Pernikahan Jawa dengan Sentuhan Merah ala Puri dan Luhuri

By Rebebekka on under The Wedding

Style Guide

Style

Traditional

Venue

Hall

Colors

Vendor That Make This Happened

Akad Nikah

Event Styling & Decor Suryo Decor

Photography Fotologue Photo

Bride's Attire Merras

Make Up Artist Jasmine Lishava

Pemandu Adat Ibu Mamie Hardo

Catering Akasya

Wedding Organizer Canthing WO

Resepsi Pernikahan

Venue Sampoerna Strategic Square

Make Up Artist Adi Adrian

Catering Al's Catering

Tak jarang, persahabatan adalah awal mula sebuah kisah panjang yang indah dan manis. Begitu pula yang dialami oleh Puri dan Luhuri—yang akrab disapa Uung ini. Kedua insan ini pertama kali bertemu di lingkungan kampus. Hubungan persahabatan mereka dimulai pada 2008. Beberapa tahun kemudian, yaitu 2011, mereka sepakat untuk berpacaran.

Pada 22 Maret 2014, tanpa diduga, Uung akhirnya melamar Puri. Saat itu, mereka sedang berlibur di Lombok bersama salah seorang sahabat. “Kami nginep di Eco Glamping di Lombok Timur. Suasananya sepi, masih seperti hutan. Pas tidur, aku nggak sengaja terbangun pukul 3 pagi dan kaget banget sampai teriak karena melihat ada cincin emas di jariku. Boro-boro kepikiran dilamar, aku malah takut nggak karuan karena nggak kerasa pas dipakein cincin,” kata Puri tergelak mengenang peristiwa itu.

Pada saat itu, Uung langsung datang dan bended knee serta mengajaknya menikah. “Sebenarnya, kami bukan pasangan yang romantis menye-menye, apalagi Uung. Jadi, kejadian itu menjadi surprise banget. Ternyata, dia bisa manis juga, tetapi rusak karena aku yang penakut.”

Keduanya pun mulai mempersiapkan acara pernikahan selama kurang lebih 3 bulan. Tantangan terbesar menurut Puri adalah bagaimana mendapatkan pernikahan impian tanpa dihalangi oleh ukuran badannya yang termasuk big size. Awalnya Puri sadar bahwa pada umumnya seorang bride akan terlihat lebih langsing dari biasanya pada hari pernikahannya. Namun Puri memutuskan untuk tidak terus – terusan fokus terhadap apa yang dia anggap sebagai kekurangannya namun justru dia fokus untuk menuangkan ide kreatifnya mengemas semua hal dalam pernikahannya menjadi begitu cantik. Mulai dari konsep dan tema pernikahan, dekorasi, jenis bunga bahkan sampai kepada detail bahan dan warna untuk para bestmen dan bridesmaids.

“Sebenarnya impianku simple aja. Pokoknya, orang tidak melihat kekurangan fisikku, tetapi melihat kekurangan itu sebagai kelebihanku. Yang paling terpenting adalah membuat jiwa dan hati kita lebih bahagia dengan menerima diri dan kekurangan kita apa adanya. Terkadang bukan orang lain yang tidak menerima kita namun diri kita sendiri yang kurang menerima dengan keadaan kita. Coba ubah apa yang semua orang anggap sebagai beban dan kekurangan menjadi kelebihan kita agar kita bahagia. Jika kita bahagia dari hati Insha Allah orang juga melihat kebahagiaan kita dan turut juga merasakan bahagia tanpa fokus ke kekurangan kita,” ujar Puri.

Lahir dari keluarga yang kental dengan budaya Jawa, pernikahan Puri dan Uung dilaksanakan dengan serangkaian prosesi adat Jawa Jogja, seperti siraman, malam midodareni, temuruning kembar mayang, akad nikah, temu panggih, tumplak punjen, dan kirab.

Menyesuaikan konsep pernikahan yang menggunakan adat Jawa tersebut, Puri pun memastikan kehadiran melati sebagai bagian utama dekorasi. “Karena aku bergelut di bidang desain, udah terbayang seperti apa yang aku inginkan,” kata Puri. Untuk acara siraman di rumah pribadi, ia memilih konsep fresh look. Sementara pada akad nikah, ia menggunakan tema nude look dengan request baby’s breath, tentu saja dengan tambahan melati.

Melati juga tak ketinggalan ditampilkan pada dekorasi acara resepsi yang mengambil konsep authentic javanese dengan tema red javanese mystical. “Aku request ke Mas Hadi untuk menampilkan Candi Ratu Boko karena aku suka banget dengan candi itu. Lalu, ada melati, bunga merah, tenda full hitam, dan lampu yang seperti bintang di area tenda atrium. Ini dibuat seakan-akan di outdoor. Semua area disulap sehingga memiliki ambience yang mistis,” kata Puri.

Saat dirias, Puri sempat deg-degan. Ia terus berdoa supaya rangkaian acara berjalan dengan baik, khususnya pada saat akad. “Pas ijab qobul, rasanya tegang sekali. Saking tegangnya, Uung kebelit-belit ngomongnya pada saat ijab pertama. Alhamdulillah, yang kedua lancar.”

Momen berkesan lainnya adalah pada saat pengajian dan ia meminta izin pada orangtua untuk menikah. “Rasanya sedih sekali. Bapakku bukan tipe melankolis, tetapi pada saat itu beliau juga sedih. Namun, setelah itu beliau bisa bercanda lagi.”

Sebagai kenang-kenangan dari momen istimewa mereka, Puri dan Uung memberikan souvenir yang cantik. Souvenir yang berbentuk card wallet leather ini dibuat oleh radjaleather (Mas Gerry). Meskipun sempat bingung memilih model terbaik, mereka berharap souvenir tersebut bisa bermanfaat dan terpakai oleh si penerima.

Top vendors yang direkomendasikan Puri adalah:

1. Suryo Decor

“Mas Hadi dan Mas Husni sangat membantu. Mereka dapat membaca dan merealisasikan apa yang kami harapkan dan bayangkan. Pokoknya aku senang sekali, terutama pada personal beliau yang sangat baik. Kami sangat adore Mas Hadi dan Mas Husni.”

2. Merras 

“Tante Ita sangat hebat dalam usahanya membuat bajuku jadi luar biasa dengan badanku yang sangat besar.”

3. AL’s catering

“Aku benar-benar suka dengan service yang sangat membantu. Makanannya juga sangat enak. Mereka pun sabar memenuhi semua detail yang aku inginkan dan sangat bisa diajak berdiskusi. Highly recommended pokoknya!”

4. Canthing WO

“Mereka tim yang sangat baik dan sabar, terutama Atus, Grenty, dan Afie.”

5. Fotologue

“Tim Mas Dimas dan Mas Lukas benar-benar baik dan sabar luar biasa.”

Bagi para brides to be, Puri berpesan, “Kita harus mengerti apa yang kita mau, yang sesuai dengan budget, supaya bisa memilah mana yang harus diprioritaskan dan nggak sembarangan, tetapi sesuai konsep. Ingat, menikah bukan hanya sehari, tetapi untuk seumur hidup.”