Vendor That Make This Happened
Akad Nikah
Venue Hotel Bidakara
Event Styling & Decor Rolas Decor
Photography The Uppermost
Videography Elevenlight
Bride's Attire Anggun Busana
Make Up Artist Olis Herawati
Wedding Organizer Sokoguru
Resepsi
Bride's Attire Setia Jaya
Butuh waktu dan proses yang cukup panjang bagi pasangan ini untuk akhirnya melangkah bersama ke pelaminan. Meskipun sudah saling mengenal sejak SMA, hati mereka baru terpaut 8 tahun kemudian. Berikut kisah Sonya dan dan Hangga tentang momen spesial mereka.
“Mas Hangga adalah kakak kelasku. Kami juga bergabung dalam organisasi yang sama. Mas Hangga orangnya lucu banget, suka iseng nggak jelas, dan ngasih tahu temennya kalau suka sama aku. Tapi, aku cuek aja karena sedang naksir cowok lain,” ujar Sonya mengawali ceritanya.
Setelah lulus SMA, Hangga pindah sekolah ke Singapura. Meskipun jaraknya berjauhan, keduanya kadang ngobrol melalui chatting. Hari pertama pulang dari Singapura, Hangga langsung mengajak Sonya untuk bertemu. “Tapi, acara ketemuan itu selalu nggak berlanjut kemana-mana. Aku dan Mas Hangga memang sama-sama masih punya pacar waktu itu. Tapi, setahun sekali, kami biasanya pasti ketemu.”
Mulai Persiapan
Setelah 8 tahun menjalani pola itu, Sonya dan Hangga pun sepakat untuk melanjutkan hubungan sebagai sepasang kekasih. “Saat terakhir ketemu itu, kami sama-sama udah nggak punya pacar lagi. Jadi, kami pun sepakat untuk serius,” kata Sonya.
Sekitar setahun sebelum menikah, Hangga tiba-tiba datang melamar Sonya pada sang Ayah. Peristiwa yang tidak disangka itu menjadi surprise bagi Sonya. Meskipun sebelumnya Hangga sudah pernah mengatakan akan melamar langsung pada orangtua Sonya, mereka sama sekali belum menentukan waktunya. “Untungnya ayahku menerima dengan senang hati dan mengizinkan Mas Hangga menikah denganku,” ujar Sonya sambil tersenyum.
Setelah itu, mereka pun memulai persiapan acara pernikahan. Tantangan terbesar yang dihadapi Sonya dan Hangga adalah membagi waktu karena keduanya sama-sama sibuk bekerja.
“Kami harus mencicil persiapan dari jauh-jauh hari. Sebagian besar kami lakukan saat weekend. Kadang, jadwal kami nggak sama sehingga kami kesulitan bertemu dengan vendor yang akan digunakan. Bahkan, ada beberapa vendor yang kami pilih hanya dengan mengandalkan review dari internet dan orang-orang yang pernah memakainya. Sampai-sampai, mereka heran karena kami sama sekali nggak mengajak ketemuan,” kata Sonya tertawa.
Tak Terlupakan
Prosesi adat yang digunakan dalam pernikahan Sonya dan Hangga adalah adat Jawa lengkap. Orangtua Sonya dan bapak Hangga memang bersuku Jawa, sedangkan Ibu Hangga dari Karo, Sumatera Utara. Seluruh rangkaian acara, termasuk pengajian dan akad nikah, dilaksanakan di rumah Sonya dengan konsep adat Jawa tradisional yang terasa sakral
“Karena aku anak pertama dan cukup dekat dengan ayahku, rasanya memang sangat sedih, terharu, dan bercampur senang. Aku tidak menyangka ayahku yang agak dingin juga ikutan menangis di acara pengajian. Acara siraman juga berkesan. Karena aku cucu pertama yang menikah, kebayang deh banyaknya nenek yang pengen nyiram aku,” cerita Sonya.
“Acara adat favoritku adalah malam midodareni. Aku dan Mas Hangga menggunakan pakaian warna biru, favorit kami berdua. Walaupun dipingit dan nggak boleh saling ketemu, aku senang karena didatangi teman-teman. Mitosnya sih, malam itu ada bidadari turun sehingga pengantin perempuan tidak boleh tidur hingga pukul 12 malam.”
Selain itu, momen yang juga berkesan bagi Sonya adalah masa-masa ribet saat mengurus pernikahan. “Karena semuanya diurus sendiri dari A sampai Z, rasanya sangat berkesan dan tak terlupakan,” tutur Sonya. Untuk mencari vendor pernikahan, hampir semua memang diserahkan pada Sonya. Hangga termasuk santai dan mengikuti kemauan Sonya, kecuali untuk vendor foto dan video. Menurut Hangga, foto dan video adalah hal paling penting karena mereka harus bisa capturing beautiful moments.
Pintar Menyiasati Pengeluaran
Karena acara sangat banyak, biaya pernikahan lumayan membengkak. Sonya dan Hangga pun menyiasati bride dan groom’s attire. Awalnya, Sonya ingin menyewa pakaian yang akan dikenakan saat resepsi. Namun, setelah mendatangi berbagai tempat persewaan baju pengantin, tidak ada yang sesuai keinginan mereka. “Entah terlalu heboh atau kurang bagus hiasannya. Harganya juga terbilang mahal meskipun cuma sewaan.”
Akhirnya, Sonya dan Hangga mencari waktu ke Tanah Abang. Di sana ternyata banyak yang menjual baju pernikahan adat. Di sebuah toko bernama Setia Jaya, Sonya dan Hangga menemukan apa yang mereka cari. “Aku lihat-lihat contoh baju mereka. Bahannya cukup bagus dan lentur. Ukuran pun bisa di-request. Warna manik-manik di baju dan bentuk baju juga sesuai keinginan kami,” tutur Sonya.
“Setelah aku tanya harganya dan ternyata masuk akal dan terjangkau, kami pun nekad saja. Dua minggu kemudian, aku diberi contoh, baru dijahitkan. Semuanya tepat waktu dan hasilnya sesuai keinginan serta pas di badan,” ujar Sonya. Meskipun tempatnya kurang nyaman dan perlu usaha lebih untuk mencapai tempat itu, Sonya merasa puas dengan hasilnya.
Top vendors rekomendasi Sonya:
1. The Uppermost
“Hasil fotonya memuaskan dan sesuai keinginan. Mereka berhasil mengabadikan momen-momen terpenting. Timnya sangat enak diajak bekerja sama.”
2. Rolas Décor
“Aku dibantu Mas Sulis dengan sangat baik. Walaupun beberapa kali sempat ganti tema karena bingung saking banyak yang bagus. Alhamdulillah tetap diladenin. Dekorasi di rumah juga on time dan sesuai keinginan.”
3. Setia Jaya
“Baju resepsinya berkualitas bagus, pembuatan tepat waktu, dan harga terjangkau.”
4. Olis Herawati (MUA)
“Meskipun nggak tes make up, hasilnya sangat recommended. Kebetulan aku nggak suka alis yang terlalu tebal atau mata yang terlalu tajam supaya nggak terlihat seram saat menggunakan paes. Dengan Mbak Olis, wajahku bisa tetap terlihat ayu dan natural.”
Untuk para brides to be, Sonya menyarankan calon pengantin untuk meneguhkan hati saat akan memilih tema pernikahan. “Baca juga review dari orang-orang yang telah menggunakan vendor tersebut. Kemudian, lihat foto-foto yang kira-kira sesuai dengan keinginan kita. Kita cukup datang ke vendor yang sesuai keinginan saja karena terlalu banyak pilihan akan membuang waktu dan membuat kita bingung.”
Selain itu, Sonya juga meminta para brides to be untuk mempertimbangkan budget yang dimiliki. Jangan lupa menyisihkan budget untuk honeymoon. “Mempersiapkan pernikahan itu cukup stres sehingga kita berhak untuk rileks sebentar sebelum kembali bekerja,” demikian alasan Sonya.
Tidak kalah penting, tambah Sonya, saat sudah deal dengan semua vendor, jangan lagi melihat-lihat vendor lain. “Aku dulu masih suka melihat-lihat dan hal itu justru membuatku insecure karena takut acara nggak berjalan sesuai harapan. Pasrah saja sama pilihan kita dan banyak berdoa supaya semua berjalan sesuai rencana,” tutup Sonya.