Acara Lamaran Adat Lampung ala Tantia dan Elno

By Friska R. on under The Engagement

Style Guide

Style

Traditional

Venue

Residential

Colors

Vendor That Make This Happened

Engagement Reception

Venue Private Residence

Event Styling & Decor Kusmawardhani Florist

Photography Soe & Su

Kebaya Merras

Make Up Artist Putri Sjiddiq

Kisah Tantia dan Elno yang akan kami bahas hari ini bisa terbilang cukup unik. Walaupun mereka sama-sama menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Trisakti, mereka tidak mengenal satu sama lain selama 3 tahun pertama. Pada satu ketika, Elno meminta sahabatnya, yang merupakan teman baik Tantia, untuk mengenalkannya kepada Tantia. Dari sejak awal, Elno memang berniat untuk mendekatinya. Entah kenapa Elno pun yakin bahwa Tantia akan menjadi istrinya kelak, sehingga ia memang sudah mengutarakan niatnya sejak masa pendekatan. Keyakinan Elno akan Tantia ternyata benar, keseriusan hubungan mereka berlanjut hingga acara lamaran perpaduan adat Lampung dan Jawa. Yuk, baca selengkapnya!

“Sejak awal Elno sudah ngajak aku nikah, tapi aku ngga gubris sama sekali haha. Waktu itu kita masih kecil, baru 20 tahun. Tetapi karena dia yakin banget akan menikah denganku, jadinya aku luluh dan menerima ajakannya untuk berpacaran,” cerita Tantia mengenai awal mula hubungan mereka.

Walaupun sedari awal mereka memang sudah berpikiran untuk menikah, mereka berdua berkomitmen untuk menamatkan pendidikan kedokteran terlebih dahulu. Setelah 5 tahun, barulah mereka kembali membicarakan rencana pernikahan tersebut.

Menurut Tantia, Elno tidak mempersiapkan apapun. Namun ia langsung berbicara kepada orang tua Tantia dan hebatnya lagi, saat itu Tantia sedang tidak ada di rumah. “Ketika aku sudah di rumah, tiba-tiba bapak ibuku bercerita bahwa Elno sudah meminta izin untuk menikahiku. Reaksi aku kaget banget karena aku tidak pernah dikasih tau sebelumnya hehe,” tambah Tantia.

Konsep dekorasi dari acara lamaran mereka ini memang didominasi oleh adat Jawa, latar belakang keluarga Tantia. Ia sengaja memilih elemen dekorasi seperti gebyok dan meja kayu ukiran. Ia mengaku ia tergolong sangat efisien dalam hal dekor karena ia memanfaatkan perabotan yang ada di rumahnya. Sedangkan untuk elemen lainnya, seperti bunga dan daun, ia memercayakannya kepada Kusmawardhani Florist.

Untuk acaranya sendiri, mereka memilih prosesi lamaran adat Lampung yang memang latar belakang keluarga Elno. Acara tersebut diawali dengan prosesi Nunang, atau lamaran. Keluarga Elno datang dengan membawa makanan khas Lampung, kain tapis Lampung, songket, barang kebutuhan wanita, dan alat nyireh ugay cambai (sirih pinang).

Setelah itu, keluarga Elno menyampaikan maksud kedatangan mereka. Jawaban dari lamaran tersebut diserahkan sepenuhnya kepada Tantia. Selain menjawabnya langsung, Tantia juga sudah mempersiapkan flower wreath cake yang bertuliskan “I said YES”. Ternyata Tantia sudah latihan untuk membuat kue tersebut dari  2 minggu sebelumnya. Hasilnya pun sungguh sangatlah cantik!

Yang paling unik dari lamaran adat Lampung ini adalah prosesi Nyirok (Ikat). Di sini Tantia harus berdiri di atas nampan emas yang sudah dibawa. Keluarga Elno pun secara bergantian memakaikan perhiasan sebagai tanda pengikat hubungan. Pada prosesi ini, orang tua Elno juga mengikatkan kain jung sarat di pinggang Tantia. Prosesi ini memiliki makna agar semuanya persiapan lancar dan jauh dari halangan. “Bagiku, prosesi ini memiliki makna yang sangat dalam karena kain tersebut merupakan kain yang sudah dipakai secara turun temurun di keluarga Elno,” lanjut Tantia.

Busana yang dikenakan Tantia juga memiliki makna tersendiri. Kain jarik yang menjadi bawahan kebaya kutu baru yang dikenakannya ternyata dibuat sendiri oleh nenek buyutnya dan kain tersebut sudah dikenakan selama 4 generasi turun temurun. Ia pun bersyukur karena kain tersebut masih dalam kondisi yang sangat amat bagus.

Setiap prosesi meninggalkan kesan yang dalam bagi Tantia, tetapi yang paling membuatnya tersentuh adalah ketika Elno menyampaikan speech-nya ketika melamar Tantia. Ia mengaku sempat nervous dan tidak mau keluar dari kamar. Tetapi ia bersyukur karena semuanya berjalan dengan lancar dan juga meriah karena keluarga Elno sering melontarkan pantun-pantun yang lucu.