Sudah pernah menghadiri pernikahan adat Sunda lengkap dengan prosesi yang dijalani? Kalau sudah, kamu pasti setuju kalau sebagian besar prosesi tersebut cenderung menghibur namun tetap sarat makna. Ya, bobodoran atau humor ala bumi Pasundan memang kerap disisipkan dalam rangkaian prosesi pernikahan. Tujuannya, tentu saja untuk mencairkan suasana, tanpa mengurangi makna yang terkandung didalamnya. Simak selengkapnya prosesi pernikahan adat Sunda: menghibur dan sarat makna di sini!
Narosan atau Nyeureuhan (Melamar)
Pihak keluarga calon pengantin pria menyerahkan sirih lengkap dengan uang pengikat (panyangcang) sebagai isyarat kesediaan pihak pria untuk ikut membiayai pernikahan.
Pihak calon pengantin pria juga menyerahkan cincin meneng atau cincin belah rotan kepada pihak wanita sebagai tanda ikatan. Jika mengikuti budaya asli Sunda, dipergunakan ikat pinggang dari kain pelangi atau kain polos berwarna hijau atau kuning keemasan, dan acaranya sendiri disebut pauker tameuh.
Seserahan
Pada prosesi ini calon pengantin pria menyerahkan beberapa perlengkapan untuk pernikahan, seperti uang, pakaian, perabotan rumah tangga, makanan dan sebagainya. Seserahan dapat dilakukan sehari hingga seminggu sebelum pernikahan. Namun sekarang umumnya dilakukan pada saat akan melakukan prosesi ngeyeuk seureuh. Dalam hal ini urutan prosesi diawali dengan seserahan lebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan ngeuyeuk seureuh.
Prosesi Jelang Akad Nikah
Siraman
Prosesi memandikan calon pengantin wanita agar bersih lahir dan batin sebelum memasuki saat pernikahan. Acara berlangsung pada siang hari di kediaman calon pengantin wanita. Bagi umat muslim, sebelum dimulai acara siraman terlebih dahulu diawali oleh pengajian atau rasulan dan pembacaan doa khusus kepada calon mempelai wanita. Urutan prosesi dalam siraman adalah ngecagkeun aisan sebagai simbol lepasnya tanggung jawab orang tua dan memberikan tanggung jawab tersebut kepada calon pengantin pria.
Dilanjutkan dengan meuleum palika atau membakar 7 buah lilin. Ngaras yaitu permohonan izin mempelai wanita yang dilanjutkan dengan sungkem dan mencuci kaki kedua orang tua. Setelah itu baru dimulai prosesi siraman dengan menginjak 7 helai kain. Siraman dilakukan oleh kedua orang tua dan sesepuh yang jumlahnya harus 7, 9 atau 11 orang. Prosesi selanjutnya adalah ngerik atau potong rambut oleh ibu dan ayah. Dan diakhiri dengan ngeyeuk sereuh yaitu meminta restu kedua orang tua di rumah mempelai wanita.
Prosesi Pernikahan
Mapag Penganten
Pada hari pernikahan, rombongan calon pengantin pria menuju kediaman calon pengantin wanita. Rombongan akan disambut Ki Lengser, penari berkostum unik, diiringi gamelan degung. Ki Lengser biasanya hadir juga pada resepsi pernikahan yang diselenggarakan pada waktu yang berbeda dengan akad nikah. Tujuannya tentu untuk menyambut kedua pengantin memasuki ruang resepsi.
Ngababakeun
Sesampainya di tempat acara pernikahan, calon mempelai pria disambut dengan ibu dari calon mempelai wanita dengan mengalungkan bunga melati. Kemudian, calon mempelai wanita berjalan menuju pelaminan diapit oleh kedua orang tua.
Prosesi Setelah Nikah
Sawer
Acara yang dilangsungkan setelah akad nikah ini merupakan saat orang tua memberi nasihat terakhir kepada pengantin diiringi kidung. Sebelumnya disediakan bokor berisi uang logam, beras, kunyit yang diris tipis dan permen. Pemberian nasihat diiringi dengan menaburkan isi bokor kepada pengantin.
Meleum Harupat
Pengantin pria memegang harupat/lidi, pengantin wanita membakar dengan lilin hingga menyala, lalu dipadamkan. Nyala lidi diibaratkan amarah pria yang padam disiram kelembutan seorang wanita.
Nincak Endog
Pengantin pria menginjak telur, kemudian pengantin wanita membersihkan kaki pengantin pria dengan air kendi. Melambangkan tanggung jawab suami sebagai kepala rumah tangga, sementara istri mengikuti bimbingan suami.
Ngaleupas Japati (Melepas Merpati)
Kedua orang tua melepas merpati putih ke angkasa, sebagai simbol melepas tanggung jawab karena pasangan sudah mampu mandiri.
Muka Panto (Buka Pintu)
Percakapan dalam bentuk syair antara pengantin pria yang berada di luar pintu dengan pengantin wanita yang ada di dalam rumah. Biasanya diwakili oleh juru mamaos. Melambangkan petuah agar suami istri saling menghormati.
Huap Lingkup
Pengantin disuapi oleh kedua pasang orang tua, melambangkan kasih sayang orang tua yang sama besar terhadap anak dan menantu.
Pabetot Bakakak Hayam
Kedua pengantin tarik menarik ayam utuh yang telah dibakar. Yang mendapat bagian lebih besar harus membagi kepada pasangannya. Melambangkan rezeki yang diterima harus dinikmati bersama.
Itulah sederet prosesi pernikahan adat Sunda: menghibur dan sarat makna. Keindahan setiap prosesi adat memang memberikan arti dan juga doa bagi kedua mempelai.
Photo : Venema Pictures from The Wedding of Kharisa & Radyan