Pernikahan Adat Minang dengan Sentuhan Aceh ala Puti dan Ewin

By Motya Anjani on under The Wedding

Pernikahan Adat Minang dengan Sentuhan Aceh ala Puti dan Ewin di Balai Kartini

Style Guide

Style

Traditional

Venue

Hall

Colors

Vendor That Make This Happened

Venue Balai Kartini

Catering Balai Kartini

Photography Wong Akbar

Beauty Preparation Lawra Faith

Hair Do Cindua Mato Nusantara

Bride's Attire Akad Nikah by Sinta Hapsari

Bride's Attire Resepsi by Cindua Mato Nusantara

Wedding Organizer Andie Oyong

Others Henna by Henna Art Jakarta

Others Ring Box by Kkum.i

Menikah dengan pasangan yang berasal dari adat yang berbeda dapat berjalan dengan lancar jika sudah dikomunikasikan sejak awal dengan pihak keluarga. Kali ini kita akan membahas pernikahan Puti dan Ewin yang menggabungkan dua adat selama melangsungkan pernikahannya yaitu Minangkabau dan Aceh.

Selama sekitar 1 tahun Puti dan Ewin menjalin hubungan, keduanya beserta keluarga menyisipkan obrolan untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius. Menurut Puti, Ewin adalah tipe laki-laki yang tidak romantis dan kadang terkesan cuek. Namun Ewin berusaha menghilangkan hal itu saat ingin melamar Puti secara personal.

Pada tanggal 11 Mei 2017, Ewin mengajak Puti untuk makan di Salt Grill Altitude, The Plaza. Puti mengaku bahwa ia sudah cukup curiga dengan ajakan tersebut. Setelah makan dan bersiap untuk ke kasir, Ewin mengutarakan isi hatinya kepada Puti. Ternyata Ewin meletakkan kotak berwarna merah dengan bentuk hati dekat dengan tas Puti, sehingga saat Puti mengambil kotak tersebut, Ewin membukanya dihadapan Puti sambil berkata “Aku sudah yakin sama kamu, will you marry me?”

Konsep pernikahan Puti dan Ewin adalah adat Minang dengan sentuhan Aceh. Sesuai dengan keinginan keluarga, adat Aceh digunakan saat akad nikah, dengan menonjolkan sisi adat Aceh dari dekorasi dan busana. Backdrop akad nikah Puti dan Ewin adalah kain khas Aceh berwarna hijau, merah, dan kuning karena adat Aceh melekat dengan warna-warna yang menyala. Untuk mengimbangi warna-warna tersebut, dekorasi di area akad nikah menggunakan bunga berwarna soft pink dan putih. Busana yang dikenakan Puti dan Ewin berwarna biru pastel, sehingga hasil kombinasi warna-warna menyala dari dekorasi tersebut dapat dinetralkan dengan warna busana mereka.

Untuk resepsi, Puti dan Ewin menggunakan nuansa adat Minang. Untuk menyesuaikan dengan busana resepsi Puti dan Ewin yang berwarna biru dongker, mereka memadukan warna merah dan emas di pelaminan dengan sentuhan warna biru. Tidak lupa, dekorator memasukkan motif pintu khas Aceh di sisi kanan dan kiri pelaminan untuk menampilkan unsur adat Aceh.

Adapun prosesi adat Minang dalam pernikahan Puti dan Ewin adalah:

  1. Manjapuik Marapulai: Menurut Puti, ini adalah salah satu acara yang paling penting dalam seluruh rangkaian acara pernikahan adat Minangkabau. Pada acara Manjapuik Marapulai, calon pengantin pria dijemput dan dibawa ke calon pengantin wanita untuk melangsungkan akad nikah. Meski akad nikah telah disepakati menggunakan adat Aceh, keluarga Puti tidak ingin menghilangkan prosesi ini karena dianggap wajib dan sakral dalam setiap pernikahan. Saat menjemput, perwakilan dari keluarga Puti datang dengan membawa sirih lengkap dengan cerana yang berarti kehadiran mereka penuh tata krama atau beradat.
  2. Malewakan Gala Marapulai: Acara ini adalah pemberian gelar pusaka Minangkabau kepada pengantin pria. Setelah akad nikah, gelar ini diberikan sebagai tanda pengantin pria ini akan lebih terkenal dengan nama gelar tersebut dibandingkan nama aslinya. Misalnya, saat Ewin berkunjung ke kampung Puti, orang-orang akan lebih mengenal nama gelar yang telah diberikan kepada Ewin.
  3. Memulangkan Tando: Saat lamaran, terdapat tanda yang diberikan sebagai ikatan janji sewaktu lamaran. Saat lamaran keluarga Puti memberikan sebuah sarung dan keluarga Ewin memberikan kain. Kedua “tanda” tersebut dikembalikan oleh kedua belah pihak saat acara Memulangkan Tando ini.
  4. Peusijuek: Acara adat Aceh ini merupakan upacara tradisional dan secara simbolis menunjukkan permohonan keselamatan, ketentraman, kebahagiaan, perestuan dan saling memaafkan. Perlengkapan atau properti yang digunakan dalam acara Peusijuek ini adalah pandan (talam), beras padi, tepung tawar, air, dan bu leukat (ketan). Masing-masing properti tersebut memiliki makna yang berbeda, seperti talam yang berarti pasangan yang telah di-peusijuek tetap bersatu dengan lingkungan keluarga yang ditinggalkan, beras padi yang berarti orang yang telah di-peusijuek semakin tua akan semakin berilmu, dan bu leukat (perekat) yang melambangkan daya tarik untuk tetap meresap semua ajaran dan nasihat ke jalan yang diridhai Allah SWT.

Puti juga menceritakan bahwa setiap rangkaian acara pernikahannya merupakan momen yang tidak terlupakan. Namun yang paling berkesan adalah saat akad nikah, dimana ayah Puti bisa menikahkan Puti dengan Ewin meski dalam kondisi kesehatan yang kurang baik, bahkan ayah Puti tetap kuat hingga acara resepsi selesai. Selain itu juga banyak yang mengatakan kepada Puti bahwa adanya serangkaian tari (tari persembahan, tari piring, dan tari saman) terlihat sangat unik karena menunjukkan bahwa budaya Minang dan Aceh dapat digabungkan bersama tanpa kesan memaksa, tapi justru memperlihatkan kekayaan budaya kedua darerah di Sumatra ini.

Top vendors rekomendasi Puti:

  1. Andie Oyong Project

“Saat hari H, mereka benar-benar detail dalam membantu persiapan acara, bahkan rasanya seperti memperkerjakan wedding planner! Mereka bisa membantu meringankan berbagai urusan kadang terlupakan oleh pengantin dan keluarga. Tim mas Andie juga menunjukkan semangat yang sangat positif, sehingga aku yakin acara ini dapat berjalan dengan lancar dan sukses. Meski terdapat beberapa kendala saat hari H, tim mas Andie tetap berusaha mengatasinya dan menghilangkan kekhawatiran kami saat itu, serta meyakinkan kami bahwa acara sekali seumur hidup ini akan tetap berjalan dengan lancar dan sesuai harapan.

  1. Kjogja Decoration

“Awalnya aku tidak memiliki ekspektasi besar dengan vendor dekorasi ini. Aku kenal melalui salah satu vendor rias dan busana Minang, yang dari namanya aku tidak terlalu yakin bahwa vendor ini dapat membuat pelaminan ala Minang dan Aceh yang aku inginkan. Tapi tidak disangka, saat hari H aku melihat dekorasi yang menurutku melebihi ekspektasi aku, khususnya pada bagian pelaminan. Selain itu, banyak yang mengatakan kepadaku kalau dekorasi dari area masuk bagus sekali. Good job!”

  1. Balai Kartini

“Mulai dari lokasi yang cukup mudah diakses, catering in-house yang disediakan juga memiliki rasa yang enak! Hampir semua tamu undangan mengatakan kepada aku dan keluarga kalau rasa makanan yang disajikan sangat enak. Bahkan, salah satu temanku berkata kalau catering in-house Balai Kartini terasa paling enak diantara catering pernikahan yang pernah mereka coba.”

  1. Lawra Faith

“Kak Lawra sangat baik dan mau mendengarkan segala permintaaku di hari H, seperti permintaan makeup yang natural dan soft. Yang paling penting adalah ia berhasil membuat aku merasa tetap jadi diri sendiri dengan versi yang lebih cantik. Banyak orang menilai hari itu aku cantik, begitupun saat aku melihat foto-foto di album pernikahanku. Aku merasa puas dan senang dengan penampilanku di hari pernikahanku!”

Tips untuk para brides-to-be:

“Jangan pernah memikirkan gengsi saat menyiapkan pernikahan, walaupun ini adalah momen sekali seumur hidup. Semua wanita pasti memiliki impian masing-masing untuk hari besar mereka, tapi ada banyak cara yang sebenarnya tidak terlalu berat untuk mewujudkannya. Jangan terlalu banyak mendengarkan kata orang lain. Pastikan saran atau omongan orang lain tidak menggangu konsep pernikahan impian kamu.

Jangan ragu untuk meminta bantuan dan menyampaikan keinginan pribadi kamu kepada vendor-vendor. Lebih baik dianggap cerewet daripada memendam kecewa sepanjang acara, atau menyesal seumur hidup! Jangan sampai terpancing emosi, terutama dengan pasangan, karena semuanya bisa dikomunikasikan. Kuncinya adalah sabar dan banyak berdoa agar hati tenang.

Menurutku, sebelum hari pernikahan adalah salah satu masa terberat dalam hidupku. Aku menyiapkan semuanya tanpa terlalu merepotkan orang tua, tidak seperti kedua kakakku, saat mereka menikah, orang tua ku yang mengurus segala urusan pernikahan, terutama ayahku. Namun saat beberapa bulan sebelum pernikahan, ayahku sakit stroke sehingga aku dan ibuku yang harus mengurus segala urusan pernikahanku. Aku sangat bersyukur karena keluarga Ewin sangat antusias dan semangat untuk mempersiapkan pernikahan ini. Satu hal yang paling penting adalah para calon pengantin harus yakin dan optimis, karena segala kesulitan pasti dapat dilalui.”