Vendor That Make This Happened
Akad Nikah
Venue Ritz Carlton Mega Kuningan
Event Styling & Decor Airy Designs
Photography Fotologue
Videography Ellelui Projects
Bride's Attire Asky Febrianti
Make Up Artist Jasmine Lishava
Pemandu Adat Sanggar Minang Des Iskandar
Invitation Peony Wedding Invitation
Souvenir Book Idea
Seserahan Ninz Wedding
Resepsi Pernikahan
Bride's Attire Svarna by Didiet Maulana
Wedding Entertainment Deo Entertainment
Pasti menyenangkan ya apabila kisah cinta pertama kita langsung berakhir di pelaminan. Tidak perlu banyak drama namun langsung berujung ke penghulu, hehehe. Seperti kisah yang dialami Keshia. Zulmi adalah pacar pertamanya yang berkenalan dengannya di awal Februari 2016. Pertemuan pertama terjadi di rumah Keshia dan di awal Maret mereka pun memutuskan untuk pacaran. Pembicaraan tentang pernikahan sudah terjadi sejak awal hubungan mereka. Syukurlah, niat baik mereka berdua langsung direstui oleh kedua belah pihak keluarga masing-masing.
“Aku tinggal di Jakarta sementara Zulmi sedang penempatan tugas kerja di Surabaya. Kami hanya bertemu ketika Zulmi kebetulan ada dinas di Jakarta saja atau beberapa minggu sekali saat weekend. Sweet proposal sendiri sejujurnya tidak ada. Namun ketika awal Mei orang tua Zulmi yang tinggal di Palembang berniat untuk datang ke Jakarta sebagai perkenalan keluarga. Acara tersebut mendadak berubah menjadi acara pertunangan secara resmi. Acara tunangan kami sendiri pun hanya disiapkan kurang dari dua minggu dan Alhamdulillah berjalan sangat lancar,” kenang Keshia.
Tidak lama setelah tunangan di Mei 2016, sekitar awal Juni, Keshia dan Zulmi mulai bekerja sama dengan wedding organizer. Untungnya sejak awal Keshia sudah tahu wedding organizer dan vendor-vendor yang akan diajak bekerja sama untuk mewujudkan pernikahan impiannya. Keshia mengaku bahwa tantangan dalam menyiapkan pernikahan ini adalah menyatukan keinginan dirinya dan mamanya sendiri. Keshia juga sempat kewalahan karena Zulmi tinggal di Surabaya dan tidak bisa sepenuhnya membantu Keshia. Untungnya Keshia adalah orang yang suka mengatur sebuah acara sehingga ia selalu semangat dalam menjalaninya.
Pernikahan Keshia dan Zulmi penuh dengan rangkaian prosesi adat dari suku yang berbeda. Prosesi siraman dengan adat Sunda yang merupakan suku ayah Keshia, akad nikah dengan adat Minang yang berasal dari kedua orangtua Zulmi serta ditutup dengan resepsi yang mengusung adat Banjarmasin tempat ibu Keshia berasal.
“Semua prosesi adat sangat menyenangkan dan memberikan pengalaman yang berbeda-beda. Namun aku terkesima dengan adat budaya Banjarmasin yang ternyata bagus sekali dan jarang diusung sebagai adat pernikahan di Jakarta. Mama dan papaku dulu menikah dengan adat yang sama. Baju yang dikenakan pun berwarna hitam, berbeda dengan kebanyakan baju pernikahan Banjarmasin sekarang yang berwarna kuning atau hijau. Sejak awal memutuskan memakai adat Banjarmasin di resepsi, aku sudah tahu siapa designer yang tepat untuk membuat bajuku, karena aku lihat susah sekali mencari orang yang bisa membuat baju Banjarmasin sesuai keinginanku. Lalu aku datang ke Mas Didiet Maulana, yang sebelumnya sudah aku kenal karena aku sering kirim kue dari cakeshop-ku ke beliau. Aku membawa foto pernikahan mamaku, dan meminta dibuatkan baju yang serupa namun dengan sentuhan khas dari seorang Didiet Maulana. Kain songket Banjarmasin yang bermotif halilipan atau ulat kaki seribu dibuat langsung di Banjarmasin yang pengrajinnya dicari sendiri oleh Mas Didiet,” jelas Keshia bersemangat.
Untuk dekorasi Keshia bekerja sama dengan Airy Designs untuk menciptakan nuansa seperti di kota Banjarmasin. Maka terciptalah pelaminan yang terinspirasi dari atap-atap rumah yang bertumpuk khas Banjarmasin. Warna yang dipilih sebagai background adalah biru toska dan gold. Warna-warna tersebut ternyata sangat serasi dengan busana seragam keluarga Keshia dan Zulmi. Banjarmasin juga sangat terkenal dengan pasar terapungnya, berangkat dari situ, Dhea dari Airy Design secara khusus menciptakan instalasi pasar terapung lengkap dengan perahu, buah-buahan dan sayuran sehingga menyerupai pasar terapung yang ada di Banjarmasin.
“Ada beberapa highlight dari acara kami. Saat akad tentunya ketika aku masuk ke ruangan didampingi dua tanteku dan saat ijab qabul berlangsung khidmat, kemudian saat setelah selesai ijab qabul kami melaksanakan beberapa adat Minang seperti balantuang kaniang (saling bersentuhan kening), mangaruak nasi kuniang (mengeruk nasi kuning), dan malewakan gala marapulai (pembacaan gelar pada laki-laki Minang).
Untuk resepsi sendiri, aku cukup terkejut ketika opening Mas Danar Gumilang membacakan salah satu puisi yang kutulis dan aku post di Instagram saat tunanganku dengan Zulmi. Kemudian ketika kami masuk ruangan diiringi Sinoman Hadrah dan Tari Zapin yang dilakukan lebih dari 20 orang sehingga sangat festive. Selain itu ketika Bapak Jusuf Kalla menyempatkan untuk hadir di acara kami, dan tentunya saat throwing hand bouquet, semua teman kami berkumpul ternyata banyak sekali yang hadir,” jawab Keshia saat ditanya tentang momen-momen spesial pada pernikahannya.
Menutup pembicaraan, Keshia tidak lupa untuk memberi tips untuk para brides to be, “Jaga kesehatan, aku cukup sering sakit selama menyiapkan acara, bahkan seminggu sebelum hari H aku demam tinggi dan masuk emergency room sehingga harus bedrest sampai tiga hari menjelang hari H. Harus banyak bersabar dan berpasrah kepada Tuhan, karena ketenangan batin sangat terpancar di wajah dan aura seorang pengantin saat hari H.”
Top 3 vendor pilihan Keshia :
1. Artea Organizer
“Memilih wedding organizer yang tepat sangat penting, dan sejak awal meeting Artea sudah sangat paham semua keinginanku dan keluargaku. Cara bekerja mereka sangat rapih, cepat, dan transparan. Para crew-nya pun sangat menenangkan saat hari H. Salut untuk Mba Ria dan Renate yang menemaniku selama hampir 9 bulan menyiapkan acara ini.”
2. Airy Designs
“Mba Dhea selalu bisa menuangkan ide-ide barunya dengan sangat baik, dan terbuka dengan masukan-masukan dari klien. Mba Dhea mengerti seleraku dan hasilnya lebih bagus dari ekspektasiku.”
3. Didiet Maulana
“Sejak awal berdiskusi Mas Didiet juga sangat paham keinginan dan seleraku tanpa kehilangan sentuhan etnik dari dirinya. Design, ukuran, dan details dari baju yang diciptakan Mas Didiet put any other wedding attires to shame. Hands down to Mas Didiet!”