Earthy Tropical Engagement di Pondok Laras Restaurant ala Yaya & Ican

By NSCHY on under The Engagement

Earthy Tropical Engagement di Pondok Laras Restaurant ala Yaya & Ican

Style Guide

Style

Traditional

Venue

Restaurant

Colors

Vendor That Make This Happened

Venue Pondok Laras Restaurant

Catering Pondok Laras Restaurant

Event Styling & Decor Kisah

Photography Legio Pictures

Make Up Artist Dewinta Anggesti

Master of Ceremony Dicky Maharditya

Master of Ceremony Sabila Anata

Masih ingat masa-masa SMA di mana pergaulan satu daerah hanya itu-itu saja dan mudah menyebar? Hal itu yang dialami oleh Yaya dan Ican sebagai pertemuan pertamanya.

Meski berbeda sekolah, namun letak sekolah keduanya sama-sama berada di daerah Depok. Sejak tahun 2009 silam, Yaya dan Ican sudah saling mengenal dan sering berhubungan lewat MSN, web portal komunikasi yang terkenal beberapa tahun silam.

“Waktu itu, aku udah baper, tapi Ican menghilang gitu aja, PHP-in aku.” cerita Yaya.

Sejak saat itu, hubungan Yaya dan Ican hanya sebatas teman yang saling mengikuti media sosial masing-masing. Sampai akhirnya, pada tahun 2014 silam, Ican memulai komunikasi kembali dengan Yaya lewat direct message Path dan meminta kontak LINE Yaya. Tanpa pikir panjang dan mungkin ditambah dengan kumpulan rasa penasaran sisa beberapa tahun silam, Yaya memberikan kontaknya.

Usut punya usut, Ican tidak hanya menanyakan kabar atau update life dengan Yaya, namun juga mengajak Yaya bertemu. Pertemuan kasual yang diisi dengan ngobrol, makan dan nonton, ternyata dilanjutkan dengan sebuah hal yang lebih serius.

“Seminggu kemudian, Ican datang ke rumah bawa Batagor Kingsley. Aku jadi semakin yakin kalau Ican nggak punya niat apa-apa, karena yang dia bawa bukan bunga, boneka ataupun cokelat.”

Tak lama setelah itu, Yaya memulai hubungan dengan orang lain yang memang sudah dekat dengannya sebelum ia kembali menjalin komunikasi dengan Ican yang membuat komunikasi keduanya longgar lagi.

“Katanya sih, pas tau aku jadian sama orang lain, Ican down banget karena udah baper. Lho, akunya aja nggak sadar, abis bukan kayak orang lagi PDKT.”

Pada akhir tahun 2014, Yaya kembali menghubungi Ican, sekedar memberikan ucapan selamat atas kelulusannya. “Ican waktu itu jual mahal banget, cuma ujung-ujungnya dia yang mengajak aku jalan!”.

Selama perjalanan, komunikasi keduanya biasa saja tidak ada yang spesial, sampai akhirnya perjalanan pulang, Ican membuka obrolan soal hubungan mereka.

“Aku disidang sama Ican, dia menanyakan arah hubungan kita. Dia bilang, ‘kalo lo cuma akan datang dan pergi lagi, mendingan pergi aja sekalian nggak usah datang lagi, karena gue mau menjalani hubungan yang serius, udah mau berkomitmen’,”

Karena salah tingkah dan bingung, Yaya hanya mendengarkan ungkapan Ican sambil bingung menjawab. Singkat cerita, setelah obrolan serius di mobil tersebut, mereka berkomitmen untuk menjalani hubungan pada bulan Februari 2015 yang akhirnya benar-benar berlanjut sampai acara lamaran pada bulan April lalu.

Ican mungkin tidak melamar Yaya dengan cara romantis, namun dengan tulus dan penuh keyakinan. Saat itu, Ican akan ditempatkan di luar Jakarta yang memungkinkan keduanya untuk menjalani hubungan jarak jauh. Karena paham Yaya tidak bisa menjalani hubungan jarak jauh, Ican pun mengajak kekasihnya tersebut mengobrol dengan serius.

“Dengan suara bergetar dan tangan dingin, Ican bilang ‘kalau kamu rasa kamu nggak sanggup LDR, I’m letting you go. Tapi kalau kamu mau berjuang bersama aku, aku akan bilang ke orang tua kita kalau aku mau menikahi kamu,’.”

Mendengar kesungguhan dan keseriusan Ican, Yaya tentu saja tidak langsung menolak melanjutkan hubungan hanya karena takut akan jarak. Setelah shalat, diskusi dengan sang mama, Yaya mantap dengan jawabannya untuk fight bersama Ican. Selanjutnya, Sabtu kemudian, Ican langsung menyampaikan niat dan tujuannya ke orang tuanya, keesokan harinya, Ican mengunjungi rumah Yaya untuk meminta izin kepada keluarga Yaya.

“Di hari Seninnya, Ican langsung berangkat ke Tarakan untuk jadwal cross pollination. Setelah itu, kita langsung mengurus jadwal pertemuan keluarga, tanggal lamaran, dan melanjutkannya ke proses selanjutnya.”

Setelah sudah mendapatkan tanggal, Yaya dan Ican langsung melakukan reservasi di restoran pilihan mereka. Keduanya memilih restoran karena jarak dan efektivitas. Setelah itu, keduanya langsung bergegas untuk mengurus pakaian, booking MC, sampai dekorasi dan make up artist. Dengan tema Earthy Tropical, lamaran keduanya berjalan dengan hangat dengan kehadiran keluarga.

Untuk dekorasi, Yaya dan Ican sengaja memesan dekorasi yang didominasi dengan dedaunan. Dried Amarantus, Daun Sikas, Eucalyptus, Daun Marbel, Daun Gergaji, Silver Dust, Anggrek Douglass, padi-padian, Baby Breath, dan Dried Branche adalah jenis dedaunan yang digunakan dalam dekorasi lamarannya..

Untuk busana, Yaya memang sengaja mencari kebaya dengan motif akar atau bunga merambat. Setelah melakukan pencarian, akhirnya ia menemukan bahan kain tile berwarna hijau mint dengan motif yang diinginkan. Kebetulan, kain batik untuk roknya sudah ia beli di Yogyakarta sejak lama.

“Pilihan motif akar dan bunga merambat dengan kain cokelat batang punya simbol tersendiri untukku, karena dulu aku pernah diberikan nasihat untuk menjadi pohon besar yang rindang dengan akar dan batang yang kuat, tidak mudah rubuh dan goyah.”

Dalam mempersiapkan lamaran ini, sebagai pasangan jarak jauh, tentu saja Ican dan Yaya menghadapi permasalahan dengan waktu. Namun, keduanya bisa mengatasi hal tersebut dengan mulus hingga hari H.

“Mungkin, kalau kita jadian sejak 2009 silam, hubungan kita singkat karena sama-sama masih labil dan sibuk dengan urusan masing-masing serta harus menjalani LDR. Kalau dilihat ke belakang, aku sadar, Allah is the best planner!” cerita Yaya.

Top 3 vendor:

1. Pondok Laras Restaurant

“Tempatnya dan ambience-nya bagus, jadi dekorasi tinggal melengkapi aja. Makanannya enak, pelayanannya baik, dan mereka sabar diberi arahan. Pondok Laras ini menyediakan venue indoor dan outdoor dengan gubuk lesehan. Venue ini juga child-friendly karena ada ayunan, jungkat-jungkit, bahkan ada juga fasilitas naik kuda.”

2. Legio

“Mereka sangat sabar saat aku dan Ican bawel. Mereka memberikan output yang sesuai dengan ekspektasi kita. They captured moments, indeed! Timnya bersahabat, mulai dari admin, sampai fotografer dan videografer, jadi pas take, kita nggak kaku. Hasil fotonya juga bagus banget! 10/10 buat Legio!”

3. Kisah Studio

“Untuk yang punya permintaan spesial dan memperhatikan detail kayak aku, Kisah Studio ini recommended banget karena mereka bisa diajak diskusi dan bertukar ide. Menurutku, bertukar ide itu penting. Aku kurang suka dengan vendor yang memaksakan kehendaknya, sedangkan Kisah Studio ini berbeda, mereka bisa provide detail yang aku butuhin dan minta, dan kita pun bisa terbuka dengan mereka.”

Tips untuk brides to be,

“Berdoa, dan yang kedua komunikasi. Meskipun baru acara lamaran, tapi berdoa itu selalu penting karena pasti ada saja ujiannya. Banyak-banyak berdoa dan berkomunikasi, baik ke pasangan, keluarga, maupun vendor. Komunikasi itu penting untuk mengurangi stress dan bisa dapat insight yang membantu. Kalau keduanya dilakukan, selebihnya akan berjalan dengan lancar dan sesuai keinginan.”