Vendor That Make This Happened
Wedding Reception
Venue Gedong Putih
Photography The Uppermost Photography
Wedding Organizer Ria Sirdjono
Event Styling & Decor Bèpè Atelier
Lighting Doni PCP
Bride's Attire Yani Soemali
Groom's Attire Kwong Tung
Jewellery & Accessories Mira Sirdjono
Seserahan Mira Sirdjono
Catering Zulfa Catering
Souvenir Putty Noor
Wedding Entertainment Maya Hasan
Pernikahan Kirana Larasati dan Tama Gandjar ini mungkin bisa dibilang adalah doa dan tawakal Kirana yang terjawab. Kisah cinta mereka yang singkat itu berawal dari teman-teman mereka yang ingin menjodohkan sejak awal tahun 2014. “sebenarnya teman-teman ku sudah ingin mengenalkan kita berdua dari awal tahun lalu, tapi ketika itu aku masih punya pacar jadi tertunda terus,” jelas Kirana. Pada akhir tahun 2014, akhirnya mereka pun bertemu di sebuah event, sayangnya komunikasi mereka sempat terputus karena kesibukan masing-masing.
“Di awal Januari 2015, aku merasa galau banget karena rencana aku untuk menikah di tahun 2014 tidak tercapai. Aku pun memutuskan untuk ke Bandung dengan tujuan menenangkan diri,” tutur Kirana lagi. Kirana dan Tama bertemu kembali di kota tersebut. Ketika itu, Tama mengajak Kirana ke sebuah cafe dan mereka menghabiskan waktu dengan ngopi dan mengobrol santai. Ternyata setelah itu, mereka berdua merasa sangat cocok dan memulai proses pendekatan yang berujung pacaran.
Kirana mengaku bahwa hubungannya dengan Tama berbeda dengan hubungan-hubungan sebelumnya. “Sebelumnya aku pasti langsung to the point ke pacarku untuk berhubungan serius dan menikah, tetapi kali ini aku menjalani masa-masa pacarannya tanpa terlalu ngoyo,” aku Kirana. Tanpa disangka, Tama yang langsung to the point untuk mengajak Kirana menikah 2 bulan setelah mereka pacaran. Kirana pun dengan senang hati menyambut niat baik dari Tama.
Kisah cinta antara Tama dan Kirana ini membuat The Bride Dept untuk mengetahui lebih lanjut, apalagi konsep pernikahan mereka yang sungguh cantik. Pernikahan yang dilaksanakan di Gedong Putih Bandung ini merupakan kombinasi dari pernikahan tradisional dan modern. Yuk kita simak interview The Bride Dept dengan Kirana!
Hi Kirana! Selamat ya atas pernikahan kamu! It was very beautiful! Sebelumnya kita ingin tahu, apa konsep pernikahan kamu dan Tama?
Thank you! Pada awalnya aku memang ingin memakai modern atau international style saja, tetapi ada keberatan dari pihak keluarga. Menurut mereka, kita ini kan orang Indonesia, jadi harus tetap memakai adat Indonesia di pernikahan. Setelah aku pikir-pikir ya benar juga. Sekaligus untuk melestarikan adat dan budaya Indonesia juga kan?
Lalu adat apa saja yang kamu pakai selama rangkaian prosesi pernikahan ini?
Kalau aku karena keluargaku berasal dari berbagai daerah jadi aku memakai adat Sunda (Jawa Barat), Minang (Sumatera Barat) dan Melayu (Sumatera Utara). Sedangkan Tama hanya memakai adat Sunda.
Apa saja prosesi adat yang kamu lakukan? And which one is your favorite?
Aku ada pengajian dan siraman dengan adat Sunda, lalu Tepung Tawar dan ditutup dengan Malam Bainai. Wah kalau dibilang yang mana yang favorit, aku nggak bisa jawab. Menurutku semua memiliki arti tersendiri yang sangat bagus dan acaranya seru!
Pada acara siraman, itu momen yang sungguh mengharukan karena itulah saat terakhir aku bisa dimandikan dan digendong oleh orang tuaku. Aku ngga berhenti menangis ketika acara itu.
Malam Tepung Tawar juga memiliki arti yang sangat, yaitu me-nawar-kan hati dari berbagai prasangka negatif. Dan terakhir Malam Bainai itu kan persembahan dari keluarga ayahku. Itu juga seru dan mengharukan sekali acaranya karena aku diberikan nasihat-nasihat dari keluarga yang dituakan. Semuanya deh favorit ku!
Lalu apa sih yang membuat kamu mengadakan pernikahan ini di Bandung dan bukan Jakarta?
Sebenarnya ada banyak faktor. Memang pada awalnya, aku ingin mengadakan acara pernikahan ini di Jakarta tetapi ternyata tamu dari keluarga suamiku memang berasal dari Bandung. Jadi sepertinya lebih baik diadakan di Bandung. Selain itu, jarak antara lamaran dan pernikahan memang cuma 6 bulan, jadi kita membutuhkan venue yang available di hari yang sudah ditentukan. Kebetulan pemilik Gedong Putih ini adalah kenalan dari keluarga suami, jadi kita bisa langsung dapat di gedung ini. Selain itu, Gedong Putih juga mengakomodir keinginanku yang ingin menikah outdoor. Dulu sih cita-citanya menikah di pantai, tapi ternyata dapatnya di gunung. Tapi ternyata seru juga! Apalagi Gedong Putih ini cantik sekali!
Untuk akad, kamu memilih memakai adat Koto Gadang, bagaimana sih cerita dibaliknya?
Sebenarnya keputusan untuk mengenakan pakaian adat Koto Gadang itu sedikit dadakan sih, yaitu 7 hari sebelum pernikahan! Rencana semula adalah mengenakan busana nasional tanpa ada sentuhan adat pada akad nikah aku, jadi baju resepsi dan akad tidak berbeda. Tetapi tiba-tiba tanteku memberikan ide untuk menggunakan adat pada akad nikah. Alhasil, aku mengenakan busana daerah asal keluargaku yaitu Koto Gadang. Aku suka banget dengan kostumnya karena cantik banget!
Kalau konsep resepsi kamu kan lebih ke arah modern/international. Boleh diceritakan kah lebih detailnya?
Sebenarnya kalau konsep aku lebih menyerahkan ke WO ku ya. Intinya aku ingin warnanya white on white.
Kalau top 3 vendors versi kamu siapa saja?
Wah susah ya! Menurutku semuanya sih top vendors. Mereka benar-benar memberikan yang terbaik pada pernikahanku ini. Tapi kalau aku sangat terkesan dengan WO-ku yaitu tante Ria Sirdjono. Menurutku top banget. Semua pengantin yang memakai jasa tante Ria dijamin nggak usah khawatir semua pasti beres. Selain itu, aku juga terkesan dengan Bepe Atelier. Menurutku, rangkaian bunga yang dihasilkan benar-benar cantik dan out of the box.
Lalu apa saja nih tips mempersiapkan pernikahan yang menurut kamu harus dishare kepada pembaca The Bride Dept?
Pertama, harus bersabar. Karena percaya nggak percaya, selama proses persiapan pernikahan ini, banyak cobaan yang membuat kita harus bersabar. Emosi kita bisa dibilang naik turun deh. Jadi kalau bisa juga banyak meminum air putih supaya tingkat stress juga berkurang. Kedua, percaya dengan WO dan vendor. Nah, menurutku penting sekali untuk meluangkan waktu untuk berbicara dengan vendor-vendor ini karena kita harus punya chemistry juga dengan mereka. Selain itu, kalau kamu ingin menikah outdoor, pilih bulan kemarau. Kalau nggak, rawan hujan. Apalagi seperti tempatku, di pegunungan itu banyak embun. Mungkin itu saja kali ya tips dari ku!