Dokter Digital: Pentingnya Melakukan Check-up Pra-Nikah

By The Bride Dept on under How To

Bagi kamu yang sedang mempersiapkan pernikahan, bukan hanya pertemuan dengan vendor yang penting untuk dilakukan. Tapi ada lagi satu hal yang banyak dilupakan para calon pengantin yaitu tes kesehatan pra-nikah! Nah tapi ternyata banyak yang tidak kita ketahui tentang tes pra-nikah ini lho!  Beruntungnya, hari ini team Dokter Digital akan membagikan ilmunya mengenai betapa pentingnya tes keseharan sebelum menikah. Yuk langsung baca dibawah!

Masalah kesehatan merupakan hal penting agar tujuan dari pernikahan untuk tercipta keluarga yang sehat dan mempunyai keturunan bisa terwujud, demikian dikatakan praktisi kesehatan Ari Fahrial Syam. Konsekuensi dari pernikahan juga dapat berakibat penularan penyakit dari masing-masing individu. “Bukan saja penyakit infeksi, tetapi juga penyakit non infeksi oleh karena itu masalah kesehatan seputar  pernikahan harus menjadi perhatian,” kata Ari yang juga dokter spesialis penyakit dalam yang berpraktik di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

“Saya sebagai seorang dokter juga kadang kala sedih jika bertemu dengan pasangan muda yang pada tahun-tahun pertama pernikahannya ternyata suami atau istri mempunyai penyakit kronis seperti penderita HIV AIDS atau hepatitis B kronis bahkan sampai sirosis hati yang tidak diketahui sebelum pernikahan terjadi,” kisah Ari. Yang menjadi persoalan adalah kalau hal ini tidak diketahui dari awal, sehingga apa yang terjadi jika sumber ini berasal dari suami maka akan menulari istri dan selanjutnya akan menulari anak-anaknya. Di sisi lain kalau hal ini sudah diketahui lebih awal pengobatan dapat dilakukan, dan risiko penularan dapat dicegah.

Nah, pertanyaannya adalah, pemeriksaan laboratorium apa saja yang harus dilakukan pasagan sebelum menuju jenjang pernikahan? Menurut Ari, pemeriksaan laboratorium  pranikah yang perlu dilakukan antara lain:

1. Pemeriksaan darah perifer lengkap (DPL) meliputi pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, lekosit, trombosit, pemeriksaan morfologi eritrosit, laju endap darah (LED), dan hitung jenis. Pemeriksaan ini harus dilakukan calon mempelai pria dan wanita.

Data darah perifel lengkap (DPL)  ini penting, lanjut Ari, karena Hb yang rendah perlu dievaluasi karena dari situ bisa telusuri apakah ini karena Thalassemia atau bukan. Walaupun jarang, penyakit ini dapat diturunkan kepada anak-anak kelak yang dilahirkan dari pasangan tersebut. Selain itu, hemoglobin yang rendah pada calon ibu akan berdampak buruk, baik bagi kesehatan ibu atau janin jika terjadi kehamilan nantinya. Mengingat faktor keturunannya yang dominan, beberapa laboratorium menambah paket screening untuk pemeriksaan penyakit Thalasemia. Pemeriksaan golongan darah dan pemeriksaan rhesus juga penting untuk memprediksi kemungkinan golongan darah serta rhesus anak dari hasil perkawinan tersebut.

2. Pemeriksaan virus hepatitis B dengan pemeriksaan HbSAg dan virus hepatitis C dengan pemeriksaan anti HCV. Ibu penderita HbSAg+, kata Ari, selain berpotensi menularkan hepatitis kepada suaminya juga bisa menularkan kepada anaknya. “Saya menemukan beberapa kasus usia muda baru beberapa tahun menikah sudah menderita sirosis hati akibat perjalanan penyakit dari hepatitis kronis,” papar Ari. Sirosis merupakan risiko seseorang untuk susah mendapatkan anak. Oleh karena pemeriksaan skrining HbSAg pranikah menjadi penting apalagi pada seseorang dengan riwayat sakit kuning sebelumnya atau dengan keluarga sakit kuning bahkan sudah diketahui menderita hepatitis kronis.

3. Pemeriksaan TORCH (antigen G dari Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus) yang khusus untuk wanita. Identifikasi penyakit ini penting agar setelah pernikahan cepat mendapatkan keturunan.

4. Pemeriksaan virus HIV dan Hepatitis C bagi para pengguna narkoba khususnya jarum suntik. Ari menyarankan, khusus untuk pemeriksaan HIV perlu bekonsultasi dulu dengan dokter. Riwayat kontak seksual sebelum menikah apalagi dengan pekerja seks atau dengan pasangan dengan riwayat pengguna jarum suntik  sudah merupakan indikasi dilakukan pemeriksaan HIV untuk mengetahui status HIV.

“Beberapa kasus HIV muda yang saya temukan mempunyai riwayat kontak seksual dengan pacarnya yang kebetulan penggunan narkoba jarum suntik,” ujar Ari lagi. Selain sisi infeksi, kebiasaan buruk dari pasangan juga dapat ‘menular” kepada pasangannya misalnya kebiasaan menkonsumsi makan yang berlebih-lebihan sehingga menyebabkan kegemukan bagi salah satu pasangan yang mengikuti pasangan yang memang sudah gemuk sebelumnya karena kebiasan makan yang berlebihan.

So, girls, sudah tahu kan pentingnya tes kesehatan sebelum menikah? Untuk mengetahui informasi dan membaca artikel kesehatan lainnya, bisa diakses di Dokter Digital. Yuk jadi pintar sebelum ke dokter!