Vendor That Make This Happened
Akad Nikah
Venue Hotel Santika Bintaro
Event Styling & Decor Rumah Kampung Elite Decor
Photography Little Story Photo
Bride's Attire Sanggar Liza
Make Up Artist Fitri Liza
Wedding Organizer The Einhardt
Pernah dijodoh-jodohkan karena menjadi wakil kelas untuk acara Abang None di kampus, Dena dan Kamil akhirnya berjodoh juga. Meskipun sempat break beberapa bulan, keduanya kini disatukan dalam sebuah ikatan pernikahan. Berikut kisah mereka.
“Dulu aku nggak tertarik sama Kamil. Menurutku, dia annoying karena seneng ngisengin aku,” aku Dena menceritakan awal hubungannya dengan Kamil. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka justru menjadi sahabat. Kedekatan mereka semakin bertambah sejak peristiwa meninggalnya salah seorang sahabat yang sering menjodoh-jodohkan mereka.
“Karena waktu itu aku sangat kehilangan, Kamil selalu berusaha untuk menghibur dan menemaniku,” kenang Dena. Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada 2009, Kamil mengajak Dena berpacaran. “Saat itu, kami sudah putus dengan pacar masing-masing.”
Pada 2013, Kamil mengutarakan niatnya untuk menikah dengan Dena. Sayangnya, karena belum siap, Dena tidak mengiyakan. Sejak itu, hubungan mereka mulai merenggang. “Kami sempat putus berbulan-bulan dan sama sekali tidak berkomunikasi.”
Bahkan, Kamil sempat dekat dengan wanita lain dan Dena pun mencoba membuka hati untuk orang lain. Sayangnya, tidak semudah itu bagi keduanya untuk memisahkan diri. Banyak hal yang justru mereka pelajari selama masa itu, termasuk mendewasakan diri dan memperbaiki diri.
“Aku justru merasa semakin yakin bahwa he’s the one that I need. Hidup terasa sepi tanpa kehadiran dan keisengannya,” tutur Dena. Hingga suatu hari, ketika ada kesempatan untuk berkomunikasi, mereka pun membuat janji untuk bertemu di sebuah tempat makan. Di sanalah Kamil kembali mengungkapkan keinginannya untuk memperistri Dena, tanpa cincin atau table arrangement. “Ia tidak mau pacaran lagi, tetapi menikah. Dan aku menerimanya. I don’t need that special proposal arrangement. When he popped the question aja udah bikin aku happy berkali-kali lipat.”
Penuh Kesan
Setelah itu, persiapan mulai dilakukan. Kurang lebih 9 bulan mereka berkutat mencari vendor yang sesuai kebutuhan dan budget. “Kami harus bener-bener teliti dan sabar saat memilih, apalagi dengan banyaknya vendor pernikahan. Selain itu, karena aku posisinya melangkahi kakakku untuk menikah, keluarga belum memiliki pengalaman dalam hal menyiapkan pernikahan.”
Kerja keras mereka mempersiapkan acara ternyata tidak sia-sia. Dena merasa bahwa semua momen yang dijalaninya sangat berkesan dan memorable. “Alhamdullilah, saat ijab kabul, Kamil lancar dan mantap sekali mengucapkannya. Katanya sih udah hapal sejak bertahun-tahun lalu,” ujar Dena tertawa.
Selain itu, kedatangan tamu dari Hadramaut, Yaman, yaitu sepupu ayah Kamil (alm.) menjadi kejutan bagi keluarga. Rupanya saudara dari jauh ini sedang berkunjung ke Indonesia dan diajak untuk datang ke pernikahan Dena dan Kamil. Karena hanya bisa berbahasa Arab, paman Kamil menjadi translator saat berkomunikasi. “Beliau senang sekali bisa hadir di pernikahan kami. Ia baru pertama kali melihat pernikahan adat di Indonesia. Biasanya, pada pernikahan di Arab, wanita dan pria terpisah,” ujar Dena.
Pernikahan Dena dan Kamil memang digelar dengan menggunakan adat Sunda. Walaupun Kamil memiliki garis keturunan Yaman, budaya Indonesia sudah melekat kental dalam keluarganya. Oleh karena itu, keluarga Kamil menyerahkan pemilihan konsep dan tema acara pada Dena dan keluarga.
“Aku bersyukur karena tidak perlu repot menyatukan keinginan kedua keluarga. Aku cukup menyesuaikan keinginanku dan orangtua saja. Karena orangtuaku dari Sunda, kami pun menggunakan adat Sunda untuk akad nikah dan konsep elegan modern untuk resepsi,” ujar Dena. Tema warna yang dipilih adalah pink, hijau, dan putih. Pink adalah favorit Dena, sedangkan hijau adalah favorit sang Ibu. Untuk menetralkan, putih dihadirkan di tengah-tengah.
Ritual Adat Sunda
Ritual yang dijalankan Dena dan Kamil terdiri atas beberapa tahap. Antara lain, saweran, meuleum harupat, nincak endog, huap lingkung, dan pabetot bakakak. Berikut tata cara pelaksanaannya beserta makna yang terkandung di dalamnya.
- Saweran
Pengantin duduk membelakangi keluarga besar dan tamu. Kedua orangtua berdiri di depan mempelai dan melemparkan saweran ke arah keluarga besar dan tamu. Prosesi ini adalah simbol bahwa mempelai beserta keluarga berbagi rejeki dan kebahagiaan.
- Meuleum Harupat
Mempelai pria memegang batang harupat dan mempelai wanita membakar harupat dengan lilin sampai menyala. Harupat yang sudah menyala kemudian dimasukkan ke dalam kendi yang dipegang mempelai wanita, diangkat kembali, dipatahkan, lalu dibuang jauh-jauh. Ini adalah simbol nasihat kepada kedua mempelai untuk senantiasa bersama dalam memecahkan persoalan rumah tangga.
- Nincak Endog
Mempelai pria menginjak telur di baki papan, kemudian mempelai wanita mencuci kaki mempelai pria dengan air dari kendi. Setelah itu, mempelai wanita mengelapnya sampai kering, lalu keduanya memecahkan kendi. Prosesi ini melambangkan pengabdian istri kepada suami yang dimulai dari hari pernikahan.
- Huap lingkung
Pasangan mempelai disuapi oleh kedua orangtua, dimulai oleh para ibu dan dilanjutkan oleh ayah. Setelah itu, kedua mempelai saling menyuapi. Ada 7 bulatan nasi punar (nasi ketan kuning) di atas piring. Kedua mempelai saling menyuapi melalui bahu masing-masing. Bulatan nasi terakhir diperebutkan, lalu dibelah dua dan disuapkan kepada pasangan. Suapan dari orangtua bermakna keduanya harus mencari sendiri sumber kebutuhan hidup mereka setelah menikah. Ini juga merupakan simbol bahwa kasih sayang kedua orangtua terhadap anak dan menantu sama besar.
- Pabetot Bakakak
Kedua mempelai duduk berhadapan. Tangan kanan mereka memegang kedua paha ayam bakakak di atas meja. Saat pemandu acara memberi aba-aba, kedua mempelai serentak menarik bakakak ayam tersebut hingga terbelah. Yang mendapat bagian terbesar harus berbagi dengan pasangannya dengan cara digigit bersama. Maknanya adalah berapa pun rezeki yang didapat, harus dibagi berdua dan dinikmati bersama.
Dari keseluruhan prosesi tersebut, Dena paling terkenang dengan ritual saweran. Prosesi ini melibatkan keluarga besar beserta para tamu. “Rasanya seru, heboh, dan gembira saat mereka bersemangat mengambil saweran. Isi saweran biasanya permen dan uang.”
Souvenir Buatan Sendiri
Untuk para tamu undangan yang hadir, Dena dan Kamil memberikan souvenir yang dibuat sendiri oleh ibu Dena. Souvenir pengajian adalah kantong berwarna hijau yang berisi toples dan selendang. Sedangkan untuk resepsi, souvenir yang dibuat adalah kantong tissue. “Hampir semua dilakukan oleh Mama. Mulai dari memberi saran untuk souvenir, memilih bahan dan warna, membentuk pola, menjahit, hingga packaging,” cerita Dena.
Ibu Dena memang senang menjahit sejak muda. Untuk pernikahan anak perempuannya, ia sejak awal telah mencicil membuat souvenir bersama Dena. Bahkan, dari kelihaian tangan sang Ibu, seserahan pun terlihat lebih cantik. “My mom is the greatest. Aku juga bersyukur karena bisa menghemat budget dan bisa dialokasikan untuk kebutuhan lain.”
Top 3 vendors pilihan Dena adalah:
1. Rumah Kampung Elite Decor
“Sangat sukaaaa sekali dengan hasil dekornya. Rapi dan cantik. Apalagi pilihan bunga, kombinasi warna, dan penataannya sangat cantiiiikk sekali. Beyond expectation!”
2. Fitri Liza
“Dulu waktu minta rekomendasi MUA untuk adat Sunda, Mbak Fitri Liza selalu menjadi jawabannya. Sukaaaaa banget dengan hasil makeup yang membuatku lebih bersinar dan manglingi. Keluarga dan sahabat juga sering banget memuji hasil makeup-nya. Selain itu, Mbak Fitri Liza juga ramah sekali. She’s very recommended!”
3. Little Story Photo
“Hasil fotonya bagus dan sesuai keinginan. Apalagi dalam pernikahan banyak momen-momen penting. Mereka bisa meng-capture-nya dengan baik. Mereka punya tim yang ramah dan profesional, khususnya Diza yang multitasking dan bisa menjembatani antara keinginan dan hasilnya. Very recommended!”
Untuk para calon pengantin, Dena menyarankan untuk membuat timeline dan to do list agar persiapan lebih terstruktur. Menurutnya, itu adalah strategi agar calon pengantin bisa tenang saat mendekati hari-H. “Saat memilih vendor pun harus tenang dan teliti agar vendor yang dipilih memang sesuai kebutuhan dan budget. Jaga kesehatan dan rawat kecantikan agar saat hari-H aura pengantin lebih terpancar. Setelah itu, pasrahkan semua kepada Tuhan. Karena tidak ada yang sempurna, maka harus lebih menjaga ekspektasi. Jangan biarkan vendor yang tidak profesional merusak hari pernikahanmu. Tetap tersenyum dan rasakan kebahagiaan di hari spesialmu. Setelah semua selesai, fokuslah pada kehidupan setelah hari pernikahan.”