Tentu kita semua sepakat jika menikah adalah satu langkah penting menuju tahapan baru dalam kehidupan. Tak heran, sebelum memasuki tahapan baru tersebut pasangan calon pengantin dianjurkan untuk menyucikan diri terlebih dahulu. Kenapa? Tentunya agar pasangan calon pengantin memasuki kehidupan rumah tangga dalam kondisi bersih suci lahir dan batin. Simak selengkapnya prosesi membersihkan diri dalam berbagai tradisi Nusantara yang memiliki perbedaan masing-masing di sini!
Siraman
Bagi kalian yang tinggal Pulau Jawa, tentu akrab dengan tradisi siraman. Hampir setiap calon pengantin bernuansa Jawa pasti melaksanakan prosesi siraman sebelum pernikahan. Berasal dari kata siram yang berarti mandi, ritual yang biasa dilaksanakan oleh calon pengantin pria dan wanita ini dilakukan agar calon pengantin bersih secara spiritual. Selain itu pengantin itu sendiri berhati suci sebelum memasuki kehidupan berumah tangga. Prosesi siraman biasanya dilaksanakan sehari sebelum hari-H. Umumnya siraman dilakukan pada pagi hari yang biasanya dilanjutkan dengan prosesi Midodareni.
Ngebakan
Ngebakan adalah prosesi siraman dalam tradisi Sunda. Meski sedikit berbeda dalam tata cara serta urutan prosesi, namun pada intinya serupa dengan siraman yang digelar dalam tradisi Jawa. Sementara itu, calon pengantin pria juga melaksanakan siraman di kediamannya sendiri. Biasanya pihak pria melangsungkan tradisi ngebakan setelah calon pengantin wanita selesai melaksanakan siraman.
Ngekeb
Dalam tradisi Bali, satu hari sebelum calon pengantin wanita dijemput untuk melaksanakan pernikahan di tempat keluarga calon pengantin pria dilakukan prosesi ngekeb. Ritual ini serupa dengan ritual siraman pada adat Jawa. Pada prosesi ini, sebelum dilakukan siraman calon pengantin wanita dilulur dengan ramuan. Ramuan ini terbuat dari daun merak, kunyit, bunga kenanga, dan beras yang ditumbuk halus, serta air merang untuk keramas.
Setelah menjalani ritual ngekeb, calon mempelai wanita dilarang keluar kamar mulai sore hari hingga keluarga calon mempelai pria datang menjemput. Ritual ini bertujuan untuk mempersiapkan calon pengantin wanita dari kehidupan remaja menjadi seorang ibu rumah tangga. Selain itu juga tentunya untuk memohon doa restu kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk menurunkan kebahagiaan kepada pasangan ini.
Mappacci
Masyarakat Bugis dan Makassar mengenal mappaci sebagai ritual yang bertujuan menyucikan diri. Sehari sebelum pernikahan, kedua calon pengantin menjalani ritual ini di kediaman masing-masing, dihadiri kerabat dekat. Mappacci diambil dari kata pacci (pacar) yang merupakan ritual menggosokkan pacci atau daun pacar ke tangan calon pengantin. Pacci yang digosokkan ke telapak tangan tersebut dianggap mampu membersihkan dan menyucikan calon pengantin dari berbagai hal buruk.
Mandi-mandi
Dalam tradisi Minang kita mengenal prosesi mandi-mandi yang dilakukan sebelum Bainai. Maksudnya pun kurang lebih sama dengan siraman, yaitu untuk menyucikan anak daro atau calon pengantin wanita. Di beberapa daerah di Sumatera Barat, pada prosesi ini anak daro diarak menuju tepian atau pincuran tempat mandi umum. Kamudian dibacakan doa oleh ibu, nenek dan para sesepuh, lalu dimandikan oleh sesepuh tersebut secara bergantian. Sementara, di kota-kota besar seperti Jakarta, anak daro cukup dipercikkan air berisi tujuh kembang disertai pembacaan doa.
Sesimburan
Sesimburan adalah prosesi mandi di sumur atau di kali yang dilakukan menurut tradisi pernikahan Lampung. Pada prosesi ini, calon pengantin wanita diarak dengan diiringi tetabuhan. Saat mandi, pihak keluarga wanita boleh ikut dan melakukan simburan ke arah calon pengantin atau sebaliknya.
Nah, itulah prosesi membersihkan diri dalam berbagai tradisi yang ada di Indonesia. Tradisi mana yang sudah kamu ketahui nih Brides?
Photo : Imagenic from The Wedding of Hanifah Anjani.