15 Februari, merupakan hari yang ditunggu-tunggu. Ada yang menunggu karena tidak sabar untuk segera mencoblos pilihannya, ada pula yang tidak sabar karena ingin cepat-cepat suasana heboh dan panas ini berakhir. Memang tidak dapat dipungkiri, kondisi dan situasi politik negara kita saat ini sedang memanas akibat adanya pemilihan kepada daerah serentak di bulan ini, khususnya pilkada Jakarta. Saya seringkali jengah apabila membaca dan mengamati social media yang berbau negatif atau black campaign yang tidak bertanggung jawab. Namun di balik itu, pilkada kali ini juga cukup seru apalagi dengan adanya debat langsung di televisi. Saya dan suami biasanya membahas hasil debat berdua sambil tertawa-tawa melihat meme yang langsung bertebaran hasil tangan-tangan kreatif anak Indonesia. Nah, ternyata dalam masa pilkada ini kita bisa belajar tentang banyak hal yang juga bisa diterapkan dalam rumah tangga. Empat diantaranya adalah :
1. Ikut Suami Sebagai Kepala Rumah Tangga
Di awal-awal pilkada, saya merupakan swing voters yang masih bingung harus memilih siapa. Saya pun mencari tahu tentang sepak terjang para calon yang ada dan meminta pendapat suami. Ketika suami memberi tahu calon yang sebaiknya dipilih dan saya rasa masuk akal, maka saya ikut dengan masukan suami. Rumah tangga bisa diibaratkan dengan kapal pesiar yang sedang berlayar, mengarungi kehidupan, dan suami sebagai kepala rumah tangga adalah nahkodanya. Dalam setiap keputusan rumah tangga, kita sebagai istri sebaiknya mendengarkan dan taat dengan suami.
2. Hargai Perbedaan
Salah satu penyebab situasi sekarang ini begitu memanas adalah karena sebagian orang tidak terima dengan mereka yang berbeda pendapat dengannya. Lalu bagaimana dengan kita dan pasangan ketika sudah menikah nanti, apakah kita akan dihadapkan dengan perbedaan pendapat. Jawabannya iya, dan akan ada begitu banyak perbedaan pendapat. Dari mulai hal yang sepele sampai kepada persoalan yang berat dan sensitif. Yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana kita bisa menghargai perbedaan itu dan mencari jalan keluarnya dengan damai tanpa harus menimbulkan konflik berkepanjangan dengan pasangan.
3. Cari Fakta Sampai Jelas
Hoax adalah salah satu yang tidak pernah ketinggalan dalam suasana pilkada. Begitu mudahnya tersebar dan tentu merugikan orang yang difitnah. Pihak-pihak yang terbakar emosi karena termakan isu hoax juga dirugikan karena waktu dan pikirannya tersita memikirkan hal yang tidak benar. Suatu ketika, teman saya menangis tidak karuan karena menerima foto kiriman temannya yang melihat suaminya sedang makan bersama seorang wanita. Padahal faktanya adalah, suaminya sedang makan siang bersama kliennya, seorang wanita dan pria membahas pekerjaan. Namun, pada saat itu klien pria suaminya tersebut sedang pergi ke toilet. Jadi seakan-akan suaminya sedang makan berdua saja dengan wanita tersebut. Belajar dari hal tersebut ada baiknya kita selalu mencari fakta yang jelas dan tidak perlu terbawa emosi ketika menghadapi berita yang tidak mengenakan dalam rumah tangga.
4. Belajar Berdebat Dengan Baik
Salah satu peraturan dalam debat pilkada adalah setiap masing-masing calon tidak boleh menyerang personal calon lainnya. Hal yang mesti diperdebatkan adalah pokok inti dari setiap permasalahan kota dan solusinya. Begitu pula dengan perdebatan dalam rumah tangga. Seperti yang telah diulas sebelumnya, rumah tangga akan selalu dihadapkan dengan perbedaan pendapat. Suami-istri harus terus belajar bagaimana bisa berdebat dengan baik. Inti masalah dan solusinya saja yang perlu dibahas. Tidak perlu sampai menyerang personal suami apalagi sampai menyakiti hatinya dengan kata-kata yang tidak baik. Dengan begitu, sehebat apapun masalah rumah tangga pasti bisa diselesaikan dengan damai.
Dalam setiap aspek kehidupan, pasti akan selalu ada pembelajaran yang bisa dipetik, begitu juga dengan pilkada. Nah, apakah kamu sudah siap dengan pilihanmu? Baik pilihan gubernur maupun pilihan pasangan hidup, hehehe. Happy voting brides!