Pernikahan Percampuran Adat Sunda dan Palembang Dengan Nuansa Pastel

By NSCHY on under The Wedding

Style Guide

Style

Traditional

Venue

Hotel

Colors

Vendor That Make This Happened

Akad Nikah

Event Styling & Decor Rolas by Suryo

Photography Kimi and Smith Pictures

Videography The Broom Pictures

Make Up Artist Sanggar Liza

Bride's Attire Renzi Lazuardi

Pemandu Adat Sanggar Liza

Catering Dwi Tunggal Citra

Wedding Organizer Lembayung Organizer

Seserahan Pop Your Heart

Resepsi Pernikahan

Salah satu sumber untuk mencari jodoh ya sekolah, mulai dari SMA hingga kuliah. Acha dan Hadyan memang nggak kenal saat di bangku kuliah, bahkan mereka berada dalam satu fakultas yang sama. Hanya saja, mereka baru berkesempatan diketemukan di saat sudah sama-sama lulus dari universitas tersebut. Ya, bagaimana lagi kalau bukan dikenalkan oleh teman.

Mungkin bagi Acha, Hadyan bukan merupakan cowok yang romantis. Namun, mendengar cerita proposal-nya, Hadyan memberikan sesuatu yang sangat romantis dengan caranya sendiri. Bermula dari obrolan ringan mereka di mobil setelah pulang dari sebuah pernikahan seorang teman, disitulah mereka sama-sama membahas bahwa mereka menjalani hubungan ini dengan serius.

Bagi Hadyan, obrolan itu bukanlah sekedar obrolan santai karena terbawa suasana sepulang dari pernikahan temannya, namun beberapa bulan kemudian ia kembali menanyakan di Acha mengenai keseriusan hubungan mereka. Hadyan bukanlah laki-laki romantis yang langsung memberikannya cincin, tapi ia adalah seorang laki-laki sejati karena langsung maju ke hadapan kedua orang tua Acha untuk melamarnya.

“Ya, sweet proposalnya ada saat ia meminta izin ke orang tuaku untuk melamarku dan pada hari lamaran dia juga kembali meminta izin ke semua keluarga dan tamu yang hadir.”

Memang tak lengkap rasanya lamaran tanpa sebuah cincin. Satu bulan setelah Hadyan meminta izin ke orang tua Acha untuk melamarnya, ia memberikan Acha sebuah cincin.

“Waktu itu kita lagi makan di resto, trus tiba-tiba dia ngasih cincin. Aku tanya dalam rangka apa, tapi dia bilang, “pengen ngasih aja” gitu.”

Sambil mempersiapkan pernikahan, keduanya juga sambil mendalami karakter dan sifat pasangannya masing-masing. Keduanya menyiapkan Pernikahan Adat Sunda dan Palembang ini selama 1 tahun 3 bulan.

Ayah Acha dan orang tua Hadyan berasal dari Sunda, itu dia kenapa mereka menyelipkan adat Sunda ke dalam pernikahannya, seperti acara Siraman, Akad Nikah dan Resepsi di rumah dengan menggunakan adat Sunda. Berdasarkan adat Sunda, resepsi yang digelar juga diawali dengan Mapag Pengantin atau upacara pengantin ketika Hadyan datang. Setelah itu, diikuti dengan Ijab Qabul dan kembali melanjutkan adat Sundanya, seperti Sungkeman, Suapan, Menarik Ayam Bekakak, Saweran, Membakar Harupat, Menginjak Telur, Buka Pintu dan Melepas Merpati yang dilakukan oleh kedua ibu pengantin.

Untuk pernikahan dengan adat Sunda, Acha memilih warna cerah dengan kombinasi warna pastel, sesuai dengan kesukaannya dan juga mengingat acaranya diadakan di siang hari. Pada acara ini, Acha dan Hadyan menggunakan pakaian berwarna broken white, orang tua dan saudara kandung mengenakan warna peach, among tamu menggunakan warna silver dan keluarga lainnya menggunakan warna turunannya, seperti peach, kuning muda dan broken white.

Nah, sedangkan pada saat resepsi, Acha, Hadyan dan seluruh keluarga inti mengganti pakaian menggunakan warna mint. Dekorasi yang digunakan juga sangat mendukung perpaduan warna pastel ini, dengan gebyok putih dengan ornament payung Sunda dan bunga berwarna putih dan hijau.

Nah, setelah pernikahan adat Sunda, Acha dan Hadyan mengadakan pernikahan dengan menggunakan adat Palembang, asal kelahiran ibu Acha. Dengan mengusung konsep Palembang modern dan elegan dengan kombinasi warna peach, gold, marroon / burgundy, keduanya mengganti pakaian khas pengantin Palembang dengan kebaya modern dan beskap berwarna soft yang tetap dihiasi dengan aksesoris Palembang dan kain Songket.

Adat Palembangpun juga terlihat dari dekorasi yang dipilih, menggunakan pelaminan Palembang dengan rumah Palembang dan motif kain Songket. Prosesi adatpun juga tetap dilaksanakan dengan lengkap, mulai dari Kirab Pengantin bersama dengan terbangan, penari Palembang dan juga pembawa tombak payung. Tak lupa lemari Palembang yang ditampilkan di pelaminan dan arena penerima tamu.

Pernikahan adat Palembangnya juga terlihat kental saat Acha mengikuti Tarian Pagar Pengantin ala Palembang. Meski ia sangat menghindar dari tarian ini, tapi untungnya ia bisa melakukannya dengan baik. Padahal, ia hanya latihan selama dua kali dengan waktu yang singkat, yaitu H-7 dari pernikahannya. Tapi untungnya, ia bisa mengatasi semuanya dengan baik.

Untuk kedua adat, Sunda dan Palembang, semua kebaya pengantin Acha dijahit sendiri dan tidak menggunakan pakaian adat.

“Aku milih untuk membuat kebaya karna kita emang sepakat untuk nggak menggunakan pakaian daerah, tapi pakai kebaya modern dan beskap. Menurutku, baju di sanggar itu terlalu ‘pengantin’ dalam segi warna, model dan juga payetnya. Aku kurang sreg, makanya aku lebih memilih untuk membuat baru.”.

Tidak tanggung-tanggung mengenai pakaian pernikahannya, Acha berbelanja bahan untuk pakaiannya sendiri dan menyesuaikannya dnegan beskap serta songket Palembangnya, mulai dari berbelanja ke toko bahan, toko songket serta pameran yang ada. Akhirnya, setelah menunggu satu bulan, Achapun mendapatkan songket idamannya dengan warna yang ia harapkan.

Top 3 Vendor:

1. Kimi and Smith Pictures & The Broom Pictures

“Kimi and Smith & The Broom itu menyenangkan banget, sangat menolong dan passionate. Mereka ngebantu banget dengan ngasih opsi tempat prewed bahkan sampai booking venuenya. Mereka ngerti banget kemauan konsep kita dan batasan dalam setiap foto. The Broom Pictures juga sangat ngebantu banget ngarahin gaya untuk pembuatan video, jadi terlihat natural, padahal kita berdua jarang foto-foto, tapi karena Kimi and The Broom, foto-fotonya bagus banget dan mereka sabar untuk mengarahkan kita. Everything was beyond amazing and expectations, from the pre-wedding & SDE Video, kita nggak pernah bosen nonton videonya berulang kali. Nggak salah pakai jasa mereka mulai dari lamaran, pre-wedding, pengajian, siraman sampai hari pernikahan.

2. Lembayung Organizer

Mba Devi dan Mba Dian yang bertanggung jawab untuk acara kita dari awal. Lembayung Teams punya kinerja yang baik banget sampai keluargapun juga puas dengan kerja mereka. Kita senang sekali Lembayung cepat merespon kita saat mempersiapkan pernikahan, sangat kooperatif, baik dan sabar. We could not have asked for better team.

3. Renzi Lazuardi

Kak Renzi sangat baik, mau mendengarkan keinginan kita. Cutting dan payetnya sangat rapih dan bagus. Suka banget sama semua baju pengajian, kebay adna beskap yang dibuat kak Renzi, sederhana, simple, cantik tapi elegant. He nailed both of our wedding attire. Love it!

Tips untuk para brides to be,

“Riset dan baca review sebanyak mungkin saat memilih vendor. Ambil review dari berbagai sumber, mulai dari pengalaman teman atau keluarga, blog, atau dari The Bride Dept. Sejujurnya, The Bride Dept sangat membantu untuk para brides to be dalam mencari infomasi mengenai persiapan pernikahan. Setelah mendapatkan vendor pilihan, hubungi mereka untuk membuat janji temu. Pilih vendor yang membuat nyaman karena kalian akan bekerja sama dengan mereka saat mempersiapkan pernikahan dan juga hari H. Kalau sudah merasa nyaman dan cocok, semuanya akan menyenangkan. Vendor dengan pribadi yang baik, cocok dan nyaman dengan kalian akan sangat membantu untuk terhindar dari Bridezilla.

Buat juga mood board dan time table sedetail mungkin. Mood board membantu kalian menentukan dan memberikan gambaran pilihan warna, dekorasi, baju pengantin dan seragam keluarga agar semuanya terarah dan selaras. Time table perlu saat mempersiapkan skala prioritas yang harus dikerjakan sehingga semua item bisa dikerjakan sesuai dengan waktunya dan nggak terburu-buru nantinya.

Ketiga, jangan terlalu mendengarkan ‘katanya’ dan ‘biasanya’. Makanya, aku dan Hadyan sepakat untuk tidak terlalu terbuka mengenai vendor atau persiapan kepada orang sekitar, bukan bermaksud tidak mau mendengarkann, tapi kita percaya bahwa setiap orang punya pilihan dan kecocokan yang berbeda. Mungkin cocok untuk orang lain, tapi belum tentu cocok untuk kita, begitu juga sebaliknya. Setiap orang mempunyai caranya sendiri dalam mempersiapkan pernikahan.

Jangan lupa berdoa dan berfikis positif dan iklas akan segala sesuatu. merencanakan dan mempersiapkan semaksimal mungkin sudah dilakukan, insyaAllah semuanya dimudahkan karena niat baik untuk menikah.”