Guest Post | Top 5 Wedding Planning Tips from Amaya Wedding

By arinda.p on under How To

the bride dept how to amaya wedding syita sophiaan

Apa kamu termasuk salah satu brides-to-be yang sedang kebingungan dan akhirnya menjadi bridezilla? Well, mungkin hal itu terjadi karena beberapa ketidaktahuan kamu mengenai bagaimana cara mempersiapkan sebuah pernikahan. Tapi maklum ya namanya juga menikah pertama kali hehe. Tapi jangan khawatir, hari ini Syita Sophiaan pemilik Amaya Wedding Organizer akan berbagi Top 5 Wedding Planning Tips untuk kita semua! Siapa sih yang tidak tahu Amaya Wedding? Dengan pengalamannya yang sudah banyak, artikel ini menjadi wajib dibaca untuk semua calon pengantin yang akan mempersiapkan pernikahannya. Enjoy!

Planning a wedding is never easy, no matter how big or small the wedding is. Di Indonesia sendiri, merencanakan pernikahan artinya bukan hanya menyatukan 2 ide dan pikiran dari sang calon pengantin saja, tapi harus bisa menemukan titik tengah dari keinginan dua keluarga besar yang memiliki preferensi selera dan anggaran yang berbeda. You think you know how, where, and when you want to get married. Tapi, ketika orangtua sebagai penyandang dana utama punya keinginan yang berbeda 180 derajat, how do you get the ball rolling? Kalau situasi ini terdengar familiar, yuk, catat 5 tips kecil berikut yang bisa mencegahmu jadi bridezilla.

  1. First thing first: Budget

Jangan booking vendors apa pun sebelum menentukan budget. Bicarakan dengan orang tua masing-masing, berapa liquid asset yang mereka siapkan untuk dana pernikahan ini. Sebagai gambaran, untuk tahun 2014 ini di kota Jakarta membutuhkan dana minimal Rp 100.000.000 untuk upacara dan syukuran sederhana di rumah ibadah, Rp 200.000.000 untuk di gedung kelas menengah, Rp 500.000.000 untuk di gedung kelas menengah ke atas, dan di atas Rp 800.000.000 untuk hotel bintang lima. Dengan menentukan budget dari awal, kamu dan orangtua dapat memulai pencarian venue dan vendors sesuai dengan anggaran yang dimiliki.

  1. What Should Be Your Priority: Wedding Photography & Videography

Ketika venue sudah di tangan dan anggaran untuk catering sebesar 70% dari total budget sudah disiapkan, langkah berikutnya adalah cari tim dokumentasi professional dengan harga yang terbaik dan sesuai dengan selera. Jangan, I repeat, jangan pernah menghemat biaya dokumentasi. Jangan juga mengandalkan teman atau kerabat sebagai tim dokumentasi di acaramu. A wedding is supposed to be your once in a lifetime event, dengan momen rangkaian acara dan riasan yang tidak bisa diulang. Ini adalah satu-satunya pengeluaran untuk wedding yang dapat bertahan sampai puluhan tahun, so it’s worth the price. 50 tahun dari sekarang, hanya ada foto dan video ini yang bisa menjadi kenang-kenangan kalian sekeluarga, lho.

  1. Dealing with Wedding Drama

Bertengkar dengan calon suami, saling ngotot dengan orangtua, tangisan di tengah malam, kesalahpahaman di antara calon besan……..and the list goes on. Tenang, kamu tidak sendiri, kok. It happens to every one. Kuncinya adalah, selalu libatkan pihak ketiga sebagai mediator. Sebagai wedding organizer, kehadiran kami di tengah rapat internal keluarga, Whatsapp Group, dan email tidak hanya berfungsi sebagai penengah, tetapi juga bisa membuat masing-masing pihak lebih “lunak” dan jaga image sehingga tidak berkomentar keras. Dalam beberapa drama keluarga yang sudah lebih berat, WO juga punya tugas yang lebih menantang sebagai seorang messenger yang harus mampu berbahasa diplomatis demi menjaga perasaan kedua belah pihak.

Tidak punya wedding organizer? Tunjuk satu orang pihak luar yang netral, open minded, dan dianggap bijak, seperti sahabat atau kerabat lainnya yang bisa membantu menengahi drama ini dan menjadi messenger antar keluarga yang baik.

  1. Wedding Colors: Finding The Perfect Palette

Kesalahan fatal yang dilakukan oleh banyak pengantin adalah menggunakan 1 tema warna untuk keseluruhan elemen acara. I know how much you love turquoise, tapi bukan berarti kebaya pengantin, busana orangtua, seragam penerima, backdrop di pelaminan, bahkan hingga ke taplak meja catering juga menggunakan warna turquoise, kan? :D

There’s no rule of thumb to choose your wedding colors. Tapi, misalnya warna kebaya atau dressmu menggunakan turquoise, maka orangtua di pelaminan sebaiknya menggunakan warna yang kontras seperti emas. Kakak dan adik yang berada dalam keluarga inti dapat menggunakan warna lainnya turunan dari turquoise seperti hijau mint atau dari emas seperti muted gold. Setelah itu, pilih warna seragam keluarga besar dan panitia lainnya yang berbeda dengan keluarga inti tersebut. The wedding hosts and hostesses should be standout. Kemudian, berikan potongan kain dari warna-warna tersebut ke pihak dekorator untuk menentukan tema warna dekorasi dan elemen acara lainnya.

  1. Guest List: Who Should You Invite?

Cara yang termudah adalah dengan membuat 4 kategori utama di dalam daftarmu:

  • Ring 1 adalah nama-nama yang tidak mungkin tidak kamu undang, misalnya kakak dan adik dari orangtua beserta anak dan cucunya, sahabat terdekat, kolega di kantor, dan tetangga di kiri-kanan rumah.
  • Ring 2 adalah extended families, teman-teman yang pernah sekelas atau sekelompok, klien dan suppliers yang banyak terlibat di pekerjaanmu, dsb.
  • Ring 3 adalah teman-teman, kerabat, atau kenalan yang masih ditemui dalam satu tahun terakhir ini. Untuk apa, sih, mengundang teman TK atau SD yang mungkin kamu juga sudah lupa dengan wajahnya, tidak tau mau berbasa-basi apa, dan terakhir bertemu di belasan tahun yang lalu?
  • Ring 4, is it really necessary to invite them? :D

Are you ready to have a drama-less wedding? Good luck, bride-to-be!

How to contact Syita? Just drop by to Amaya’s instagram account here!