Vendor That Make This Happened
Wedding Reception
Venue Taman Wisata Gunung Pancar
Event Styling & Decor Hello Elaine
Photography Flawless Pic
Bride's Attire Karen & Chloe (Wedding Shoes)
Make Up Artist Silfi Aprilia
Groom's Attire Andry Irawan
Invitation Hello Elaine
Wedding Entertainment Maria Pratiwi The Harpist
Wedding Organizer Best Friend
Venue pernikahan outdoor ala Josephine dan Barata ini bisa dibilang unik. Yup, mereka memutuskan untuk menjadikan Gunung Pancar sebagai venue hari bahagia mereka. Sebelum berbicara tentang hari pernikahannya yang unik ini, The Bride Dept akan mem-flashback kisah cinta keduanya.
Josephine dan Barata pertamakali berkenalan tahun 2009 melalui Facebook dan baru bertemu secara face to face for the first time pada Januari 2010. Setelah masa pendekatan akhirnya mereka menjalin kisah cintanya sampai pada akhirnya menikah Agustus 2015 kemarin.
Romantic Proposal
Barata diam-diam menyiapkan romantic proposal yang dibantu sahabat dekat dan keluarga. Barata melamar Josephine pada 12 Januari 2015, di mana kamar Josephine didekor penuh dengan balon dan mawar yang bertuliskan “Will You Marry Me?” lengkap dengan hidden camera untuk mengabadikan momen romantis itu. The breathtaking moment ini tidak sampai itu, Barata pun menyiapkan cincin pertunangan berbentuk pita idaman Josephine selama ini. How romantic is that?
Pesta pertunangan pun dilangsungkan di pantai, dan kebetulan Josephine tinggal di Jepara sehingga tidak kesulitan menemukan venue indah ini.
Beautiful Mountain Wedding
“Nah, karena impian di pantai sudah terealisasikan, lalu untuk wedding day kita pilih gunung sebagai venue,” Josephine, the bride.
Ide pernikahan unik ini muncul dari kedua calon pengantin yang bosan dengan pernikahan di gedung maupun hotel. Dan Gunung Pancar menjadi pilihan venue Josphine dan Barata karena mereka langsung jatuh cinta saat pertama melihat pemandangannya.
Venue di Gunung Pancar memang biasa digunakan untuk camping dan wisata alam, tetapi kedua calon pengantin ini berniat untuk mengubahnya menjadi wedding venue. Mengambil konsep vintage rustic wedding dengan dekorasi pernikahan sederhana serta back to nature.
Didominasi warna coklat, putih dan sentuhan blueish agar lebih bewarna. Bagian backdrop venue menggunakan kain putih yang diikatkan di antara pohon lalu dihiasi dengan dedaunan asli agar lebih menyatu dengan alam. Detail dekorasi yang digunakan seperti barrel kayu, koper vintage, buku klasik, mesik ketik klasik dan semua barang yang bernuansakan kayu.
Untuk menambahkan keindahan di malam hari, ditambahkan lampu pijar gantung yang diikatkan di antara pohon. Josephine sendiri mengaku mendapatkan banyak inspirasi dari Pinterest.
“It was so perfect and so beautiful wedding! Exactly our dream wedding!”
Persiapan wedding ini dimulai dari Januari 2015, kira-kira membutuhkan waktu 6 bulan sampai hari H. Mengingat Josephine seorang designer yang sebelumnya bekerja di salah satu vendor fotografi di Jakarta sehingga tidak terlalu kesulitan untuk menemukan vendor-vendor pernikahan yang dipercayanya. Mulai dari wedding invitation, bouttonierre, guest book, ceremony program, sampai hand bouquet dibuat sendiri detailnya oleh sang pengantin wanita.
Cuaca menjadi tantangan terbesar ketika melangsungkan acara pernikahan di outdoor. Terlebih Josephine enggan menggunakan jasa pawang hujan. Josephine hanya berserah pada Tuhan agar acaranya berlangsung sukses tanpa gangguan. Namun tenda tetap dibangun untuk berjaga-jaga jika hujan turun.
About the wedding dress
Sang pengantin wanita terlihat mempesona dengan balutan lace mini dress rancangan desainer Raisa Febriana yang juga sahabatnya sendiri. Mini dress dipilih mengingat bentuk tubuh sang pengantin yang petite, walaupun sebenarnya Josephine menyukai bowl dress dan mermaid. Gorgeous wedding dress for the beautiful Josephine.
“Highlight wedding kita adalah pada saat holy matrimony. Mulai dari entrance yang diiringi alunan harpa oleh sahabat saya Maria Pratiwi, praise & worship yang dinyanyikan oleh Billy Simpson, Andre Hermanto & JPCC team, sampai dengan peneguhan yang dilayani pastor Alvi Radjagukguk. Betapa bahagia dan bersyukurnya kita bisa melaksanakan pernikahan di gunung dengan dikelilingi keluarga dan sahabat-sahabat kita. It was perfect! A memorable & a dream come true wedding for us!”
Who’s your top 3 wedding vendor?
Menurut Josephine semua vendor yang dipilih adalah vendor terbaik dan professional dalam bidangnya masing-masing. Ditambah lagi sebagian besar vendor merupakan teman-teman sang pengantin. Menjadikan sang pengantin lebih tenang dan sangat yakin mereka memberikan yang terbaik untuk hari pernikahannya.
Berikut ini tips yang ingin di-share sang pengantin ke pembaca TheBrideDept :
- Communication & selfless. Dalam mempersiapkan wedding pastinya banyak pihak yg terlibat. Oleh karena itu komunikasi antara groom & bride to be haruslah sangat baik, kalian harus saling pengertian & tidak egois.
- Planning. Baik dalam hal waktu, budget, dan details. Untuk bride to be yang ingin membuat segala sesuatunya sendiri (DIY) seperti saya, that’s possible! Dengan catatan dicicil dari jauh-jauh hari. Kalau terlalu mepet nanti kita sendiri yang akan keteteran dan akhirnya stress. Jangan malu untuk meminta bantuan pada teman-teman ataupun keluarga. Dalam budgeting juga penting, karena dari sinilah tolak ukur pemilihan vendor dan detail yang akan kita pakai pada wedding day.
- Anyway, wedding day hanyalah sebuah event untuk memperingati hari bahagia kita yang disaksikan oleh orang-orang terdekat dan Tuhan. Sedangkan pernikahan yang sebenarnya adalah after the big day. So, jika pada hari H ada hal-hal yang tidak sesuai dengan planning, jangan terlalu stress, just enjoy the moment dan serahkan semua kepada Tuhan. I believe everything was beautiful in His time.
Ingin mendapatkan venue pernikahan unik seperti Josephine dan Barata? Kamu dan pasangan bisa mulai mencari lokasi uniknya dari sekarang. Baik itu gunung, pantai, bukit atau bahkan sebuah gudang yang bisa disulap menjadi lokasi cantik dengan bantuan para vendor pernikahan favorit Anda dan pasangan.