Ragam Tarian Pernikahan Adat Sulawesi

By The Bride Dept on under Pernikahan Adat

Ragam Tarian Pernikahan Adat Sulawesi

Style Guide

Style

Venue

Colors

Tarian yang unik dan menarik kerap hadir mewarnai pernikahan tradisional. Bukan hanya membuat pesta pernikahan jadi lebih meriah, tarian khas ini pun biasanya mengandung makna filosofi yang tinggi. Salah satunya pernikahan adat Sulawesi, apa saja tariannya? Simak ragam tarian pernikahan adat Sulawesi selengkapnya di sini!

Tari Molapi Saronde (Sulawesi Utara)

Tarian tradisional hhas Gorontalo ini dibawakan oleh pengantin pria bersama ayah atau walinya dengan menggunakan selendang secara bergantian. Tari Molapi Saronde berisikan panjatan doa-doa yang baik untuk rumah tangga mereka. Tarian ini juga menyimbolkan perpisahan pengantin pria dengan sahabat-sahabatnya yang masih lajang sebelum menjadi seorang suami. Namun demikian, dalam adat pernikahan Gorontalo, pengantin pria menarikan tarian Saronde bukan pada hari pernikahan. Mereka akan menari setelah proses penyerahan barang hantaran (seserahan).

Tari Tidi Daa atau Tidi Loilodiya (Sulawesi Utara)

Merupakan tarian balasan dari Molape Saronde, tarian tradisional khas Gorontalo ini dibawakan oleh pengantin wanita pada hari pernikahan. Sang pengantin akan menari bersama pendamping wanita kepercayaan atau keluarga dekat yang sudah menikah. Tari Tidi Daa atau Tidi Loilodiya melambangkan kesiapan istri dalam memasuki rumah tangga dan melewati segala kesulitan. Pengantin wanita menari di atas pelaminan dengan memegang pedang Polopolo, sementara pengantin pria duduk di pelaminan memainkan rebana sambil menyaksikan. Ini melambangkan bagaimana seorang kepala keluarga harus bisa membimbing istri dalam segala tindakan.

Tari Cungka (Sulawesi Tenggara)

Tarian tradisional khas Buton ini merupakan tarian milik suku Cia-Cia yang telah ada sebelum datangnya agama ke pulau tersebut. Tari Cungka dibawakan oleh penari pria terlebih dahulu sebagai simbol proses terjadinya manusia dari roh menjadi segumpal air. Kemudian dilanjutkan oleh penari wanita sebagai simbol perjalanan manusia dalam kandungan, yaitu dari air menjadi segumpal darah. Tari Cungka bersambung ke Tari Ngibi yang dibawakan secara berpasangan dengan makna kegembiraan karena dari segumpal darah menjadi daging dan tulang. Lalu diakhiri dengan tarian oleh kedua mempelai bersama keluarga sebagai simbol proses menjadi manusia sepenuhnya.

Tari Padduppa (Sulawesi Selatan)

Tari ini dilakukan di depan rumah saat penjemputan pengantin pria beserta rombongan datang. Tarian Paddupa dilakukan oleh beberapa gadis yang berjumlah ganjil antara 5 sampai 7 orang. Secara keseluruhan tarian ini merupakan gerakan penghormatan yang dipadukan dengan gerakan menabur beras kuning beserta rempah-rempah sebagai tanda penghormatan dan doa restu kepada calon pengantin. Setelah tarian selesai, salah satu kerabat pengantin wanita menjemput pengantin pria dan membawa masuk ke dalam rumah. Tarian ini juga dilakukan pada saat mengantarkan kedua mempelai naik ke atas pelaminan bersama keluarga untuk menerima ucapan selamat dan doa dari para tamu.

Tari Manimbong (Toraja – Sulawesi Selatan)

Berasal dari suku Toraja, Sulawesi Selatan, Tari Manimbong biasa dilakukan untuk merayakan suka cita atau sebagai ungkapan syukur. Biasanya tarian ini dipertunjukkan dalam acara adat seperti pernikahan atau peresmian rumah adat (Tongkonan) yang baru atau selesai direnovasi. Tarian ini juga dianggap sebagai suatu ibadah oleh masyarakat suku Toraja. Hal tersebut karena menurut kepercayaan suku Toraja, tarian ini merupakan doa-doa pengucap syukur.
Dilakukan oleh 20 hingga 30 penari pria, Tari Manimbong ditarikan beriringan dengan Tari Ma’dandan yang merupakan bentuk tarian pemuja dan ungkapan rasa syukur yang dilakukan oleh kaum wanita suku Toraja.
Itulah ragam tarian pernikahan adat Sulawesi, menarik dan penuh makna sekali ya Brides!

Photo : Woodenhouse Pictures