluarga untuk baju pengantinnya karena saya harus dapat mengakomodir itu semua. Setelah diskusi itu kalau deskripsinya memang sudah jelas, biasanya langsung dapat diarahkan dan langsung keluar desain dan detailnya. Kalau calon pengantin itu tidak tahu maunya apa, biasanya saya perlu sekitar dua hari untuk membuat konsep dan bertemu kembali setelahnya dengan sketch dan segala macam detailnya.
Apa tantangan yang sering ditemui saat sesi diskusi dengan brides-to-be ini?
Biasanya ada dua tipe brides-to-be; yang sudah tahu mau apa, dan yang belum tahu mau apa. Yang sudah tahu maunya apa biasanya banyak yang datang dengan gambar contoh dan minta dibuatkan baju pengantin yang persis sama. Saya selalu bilang ke mereka bahwa sayang sekali kalau hanya meminta saya untuk mereplika baju pengantin lainnya karena lebih baik memanfaatkan kreatifitas saya untuk mendesain baju pengantin yang one of a kind. Solusinya biasanya saya coba arahkan kembali mereka dengan konsep-konsep yang saya tawarkan dan kita mulai lagi dari awal.
Tapi memang saya harus dapat mengakomodir apa yang mereka inginkan karena ini adalah hari besar mereka dan saya hadir untuk mewujudkan mimpi mereka.
Bagaimana proses kreatif dalam pembuatan konsep dan desain baju pengantin Svarna?
Untuk proses kreatif, biasanya akan dimulai dengan hearing, kemudian presentasi konsep desain dan mendengar masukan dari klien. Kalau sudah cocok baru selanjutnya pemilihan bahan yang harus melibatkan mereka. Tiap-tiap brides-to-be harus terlibat dalam proses ini karena tiap orang memiliki skin complexion yang berbeda dan kecocokannya dengan warna dan material juga berbeda-beda.
Apa momen paling memorable dalam membuat baju pengantin untuk Svarna ini?
Salah satu yang memorable adalah perkawinan baru-baru ini di mana semua materialnya mulai dari kain hingga aksesorisnya dibuat sendiri oleh tim kami sesuai desain yang saya ajukan.
Selain itu yang juga memorable adalah ketika ada satu klien yang meminta perubahan pakaian dari dress ke kebaya dalam waktu yang last minute, untung saat itu semuanya terburu.
Ada juga permintaan untuk membuat dua look yang berbeda namun hanya diberi waktu 10 menit untuk mengganti bajunya. Sehingga saya siasati dengan membuat baju pengantin yang two layers; di luarnya terlihat internasional sekali namun ketika dibuka akan memperlihatkan kebaya yang sangat tradisional dengan kain songket.
Berbicara mengenai biaya, berapa kisaran harga untuk baju pengantin di Svarna?
Untuk kebaya biasa, dimulai dari harga 10 juta. Sementara untuk kebaya yang lebih formal seperti untuk akad nikah, biasanya dimulai dari harga 30 juta. Sedangkan wedding dress sendiri dimulai dari harga 40 juta.
Menurut Mas Didiet apa yang akan menjadi tren untuk baju pengantin di tahun 2015?
Tren wedding dress di tahun 2015 ini menurut saya adalah kembali ke pakem pakaian adat karena saya melihat bahwa masyarakat kini sudah mulai tertarik untuk mempelajari tradisi asli Indonesia.