Pernikahan Adat Bugis ala Adica dan Andi

By NSCHY on under The Wedding

Style Guide

Style

Traditional

Venue

Hall

Colors

Vendor That Make This Happened

Venue Auditorium Kementrian Pertanian – Pasar Mingu Ragunan

Event Styling & Decor Dewa Decor

Photography Melanes Bintang Photography

Pemandu Adat Sanggar Tamalate

Make Up Artist Irwan Riady

Catering Akasya

Others Kotak Photobox

Wedding Organizer Tirta WO

Wedding Entertainment The Soulful Band

Mungkin benar kata orang kalau jodoh itu tak kemana. Siapa yang sangka justru hubungan percintaan antara kakak Andi dengan adik sepupu Adisa justru malah memberikan keduanya untuk berkenalan satu sama lain. Meski awalnya mereka tak ada ketertarikan saat berkenalan karena sama-sama mempunyai first impression yang buruk.

“Menurut Andi, aku tuh sombong banget dan menurut aku, Andi itu berisik banget waktu pertama kali ketemu.”

Karena first impression buruk tersebut, mereka sama sekali enggan untuk melanjutkan komunikasi dan akhirnya kesempatan untuk bertemu lagi di tahun 2015 kemarin di salah satu pesta pernikahan kerabat keduanya. Bagi Adisa, Andi tetap sama, berisik. Pasalnya, saat pertama kali melihat Adisa, Andi langsung berteriak menyapa Adisa dengan nama akun Instagramnya dan langsung meminta Adisa untuk meng-add akun Path-nya.

“Mau nggak mau aku add Path Andi karena ditodong di depan mukanya. Males banget sebenarnya.”

Pertemuan mereka semakin diperkuat dengan pernikahan adik sepupu Adisa dengan kakak Andi pada tahun 2016 lalu. Terlebih lagi saat Rara dan Rere (adik sepupu Adisa dan kakak Andi) mengajak Adisa dan Andi untuk hangout bersama setelah acara lamarannya.

“Saat makan itu, Andi mau update Path kalau kita lagi hangout. Tiba-tiba Andi sadar kenapa akun Path-ku nggak ada yang sebenarnya juga emang udah aku unshare karena menurutku kita nggak begitu dekat. Jujur aku panik waktu itu, dan bahkan Andi terus nanya kenapa aku unshare.”

Namun ternyata percekcokan mereka tersebut di meja makan membuat mata Adisa terbuka bahwa Andi bukan hanya sosok pria yang berisik dan juga menyebalkan, tapi ia berwawasan luas, humoris dan menyenangkan. Di situlah Adisa langsung merasa jatuh hati, “merasa tenang, aman dan nyaman banget!” cerita Adisa.

Dari kenyamanan tersebut, semakin dekatlah hubungan keduanya. Bahkan, seiring komunikasi santai di antara mereka berdua, Andi seringkali menyelipkan ajakan untuk menikah, seperti, “Halo Adisa, ke pelaminan yuk!” atau “Duh, aku udah capek sendiri, nikah ajalah kita, cocok tau!”

Suatu hari saat merayakan ulang tahun Ayah Adisa di rumah, Andi tanpa ragu langsung melamar Adisa kepada ayahnya langsung. Karena selama ini memang sering bercanda soal ajakan menikah, Adisa yang mendengar langsung tertawa dan menganggapnya sebagai lelucon. Tapi, tanpa sangka, Andi melakukannya tulus dan serius karena mengingat selama ini perbincangan mereka yang selalu dalam dan hangat. Menurut Andi, kalau orang tuanya sudah setuju, pasti anaknya akan setuju juga.

Karena keduanya sama-sama keturunan Makassar, Andi dan Adisa menggunakna konsep adat Bugis Makassar, mulai dari pakaian pernikahan hingga pakaian para bridesmaid dan bestman dengan konsep warna perpaduan merah dan hijau; merah untuk resepsi sedangkan hijau untuk akad nikah. Pssst, seluruh attire untuk bridesmaid dan bestman dibuat dari Sutera Makassar loh! Cantik sekali ya. Seluruh adat Makassar pun juga dilangsungkan, mulai dari Barumbung, Mappasili, Pengaian, Mappaci. Bahkan, ada juga Mappasikarawa, yaitu momen Andi menjemput Adisa setelah akad nikah yang dimaksudkan sebagai sentuhan pertama mempelai laki-laki kepada wanitanya sebagai kedudukan pasangan suami-istri yang sah.

“Tiga hari sebelum menikah aku juga mengadakan A’Barumbung (Mappesau) atau mandi uap yang dilakukan selama tiga hari. Gunanya sih untuk mengeluarkan keringat dan menyerahkan kulitku saat hari H.”

Untuk pakaian pernikahan keluarga, Andi dan Adisa menyediakan pakaian Baju Bodo / Jas Tutup dengan Lipa’ Sa’ Be’, sarung sutera yang biasa digunakan sebagai bawahan baju Bodo’. Kalau untuk perhiasan dan pernak pernik Adisa dan Andi, keduanya menggunakan koleksi keluarga yang sudah jadi hal turun temurun.

“Yang membuatku senang itu bisa mengenakan Rok Emas turunan dan perhiasan emas keluarga yang sudah dipakai sepupu-sepupu sampai ke aku. Memang sangat berat rok emasnya, tapi tertutup dengan rasa senang dan bahagia selama pernikahan. Seluruh cita-citaku terhadap prosesi adat bisa terlaksana.”

Tak hanya prosesi dan juga pakaian adat Bugis, untuk undangan pernikahanpun Adisa dan Andi memilih bentuk Kapal Pinisi, yaitu kapal layar tradisional khas Indonesia yang berasal dari Suku Bugis dan Suku Makassar di Sulawesi Selatan.

“Karena aku dan Andi suka kulineran dan bidang pekerjaanku berhubungan dengan kuliner, makanya kita memutuskan untuk menggunakan logo Sendok dan Garpu untuk suvenir. Awalnya kita kira kalau suvenir ini nggak terlalu menarik, taunya banyak yang update Snapchat, Instagram Stories dan Path katanya sendok portable dan pouch-nya berguna.”

Top 3 vendor,

1. Melanes Bintang Photography

“Ini jagoanku dan Andi. Mas Bintang dan kru sangat handal dalam mengambil momen yang pas dan berhasil membuat mood jadi asik. Tanpa brief yang repot, mereka sangat kooperatif dan loyal.”

2. Sanggar Tamalate

“Sanggar Tamalate pasti udah tak asing lagi di kalangan orang Makassar Bugis. Adan dan pelaminannya keren, nggak perlu diraguin lagi!”

3. Kota Photobox

“Lucu! Hasil foto softcopy-nya bisa diambil di web Kotak. Dan ternyata di akhir acara aku juga dikasih semua softcopy foto-fotonya. Bahkan, mereka bisa mendesain sesuai acara pernikahan kita juga.”

Tips untuk brides to be,

“Nikmatin aja! Jangan dibawa stres karena prosesi berjalan cepat dan pasti akan rindu dengan masa-masa persiapannya. Perkompak hubungan dengan saudara dan orangt ua karena semakin sering komunikasi akan semakin lancar persiapannya dan mengurangi perbedaan pendapat. Rajin-rajinlah ibadan karena apapun masalahnya pasti akan ada jalan keluar dari Allah.”