Memiliki pernikahan yang happily ever after adalah impian setiap pasangan. Siapa sih yang tidak ingin memiliki pernikahan yang ideal, nyaman, saling mendukung, dan memiliki kebebasan untuk menjadi diri sendiri? Sebelum memutuskan untuk menikah, pastikan kamu sudah merasa yakin pada pasangan dan bisa menerima kelebihan serta kekurangannya. Jangan sampai atas nama cinta, kamu jadi mengabaikan hal-hal yang mungkin bisa mengganggu hubungan di kemudian hari, bahkan sampai berpengaruh ke kesehatan mental atau fisik.
Sebelum memutuskan untuk menikah, pertimbangkan benar-benar apakah kamu merasa nyaman dan bahagia menjalani hubungan dengan pasangan, atau jangan-jangan kamu sebenarnya menjalani hubungan yang tidak sehat alias toxic? Jika kamu merasa berat dan tidak nyaman dalam menjalani hubungan, bisa jadi kamu sedang menjalani hubungan yang toxic, namun kamu bertahan karena rasa sayang yang besar kepada pasangan. Untuk lebih mengerti tentang apa itu toxic relationship, yuk kenali dulu beberapa karakter toxic berikut, yang mungkin dimiliki pasangan, agar kamu tidak salah membuat keputusan.
Selalu menyalahkan orang lain atau ‘playing victim’
Dalam menjalani sebuah hubungan, sudah seharusnya beban dan tanggung jawab dipikul bersama-sama. Jika dia selalu menyalahkan kamu dalam segala hal dan hobi ‘playing victim’ saat menghadapi setiap masalah, ada baiknya kamu pertimbangkan kembali keputusan untuk menikah dengannya. Kondisi seperti ini tidak hanya akan membuat kamu merasa tidak nyaman, tapi juga akan mengganggu kesehatan mentalmu jika terjadi berulang-ulang.
Posesif dan cemburu berlebihan
Cemburu mungkin menjadi salah satu cara untuk menunjukkan rasa sayang. Tapi kalau cemburu yang ditunjukkan cenderung berlebihan, bisa jadi dia adalah pasangan yang posesif. Posesif merupakan bentuk rasa cemburu yang berlebihan dan sering disalah artikan sebagai cara untuk menunjukkan rasa sayang atau perhatian kepada pasangan. Jika dia sudah mulai menjauhkanmu dari keluarga dan teman-teman, selalu ingin mengetahui segala hal tentang kamu seperti rutin mengecek pesan di HP atau email kamu, bahkan mungkin sampai melakukan hal-hal yang kasar kepada kamu dan orang-orang terdekatmu, ada baiknya kamu bicara serius dengan pasangan dan sampaikan kalau hal itu membuatmu tidak nyaman.
Kompetitif dan tidak mau kalah
Kehidupan memang tidak lepas dari adanya segala bentuk persaingan. Tapi dalam menjalani hubungan, persaingan antar pasangan patut dihindari, karena alih-alih membuat hubungan menjadi lebih baik, persaingan seperti ini malah akan merusaknya. Dengan pasangan yang kompetitif, kamu mungkin akan sering mendengarnya bercerita tentang semua prestasi dan pencapaiannya, baik itu dalam hal karir maupun keluarga. Ia akan bercerita seakan-akan ia adalah yang paling hebat dan kamu tidak ada apa-apanya dibandingkan dia. Segala bentuk tindakan seperti ini secara langsung akan membuat pasangan merasa sebagai seorang saingan dan bukan teman hidup. Padahal, teman hidup idealnya adalah seseorang yang bisa mendukung dan saling mengapresiasi untuk menjadi lebih baik.
Tidak mau mendekatkan diri dengan keluarga
Banyak yang mengatakan, menikah itu berarti kita tidak hanya akan menikah dengan pasangan saja, tapi juga dengan seluruh keluarganya. Well, pernikahan memang menyatukan dua keluarga, dan keluarga yang semakin besar semestinya akan membuat hidup semakin berwarna. Tapi apabila dia tidak menunjukkan ketertarikan untuk mengenal keluargamu lebih jauh, seperti tidak pernah mau ikut menemanimu datang ke acara keluarga, tidak tertarik mendengar ceritamu tentang keluarga, atau senang membahas keburukan keluargamu, ada baiknya kamu bicara dari hati ke hati mengenai keseriusannya untuk menikah, jangan sampai hubungan kamu dengan keluarga jadi bermasalah setelah menikah.
Tidak membangun komunikasi yang baik
Inti dari hubungan yang sehat adalah komunikasi. Apabila pasangan tidak menunjukkan niat baik dan ketulusan untuk membangun dan menjaga kualitas komunikasi denganmu, misalnya hanya sibuk dengan HP-nya saat sedang bersama denganmu, sering berkata kasar dan tidak memiliki keinginan untuk menyelesaikan konflik dengan berbicara dari hati ke hati, sudah waktunya kamu untuk bicara serius dengannya mengenai hal ini.
Tidak membiarkanmu menjadi diri sendiri
Tidak ada yang lebih menyenangkan selain memiliki rasa nyaman menjadi diri sendiri saat bersama orang yang kita sayang. Namun apabila orang itu selalu berusaha merubah kamu dan menjadikan kamu orang yang sesuai dengan keinginannya, bisa jadi kamu berada di hubungan yang toxic. Berubah menjadi lebih baik tentu merupakan hal yang baik, tapi lain halnya jika dia hanya ingin merubahmu menjadi sesuai keinginannya berdasarkan ego semata. Jika begitu, mungkin ini saatnya untuk mempertimbangkan kembali rencanamu untuk menikah dengannya.
Hobi berbohong
Jika dia adalah orang yang gemar berbohong dan kamu sudah bosan memaklumi semua kebohongannya, bahkan mungkin lelah memberikan maaf atas semua kebohongan yang dia lakukan, maka sudah saatnya kamu memutuskan untuk keluar dari hubungan toxic semacam ini. Kejujuran dan keterbukaan adalah kunci utama dalam hubungan yang sehat. Jika pasanganmu sudah tidak menghargai kejujuran, sebaiknya kamu cepat-cepat menyudahi hubunganmu dengannya.
Tidak menghargai privasi
Menikah bukan berarti kita jadi kehilangan privasi. Banyak pasangan yang terkadang mengabaikan pentingnya menjaga privasi masing-masing sehingga batasan jadi semakin samar. Padahal, penting lho bagi kita untuk menghargai privasi pasangan, karena ternyata hal ini bisa memberikan ruang untuk memperbaiki kualitas diri dan kemandirian. Pasangan yang tidak menghargai privasi biasanya sangat ingin tahu apapun yang kamu lakukan, termasuk isi HP-mu, atau kegiatanmu seharian secara detil dan rinci. Dia juga sangat mengontrol setiap detil hidup kamu dan cenderung masuk terlalu dalam ke ruang pribadi kamu.
Memiliki pernikahan yang langgeng memerlukan pengorbanan dari masing-masing pasangan. Kamu dan pasangan harus bersedia untuk menurunkan ego, saling terbuka, mau menerima masukan dan selalu memberikan dukungan untuk hal-hal yang baik demi masa depan bersama. Tapi jika pasangan mulai menunjukkan karakter toxic di atas, sebaiknya kamu dan pasangan berbicara dan berdiskusi dari hati ke hati, agar bisa membangun hubungan yang sehat, terutama saat setelah menikah nanti.