Pernikahan Adat Bali Nicken dan Batara

By Valeska on under The Wedding

Style Guide

Style

Traditional

Venue

Hotel

Colors

Vendor That Make This Happened

Wedding Reception

Venue Aneka Resort & Spa Singaraja

Event Styling & Decor Onni

Photography Warna Fuji Foto

Videography Warna Fuji Foto

Bride's Attire Cahya Dewi

Groom's Attire Cahya Dewi

Make Up Artist Cahya Dewi

Jewellery & Accessories Cahya Dewi

Wedding Entertainment Rumah Musik Demores

“Pernikahan adat Bali itu unik, karena setiap prosesi yang harus dijalani memiliki filosofi tersendiri yang jarang ditemukan dalam adat lainnya,” ujar Nicken mantap dalam membuka wawancaranya dengan tim The Bride Dept. Ya, ulasan pernikahan hari ini adalah pernikahan adat Bali ala Nicken dan Batara. Mungkin sebagian besar dari kita hanya familiar dengan berbagai venue pernikahan di Bali yang cantik, namun kurang familiar dengan pernikahan adat Bali itu sendiri. Simak kisah pernikahan Nicken dan Batara yuk!

Dalam pernikahan adat Bali, hari dan tanggal pernikahan haruslah ditentukan berdasarkan perhitungan hari baik. Bagi Nicken yang juga mengadakan resepsi pernikahan di Jakarta, menentukan tanggal pernikahan ini memberikan pengalaman yang berkesan. “Aku tuh selalu berpikir bahwa mendapatkan venue pernikahan di Jakarta lebih susah daripada di Bali, jadi aku memesan venue pernikahan di Jakarta terlebih dahulu agar tanggal pelaksanaan upacara adat di Bali menyesuaikan dengan tanggal resepsi pernikahan di Jakarta. Ternyata, kenyataannya tidak seperti yang aku pikirkan. Sulit sekali mendapatkan hari dan tanggal yang sesuai,” kenang Nicken. Seperti pernikahan pada umumnya, Nicken menginginkan untuk melangsungkan pernikahan pada hari Sabtu atau Minggu, namun karena perhitungan hari baiknya jatuh pada hari kerja, upacara adat pun diadakan pada hari Kamis dan resepsi di Bali diadakan pada hari Sabtu, tepat satu minggu sebelum resepsi pernikahan di Jakarta.

Mengingat Nicken berasal dari Singaraja, maka pernikahannya dengan Batara juga diselenggarakan di Singaraja. Lokasinya yang berada di Bali bagian utara membutuhkan waktu tempuh selama kurang lebih dua jam dari Denpasar. Untungnya, keluarga dan kerabat yang diundang ke acara pernikahan Nicken dan Batara di Bali tidak mempermasalahkan waktu tempuh yang cukup panjang tersebut.

Nicken menjelaskan bahwa dalam pernikahan adat Bali, semua prosesi hanya menghabiskan waktu satu hari. Prosesi pertama yang Nicken dan Batara lakukan adalah lamaran. “Lamaran dilakukan pada hari yang sama dengan pernikahan agar lebih praktis saja, karena kalau aku dan Batara yang tinggal di Jakarta harus bolak-balik ke Bali untuk mengadakan lamaran, rasanya tidak efektif secara biaya maupun waktu. Jadi, kami gabungkan saja prosesi lamaran dengan pernikahan,” jelas Nicken. Sesudah lamaran, Nicken dan Batara melaksanakan upacara Makala-Kala yang bertujuan untuk menetralisir dan membersihkan sifat-sifat buruk kedua calon pengantin, sehingga sifat-sifat buruk tersebut dapat hilang. Melalui upacara Makala-Kala, diharapkan kedua calon pengantin memiliki sifat-sifat yang baik dan suci. Nicken juga menambahkan, “Upacara Makala-Kala itu untuk memberitahukan bahwa kami akan menikah, biar ngga ada gangguan terhadap kami. Ke depannya, kami bisa hidup bahagia dan terbebas dari pengaruh jahat.”

Selanjutnya, Nicken dan Batara mengadakan upacara Suun-Suunan. “Nah, upacara Suun-Suunan ini sangat unik, karena Batara harus memikul cangkul, batang tebu, buah kelapa, dan periuk. Maknanya, agar Batara mengambil tanggung jawab sebagai kepala keluarga dan siap membangun rumah tangga dengan bekerja untuk menafkahi keluarganya. Aku sendiri menjinjing bakul yang berisikan talas, beras, dan bumbu dapur lainnya yang melambangkan bekal untuk mengarungi hidup baru sebagai istri yang harus bisa menjaga rumah tangga dan mengemban tugas dari suami,” jelas Nicken lagi. Upacara Suun-Suunan tidak berhenti sampai di situ saja. Dengan membawa perlengkapan masing-masing, Batara dan Nicken harus berputar mengelilingi banten sebanyak tiga kali. Pada saat mengelilingi banten, Batara menendang serabut kelapa disambut Nicken yang menutup kembali serabut kelapa tersebut. Hal itu melambangkan bahwa pasangan suami-istri harus dapat menyingkirkan dan menghadapi masalah secara bersama-sama. “Kalau kelak ada perselisihan antara suami dengan istri, ya harus ada yang mengalah dan menyadari kesalahannya,” Nicken menambahkan.

Setelah itu, Batara dan Nicken berdiri di hadapan dua batang kayu yang saling terkait dengan benang putih dan ditancapkan ke tanah. Kedua batang kayu tersebut merupakan lambang pintu gerbang yang saling terhubung oleh benang putih. Batara dan Nicken harus melewati dua batang kayu tersebut dengan memotong benang putih yang menghubungkannya. “Maknanya kurang lebih bahwa aku dan Batara akan menjalani kehidupan yang baru dengan hati bersih dan suci.” Prosesi-prosesi yang Nicken dan Batara jalani tersebut kemudian ditutup dengan membersihkan diri dan sembahyang bersama.

“Aku menyerahkan persiapan pernikahan di Bali kepada orang tuaku, karena mereka lebih memahami tata caranya. Aku dan Batara kan tinggal di Jakarta, jadi susah kalau mau terjun langsung,” kata Nicken jujur. Persiapan pernikahan di dua kota yang berbeda dalam kurun waktu 6 bulan ternyata cukup menguras pikiran Nicken, namun kehadiran Batara yang selalu dengan sabar membantu dan menenangkannya membuat Nicken sangat bersyukur.

Saat ditanya mengenai awal perkenalannya dengan Batara, Nicken mengatakan bahwa ia dan Batara adalah teman sekantor yang mulai saling mengenal dalam acara outing kantor. “Sebagai panitia outing, dia beberapa kali menghubungi aku. Frekuensinya lama-lama meningkat dan makin lama dia semakin memperhatikan aku sampai suatu hari dia mengajak aku makan malam dan pada saat itulah dia meminta aku menjadi pacarnya,” ujar Nicken. Menurut Nicken, Batara bukanlah tipe laki-laki yang romantis, tetapi semua kejutan yang Batara berikan padanya selalu romantis, misalnya saat Batara melamar dirinya. “Batara melamar aku tepat saat 8 bulan resmi berpacaran. Katanya sih dia mempersiapkannya sejak lama, bahkan sampai nyusun rencana bareng temen deket aku. Jadi gini, temen-temen aku ngajak ketemuan di daerah Kuningan sepulang kantor. Ketika kami semua udah berkumpul, tiba-tiba ada yang menutup mataku dari belakang sambil ngasih bunga. Pas aku buka mata, ternyata itu Batara. Aku kaget banget ada Batara pas aku lagi kumpul sama temen-temen aku. Eh tiba-tiba dia mengeluarkan cincin sambil berlutut dan nanya, ‘Will you marry me?’. Aku kaget dan terharu banget!” Tentu saja kejutan dari Batara mengundang respon dari orang-orang di sekitar yang langsung bertepuk tangan untuk Nicken dan Batara.

“Batara kadang memang banyak kejutannya hehe. Dia kan belum pernah pakai baju adat Bali, jadi aku tidak menyangka bahwa dia sangat menikmati kesempatan untuk menggunakan baju adat Bali. Batara bahkan aktif berkoordinasi dengan pihak sanggar kalau misalnya ada yang kurang pas dengan bajunya. Itu berkesan banget buatku,” tutur Nicken. Nicken dan Batara yang terlihat serasi mengenakan warna merah rupanya juga telah menjadi impian Nicken sejak dulu. “Aku sangat suka warna merah dan impianku sejak lama adalah mengenakan baju berwarna merah saat menikah. Senang sekali rasanya melihat impianku terkabul!”

Tips untuk pembaca The Bride Dept dari Nicken:

“Jangan terlalu memaksakan keinginan, khususnya keinginan sendiri, karena acara pernikahan adalah acara dua keluarga besar, jadi kamu harus belajar menerima pendapat atau mengakomodasi keinginan orang lain.

Banyak berdoa dan selalu berpikir positif, karena betapapun besarnya persiapan pernikahan yang telah kita lakukan, kita hanya bisa pasrah saat hari H. Komentar positif ataupun negatif akan selalu ada, jadi jalani saja tanpa stres. Udahannya pasti kangen masa-masa sibuk mempersiapkan pernikahan!”

Top 3 vendors pilihan Nicken:

Cahya Dewi

“Cahya Dewi adalah vendor busana pengantin dan makeup untuk pernikahanku di Bali. Pilihan aku sama sekali tidak salah, karena hasilnya sesuai ekspektasi aku, terutama bagi Batara yang baru pertama kali mengenakan baju adat Bali.”

De Luna WO

“De Luna sangat membantu aku dalam mempersiapkan resepsi pernikahan aku di Jakarta, terutama Mbak Riri yang sudah dengan sabar membantu dan selalu rajin mengingatkan sehingga resepsi pernikahan aku bisa berjalan dengan lancar.”

Pisilia Dekor  

“Pisilia Dekor sangat mengerti apa yang aku inginkan dan mampu mengakomodasi keinginan aku. Para tamu undangan dan keluarga juga sangat menyukai dekorasi pernikahanku.”