Vendor That Make This Happened
Venue Sasana Kriya TMII
Event Styling & Decor Vienna Gallery Wedding
Photography Wong Akbar Photo
Make Up Artist Rozana Julani
Bride's Attire Vienna Gallery Wedding
Groom's Attire Vienna Gallery Wedding
Catering Puspa Catering Services
Wedding Entertainment Taman Music Entertainment
Wedding Organizer PROMESSA WEDDINGS
Buat Eiza dan Nadira, pernikahan dengan konsep adat itu lebih terasa sakral, makanya mereka dengan mantap memilih adat Solo sebagai pakaian dan konsep di Akad Nikah, dan Sumatera Selatan untuk resepsi pernikahan. Penasaran bagaimana kedua konsep ini berpadu? Yuk simak cerita pernikahan adat Solo dan Palembang ala Eiza dan Nadira!
Katanya, cari pasangan itu yang sifatnya beda supaya bisa menyatukan dan mengisi satu sama lain. Tapi kadang memiliki sifat yang sama juga bisa membuat kamu lebih mengerti cara menghadapi satu sama lain kan, seperti Nadira dan Eiza. Saat itu sahabat Nadira, Elfira, pernah bilang “I feel like you guys are one and the same”.
Ternyata dia gak salah, setelah mereka berdua sama-sama kenal, mereka pun sadar kalau “ternyata ini rasanya ketemu soulmate,” kata Eiza.Â
Sejak melihat foto-foto pernikahan orang tuanya, Nadira langsung jatuh cinta dengan pakaian adat Komering dari Sumatera Selatan. Walaupun hiasan kepalanya cenderung lebih berat dibandingkan Paksangko Sumatera Selatan yang lain, yaitu 2,5kg, tapi mengenakan pakaian adat yang sama dikenakan sang mama 25 tahun silam sudah menjadi mimpi Nadira.
“Karena ini adalah momen sekali seumur hidup, aku mau membuatnya sangat sakral dan berkesan, dengan pakaian adat Komering, yang terkenal dengan songket emas yang disilangkan di badanku,” cerita Nadira.
Selain mengenakan pakaian adat yang sama dengan sang mama, Nadira juga memberikan sentuhan personal di hari pernikahannya, ia menari lagi setelah bertahun-tahun silam berhenti. Tarian Pagar Pengantin dari Palembang ia persembahkan bersama dengan 4 penari lainnya sebagai dayangnya yang mengelilingi Nadira.
“Sejak kecil, aku suka menari tarian tradisional, tapi setelah beranjak dewasa dan mulai sibuk, aku berhenti menari. Aku menari di atas nampan emas yang disebut Talam dan menggunakan kuku palsu dari emas di jariku yang dipasangkan oleh penari lainnya. Senang sekali rasanya bisa menari di depan suami, keluarga, teman-teman dan tamu undangan lainnya, itu adalah momen yang sangat berkesan.” tambah Nadira.
Top 3 vendor:
1. Vienna Gallery
“Kalau kamu berniat untuk mengadakan pernikahan tradisional, aku sangat merekomendasikan vendor ini. Koleksi baju adat Palembang, Komering, Padang, Bangka, Lampung dan yang lainnya sangat bagus. Pemiliknya, Kak Vina dan Kak Fidi adalah orang yang detail, cocok sama aku yang juga cukup detail. Kak Vina fokus mengurus pakaian pengantin dan keluarga, kalau Kak Fidi lebih ke bagian dekorasinya. Untuk tarian Pagar Pengantin juga diajarin oleh timnya Vienna Gallery. Selain itu, aku juga suka pross kirab-nya, diawali dengan sekelompok pria yang masuk dengan rebana dan pencak silat, lalu pengantin dan keluarga masuk diikuti dengan 6 penari wanita yang masing-masing membawa lilin, 2 pria membawa tombak dan 1 pria membawa payung, diiringi dengan lagu Gending Sriwijaya.”
2. Promessa Weddings
“Kita memang butuh WO yang bergerak cepat, detail, komunikatif dan solutif, semuanya ada di Promessa Weddings. Timnya kompak!”
3. Beranda Kitchen
“Ini venue lamaran kita yang tempatnya pas untuk lamaran karena ruangannya memiliki kapasitas yang pas, kurang lebih 100 orang, dan makanannya juga enak. Tempatnya nyaman, harganya affordable!”