Berawal dari urusan bisnis, Rizka malah ketemu sama jodohnya, Anda. Yuk simak cerita lamaran Ethnic & Elegance Angkola-Mandailing Rizka dan Anda!
Rizka kenal Anda dari abangnya karena satu kampus. Saat Rizka mulai merintis bisnis, dia mulai berkomunikasi secara personal sama Anda yang pernah menjalani bisnis serupa. Dari situ, mereka mengatur janji temu untuk urusan bisnis.
“Aku banyak tanya mengenai vendor produksi di Bandung, dan aku minta diantar ke sana supaya bisa langsung berkenalan dengan pemilik vendornya. Di jalan, kita banyak cerita-cerita, termasuk mengenai bisnis ini yang ternyata sama dengan ide dan desain yang pernah dibuat oleh Anda, dari situ, kita kolaborasi,” cerita Rizka.
Dari kesamaan pandangan dan ide dalam bisnis, Rizka dan Anda akhirnya memutuskan untuk berkolaborasi di bisnis tersebut. Tanpa sadar, ternyata mereka ketemu banyak kesamaan dan memutuskan untuk mencoba menjalin hubungan sebagai kekasih.
“Bisa dibilang gaya pacaran kita beda dari kebanyakan pasangan lain. Ngga ada proposal romantis, bahkan nge-date di bioskop aja cuma sekali, kalau nongkrong biasanya di teman makan Mandailing. Lagi pula, dari awal niat kita sama-sama serius,” tambah Rizka.
Dengan konsep “Ethnic & Elegance”, Rizka dan Anda menggabungkan tradisi adat Angkola-Mandailing dan modern yang disebut dengan Manulak Sere, penyerahan hantaran dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Berdasarkan adat, proses ini merupakan tanda bahwa keduanya sudah menikah secara adat, makanya proses ini dilangsungkan berdekatan sebelum hari pernikahan.
Dalam proses adat ini, keluarga Anda membawa Tampu / Partaganan yang fungsinya sebagai wadah sirih yang di dalamnya ada Burangir atau sirih yang penting dalam adat Angkola-Mandailing sebagai pembukaan saat menyampaikan Hobar atau kata yang disuguhkan kepada raja. Selain itu, keluarga Anda juga membawa Bodil Pangoncot, yaitu senapan dan pedang yang menunjukan rasa hormat dan tunduk pada raja. Ketiga, ada Uang Ingot-Ingot sebagai uang pengingat untuk mengajak partisipasi keluarga dalam proses pernikahan adat dan sebagai tanda komitmen kedua pasangan sampai hari pernikahan.
“Buatku, momen yang paling berkesan itu saat Haru, saat raja-raja adat berkumpul dengan keluarga besar kita. Walaupun aku lahir dan besar di Jakarta, aku tetap bisa mengikuti dan menjalankan setiap langkah adat di proses pernikahan ini dan semuanya berjalan dengan khidmat dan sesuai dengan prosesi adat.” cerita Rizka.
Top 3 vendors:
1. Mandaka by Diandra
“Aku sudah siapin kebaya lamaranku di salah satu tukang jahit, tapi ternyata saat kebayanya jadi yaitu H-14, hasilnya kurang memuaskan, jadi aku sedih dan cari tempat lain. Waktu aku lagi cari referensi di Instagram, aku ketemu Mandaka ini yang sebelumnya pernah aku taksir. H-14 itu aku langsung hubungi Mba Tisa, tapi ternyata bahan yang aku mau lagi habis, tapi dia tetap cari alternatifnya. H+2 setelah itu kita langsung ketemu untuk menentukan ukuran, desain dan modelnya. Kebayaku jadi H-3 dan langsung dikirim pakai Go-Jek ke kantorku. Setelah dicoba, hasilnya bagus banget, detailnya dan payetnya sesuai dengan yang aku mau.”
2. Beauty by Kalza
“Awalnya sempat kesulitan dapat jadwal sama Mba Tammy, tapi setelah diskusi akhirnya dapat di pukul 5 pagi. Secara personal, Mba Tammy orangnya ekspresif dan lucu, selalu ngajak ngobrol, jadi aku ngga gugup di hari itu, dan proses make up-nya juga jadi fun.”
3. Seserahan Manten
“Untuk seserahan, kita sepakat pakai Bulang dan Ampu Mandailing sebagai tambahan hantaran. Bulang adalah mahkota berbentuk tanduk dengan 7 tingkatan yang dilapisi emas, sedangkan Ampu adalah mahkota laki-laki yang dipakai raja-raja Mandailing terdahulu. Karena kita ingin beda, kita membuat Bulang dan Ampu kita sendiri untuk seserahan. Kebetulan, daerah asalku memang pengrajin tenun dan aksesoris Mandailing. Bulang dan Ampu ini akan kita pakai saat prosesi adat dan resepsi sebagai kenang-kenangan. Untuk soal ini, Mba Intan sangat hati-hati dan detail dalam memilih warna bunga dan hiasan pengemasannya, jadi terlihat cantik dan mewah.”
Tips untuk brides to be,
“Dari pengalaman persiapan lamaranku kemarin, aku belajar banyak untuk pandai-pandai mengkomunikasikan keinginan, baik diri sendiri, orang tua, pasangan, dan keluarga pasangan. Apalagi untuk lamaran adat, kita harus benar-benar memperhatikan detail, karena momen ini sakral untuk semua pihak.”