Ada satu aplikasi smart phone yang sering sekali saya buka sebelum memulai aktivitas saya di pagi hari, yaitu Timehop. Sebagai orang yang rajin memberikan update di media sosial, saya sangat menyukai aplikasi yang bisa membuat saya bernostalgia setiap hari ini. Dengan menggunakan aplikasi ini, saya jadi bisa mengingat masa-masa yang sudah saya lalui, khususnya selama enam tahun ke belakang. Seru sekali! Pada suatu pagi, Timehop menunjukkan foto-foto pre-wedding dan foto catatan sipil yang saya ambil pada tahun 2010. Foto-foto yang saya unggah lima tahun lalu tersebut menunjukkan betapa langsingnya saya dan suami saya saat itu saat itu.
Saya kembali mengingat proses naik turunnya berat badan saya selama empat tahun pernikahan. Pada tahun pertama menikah, berat badan saya hanya 53 kg. Saat saya hamil anak pertama, berat badan saya melonjak drastis hingga mencapai 75 kg! Selang setahun sejak melahirkan anak pertama, berat badan saya turun 15 kg, namun saat anak pertama saya genap berusia dua tahun, saya hamil anak kedua. Berat badan saya kembali naik dan kali ini kenaikannya mencapai 20 kg. Ini berarti saya masih tekor 5 kg! Kini berat badan saya memang stabil, namun masih jauh dari berat badan saya ketika belum menikah. Tentu saja saya bisa beralasan bahwa wajar saja saya menjadi gemuk setelah menikah, toh saya telah melahirkan dua anak. Meskipun demikian, bagaimana dengan suami saya yang sebelum menikah beratnya hanya 75 kg sedangkan setelah menikah hampir mencapai 100 kg?
Berangkat dari rasa penasaran tersebut, saya membuat survey kecil-kecilan di akun Path saya mengenai berat badan sebelum dan sesudah menikah. Sebagian teman perempuan saya ternyata sama seperti saya, langsing sebelum menikah dan menjadi gemuk setelah menikah. Sebagiannya lagi cukup membuat saya iri, karena mereka tetap langsing sesudah menikah. Lain lagi dengan kaum pria yang memberikan jawaban bulat bahwa mereka memang menjadi gemuk sesudah menikah. Kenaikan berat badannya pun sangat drastis, yaitu mencapai 33 kg!
Gemuk tanda bahagia? Bisa jadi! Secara rata-rata, penyebab menggemuknya orang-orang yang telah menikah adalah karena rajin makan masakan istri. Setelah menikah, istri memiliki suami yang siap menjadi ‘kelinci percobaan’ masakan. Saya pribadi sangat senang melihat raut wajah suami saya saat melahap masakan saya, sehingga saya semakin rajin untuk mencoba berbagai menu baru demi mendengar pujiannya yang mengatakan bahwa masakan saya enak. Empat tahun pernikahan membuat saya sadar bahwa suami saya hanya punya dua jawaban, yaitu enak dan enak sekali. Saya pun akhirnya mengerti kenapa berat badan suami saya bisa naik drastis. Selain itu, laki-laki juga cenderung menjadi gemuk saat sang istri tengah hamil, apalagi jika istri meminta suami untuk menjadi sama gemuknya. Anak juga bisa menjadi penyebab menggemuknya orang-orang yang telah menikah, karena siapa lagi yang akan menghabiskan makanan yang anak tidak sanggup habiskan?
Sebenarnya saya ingin mengukuhkan hipotesis saya bahwa orang-orang akan otomatis menjadi gemuk setelah menikah, tetapi hipotesis tersebut terpatahkan oleh para wanita yang masih langsing setelah menikah ataupun sudah melahirkan, misalnya Andien dan Sophie Navita. Memang tidak adil untuk mengambinghitamkan status dari lajang menjadi menikah sebagai penyebab gemuk, karena kunci untuk menjaga berat badan tentunya ada pada pola hidup yang sehat. Jadi, jangan takut menjadi gemuk setelah menikah selama kamu memiliki pola hidup yang sehat, ya!
Featured image – courtesy of Juliet Burns