Lamaran Adat Palembang Dan Betawi Ala Aida & Ferhat

By Septa Mellina on under The Engagement

Style Guide

Style

Traditional

Venue

Residential

Colors

Vendor That Make This Happened

Engagement Reception

Venue Private Residence

Photography Journal Portraits

Make Up Artist Galuh

Catering Cloudnine Eatery (Cheesecake)

Event Styling & Decor Kreasindo Tent

Beauty Preparation

 Siapa sangka senior dan junior di Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini akhirnya berujung di pelaminan. Aida, mahasiswi angkatan 2008, bertemu Ferhat, kakak kelasnya angkatan 2005, dalam acara sharing alumni organisasi kampus yang dulu sama-sama mereka ikuti. Setelah dekat selama kurang lebih 6 bulan, keduanya pun berpacaran meski sempat diselingi long-distance relationship selama setahun.

“Tahun lalu, Ferhat melanjutkan S2 ke Chicago. Waktu spring break, aku jenguk dia sekalian jalan-jalan. Karena kita hobi lari, sampai New York hal pertama yang kita lakukan adalah jogging di Central Park. Tapi ternyata suhunya -2 derajat celcius jadi baru sampai sana aku sudah rewel mau cari breakfast saja. Lalu, Ferhat mengajak aku ke salah satu bukit di sana , katanya view-nya bagus. Dia juga merekam video suasana sekitar video pakai GoPro. Tiba-tiba dia minta tolong pegangin GoPronya, terus dia keluarin cincin dari kantongnya. Aku langsung shock, hehe. It was definitely the best surprise in my life,” kata Aida berbagi kisah.

Untuk mempersiapkan lamaran, Aida dan Ferhat butuh waktu sebulan. Meski terbilang mepet, keduanya mengaku persiapan tersebut berjalan lancar. “Tantangan terbesar justru muncul di hari H karena beberapa akses jalan menuju rumahku ditutup sehingga banyak teman-teman yang belum pernah ke rumahku sebelumnya jadi kebingungan. Padahal kita sudah buatkan peta dengan rute yang paling mudah. Tapi untungnya mereka dapet jalan alternatif,” lanjut Aida.

Walaupun sempat ribet, para tamu undangan akhirnya bisa mengikuti prosesi lamaran dan dekorasi cantik yang didominasi warna pastel yang lembut. Selain mencari inspirasi di Pinterest, Aida mengaku banyak terbantu oleh Tantenya yang selalu memberinya ide dan masukan. “Pas hari H aku juga sempat arrange beberapa spot decor sendiri seperti meja dan kursi yang kudekor pakai barang pribadi yaitu radio tua dan pajangan Tiongkok punya Bapakku, karena ada kelebihan kursi. Eh ternyata ini malah jadi photo spot favorit tamu-tamu. Untuk dekor in general, aku juga dapat banyak pujian karena dekorasinya bisa “menyulap” rumahku jadi beda banget. Senang banget deh,” ucapnya.

Karena Aida berasal dari Palembang sementara Ferhat berdarah Betawi, maka acara lamaran pun memadukan kedua budaya tersebut. “Sebenernya acara lamarannya ini mengusung adat Palembang, disebut dengan “Mutus Kato”. Dalam prosesi ini, aku dan Ferhat sama-sama “diumpetin” sehingga pas keluarganya Ferhat datang, hanya keluarga masing-masing yang ketemu. Ferhat nunggu di luar rumahku sedangkan aku nunggu di kamar. Yang mengutarakan tujuan untuk melamar juga perwakilan dari keluarga Ferhat yaitu Om-nya, dan yang menjawab juga Pakde aku, bukan orangtuaku. Setelah lamarannya diterima, baru Ferhat dipersilakan masuk dan aku dipanggil keluar. Setelah itu proses pemakaian songket yang merupakan lambang “kepala adat” Palembang dan “tanda sayang” berupa cincin yang dipakaikan Mamanya Ferhat ke aku. Sedikit adat Betawi dan Padang (adat orang tua Ferhat) diselipkan dalam hantaran yang diberikan yaitu makanan-makanan Padang yang enak banget seperti rendang dan pindang serta sepasang roti buaya sepanjang 1,1 meter. Roti buayanya unexpectedly besar dan berat, betul-betul highlight dari hantarannya,” Aida menjelaskan dengan penuh semangat.

Di hari bahagianya tersebut, Aida mengenakan busana cantik khas Palembang karya desainer kondang Ghea Panggabean. “Waktu itu lagi iseng jalan-jalan ke butik Ghea karena kata Ibuku banyak bajunya terinspirasi adat Palembang. Saat itu sempet lihat model baju ini, terus naksir banget tapi cuttingnya nggak pas dan warnanya aku kurang suka. Aku tanya ke sales-nya dan diminta untuk datang ke butik pusatnya buat minta dibuatkan custom. Akhirnya kita datang ke sana dan buat custom. Bahkan bisa bikin baju buat Ferhat juga supaya jadi serasi. Akhirnya setelah beberapa kali konsultasi kita buat disitu dengan warna navy blue yang kita sama-sama suka. Waktu liat sketch-nya sudah excited banget, pas liat jadinya lebih seneng lagi karena betul-betul bagus dan melebihi ekspektasi kita. Terima kasih banget buat Mba Diah yang banyak bantu kita di butik. Untuk aksesoris aku juga nyarinya lumayan lama karena betul-betul cari yang khas Palembang. Untungnya semua bisa didapatkan seminggu sebelum Hari H,” ungkap Aida.

Saat lamaran, ada beberapa kejadian lucu yang membekas di ingatan pasangan ini. Pertama, saat prosesi sungkeman kepada ayah Ferhat. Sang ayah justru tiba-tiba berdiri dan meminta untuk berjabat tangan segala. Sontak seluruh keluarga tertawa. Sesi sungkeman yang biasanya haru berubah menjadi santai dan penuh canda.

“Kedua, setelah acaranya selesai dan keluarga Ferhat pamit pulang, tiba-tiba sepupuku yang merupakan ketua acara manggil kita untuk diwawancara di depan semua orang. Kebetulan sepupuku banyak, total lebih dari 30 orang, dan mereka orangnya iseng semua. Jadilah aku dan Ferhat dikerjain di depan orang-orang. Ditanya pertanyaan-pertanyaan seperti “apa yang paling disebelin dari masing-masing” dan “dulu gimana ngomongnya waktu propose Aida?”, sampai dikasih tugas isi petisi untuk ikatan alumni macam ospek. Aku dan Ferhat sukses dibikin malu dan nggak berhenti ketawa dan diketawain. Sebetulnya ini memang tradisi di sepupu-sepupu aku kalau ada yang bawa pacarnya pertama kali ke acara keluarga. Kebetulan selama ini Ferhat belum pernah dateng ke acara keluarga besar kecuali kawinan. Jadi kemarin mereka puas-puasin deh isengnya!,” kata Aida sumringah.

Selamat ya Aida dan Ferhat untuk lamarannya. Semoga persiapan pernikahan kalian lancar!

Top vendor pilihan Aida dan Ferhat:

Galuh (galmakeup)

“Suka banget dengan makeupnya yang natural. Ketika makeup, dia betul-betul memastikan warna dan konturnya sesuai dengan bentuk wajahku. Mbak Galuh juga baik banget, nggak berhenti ngajak ngobrol dan nenangin aku.”

Journal Portraits

“Tim dari Journal masih seumuran sama aku dan Ferhat jadi gampang nyambungnya. Mereka juga nggak ribet ataupun grasak-grusuk sehingga nggak mengganggu jalannya acara. Momen-momen yang mereka capture juga banyak dan bagus-bagus hasilnya.”

Al’s Catering

“Banyak banget yang memuji makanan aku, terutama sate padangnya yang super enak. Plus, dekorasi di stalls-nya bagus sekali dan sesuai dengan tema dekorasi aku.”

Tips dari Aida dan Ferhat:

“Sabar dan jangan terburu-buru menentukan pilihan, kecuali kalau memang sudah yakin banget. Banyak hal-hal yang aku dan Ferhat dapat justru di waktu-waktu menjelang hari H. Kita bersyukur nggak terburu-buru untuk menentukan hal-hal yang kita sendiri nggak terlalu sreg. Selain itu, selain mengurus perintilan, jangan lupa bahwa inti utama lamaran adalah prosesinya itu sendiri. Jangan sampai pusing memikirkan dekor, tenda, makanan, dsb. sampai nggak fokus saat prosesi lamarannya. Untuk ini, aku terbantu sekali dengan keluarga dan vendor-vendor yang kooperatif sehingga ketika acara berlangsung kita udah nggak ribet mikirin hal teknis lagi.”