Walaupun memiliki kesamaan, tampilan pengantin Yogyakarta dan Solo tentu memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan yang jelas terlihat tentu dari busana yang dikenakan. Apakah para bride-to-be sudah tahu yang membedakannya? Jika belum, simak yuk perbedaan busana pengantin Yogyakarta dan Solo di sini!
Yogya Paes Ageng dan Solo Basahan
Busana pengantin Yogya Paes Ageng merupakan busana yang awalnya hanya boleh dikenakan oleh putra-putri Sultan Kraton Yogyakarta di hari pernikahan mereka. Busana ini dikenakan pada saat prosesi Panggih atau resepsi. Tampilannya yang anggun dan mewah membuat busana yang dikenal dengan dodotan atau kemben ini menjadi favorit banyak pengantin. Meski demikian, banyak juga pengantin yang memilih busana modifikasi. Misalnya menggunakan paes atau riasannya saja dan mengganti dodot atau kemben dengan kebaya. Seperti busana pengantin Yogya Paes Ageng, busana penganti Solo Basahan juga mengenakan dodot. Baju ini merupakan busana kebesaran para Raja di Kraton Kasunanan Surakarta (Solo) yang kini banyak dikenakan oleh masyarakat umum.
Perbedaan Motif Kain
Ada beberapa perbedaan yang terlihat dari kedua busana pengantin tersebut, pertama dari dodot yang dikenakan. Busana Yogya Paes Ageng menggunakan kain batik motif Sido Mukti atau Sido Asih, melapisi kain cinde yang melilit tubuh pengantin. Kain batik motif Sido Mukti ini melambangkan harapan untuk kebahagiaan pengantin. Sedangkan motif Sido Asih memiliki makna saling menyayangi.
Sementara pada pengantin Solo Basahan, dodot yang melapisi kain cinde dibentuk dari kain batik motif alas-alasan (binatang) dan tumbuhan hutan. Bila mengikuti aturan yang sebenarnya, dodot dengan kain berwarna hijau dan putih di bagian tengah hanya boleh dikenakan oleh kalangan keraton. Namun kini seiring perkembangan zaman masyarakat umum sudah diizinkan mengenakan busana ini, namun dengan menggunakan warna yang berbeda.
Makna Motif Kain
Makna dari kain motif ini adalah penggambaran sifat binatang yang ada di dalam diri manusia. Misalnya menjangan yang berarti menganjurkan bagaimana seorang istri harus lincah dan dapat mengerjakan berbagai hal. Lalu bunga matahari menggambarkan seorang istri harus dapat menyinari seluruh keluarga. Hal itu dimaksudkan agar pasangan pengantin tidak menganggap ringan sebuah ikatan pernikahan.
Perbedaan Hiasan Kepala
Perhiasan pertama yang ada di atas kepala pengantin Yogya Paes Ageng adalah pethat gunungan, berbentuk seperti gunungan dan berfungsi sebagai mahkota. Kemudian diikuti sepasang centhung berbentuk seperti kuda laut yang ditempatkan di sisi kiri kanan dan depan pethat gunungan. Setelah itu disisipkan di sanggul dan di belakang pethat gunungan, cundhuk mentul berjumlah lima buah.
Pada pengantin Solo Basahan, tidak mengenakan gunungan hanya ada perhiasan yang bentuknya lebih kecil bernama cunduk jungkat. Dilengkapi sepasang sisir centhung di sisi kanan dan kirinya. Bila cundhuk mentul pada pengantin Yogya Paes Ageng berjumlah lima dengan bentuk bunga, pada pengantin Solo Basahan terdapat sembilan cundhuk mentul dengan detail yang berbeda. Cundhuk mentul pun memiliki berbagai bentuk berbeda yaitu menjangan/kijang, sepasang gajah, kupu-kupu, sepasang matahari, dan terakhir kupu-kupu berukuran besar yang berada di bagian tengah.
Ronce Bunga Melati
Satu perbedaan lagi yang terlihat cukup jelas namun jarang diperhatikan adalah tampilan pengantin pria maupun wanita Solo Basahan yaitu ronce bunga melati panjang. Ronce ini kemudian dikalungkan di leher pada pengantin pria, sedangkan pengantin wanita menggunakan rangkaian melati disematkan di sanggul. Ronce panjang bunga melati ini hanya digunakan pada pengantin Solo dan tidak kita temukan pada pengantin Yogya Paes Ageng.
Yogya Puteri dan Solo Puteri
Dari segi busana, baik pengantin Yogya Puteri maupun Solo Puteri hampir tidak memiliki perbedaan. Pengantin wanita sama-sama mengenakan kebaya beludru panjang, sedangkan pengantin pria menggunakan busana yang menyerupai jas tutup atau beskap. Kain yang digunakan umumnya kain batik motif Sido Mukti atau Sido Asih.
Aksesoris
Perbedaan terlihat jelas pada perhiasan atau aksesoris yang digunakan. Pengantin wanita Yogya Puteri memakai bunga jebehan (seperti mawar merah) disematkan di sisi kanan dan kiri sanggul belakang telinga. Untuk hiasan kepala menggunakan gunungan di bagian atas kepala dengan satu buah cundhuk mentul. Sementara pengantin Solo Puteri menggunakan ronce melati pengasih yang disematkan di samping telinga dan ronce melati di bagian dada. Perhiasan kepala pengantin wanita Solo Puteri nampak lebih istimewa dengan kehadiran cunduk jungkat dan sepasang centhung dan tujuh buah cundhuk mentul yang disematkan pada sanggul.
Untuk pengantin pria, pada Yogya puteri menggunakan sumping emas dan kembang sritaman di telinga kiri dan kanan. Serta pada bagian kepala terdapat kuluk kanigara. Sedangkan pada pengantin pria Solo Puteri menggunakan kalung ronce melati. Ronce bunga melati ini disematkan pada bagian telinga, dan terakhir blangkon sebagai penutup kepala.
Nah, itulah perbedaan busana pengantin Yogyakarta dan Solo! Jadi sekarang tak perlu bingung lagi untuk membedakan kedua tampilan pengantin Yogya dan Solo ini ya Brides!
Photo : Mindfolks