Vendor That Make This Happened
Akad Nikah
Event Styling & Decor Suryo Decor
Catering Akasya
Resepsi
Venue Birawa Assembly Hall, Hotel Bidakara
Event Styling & Decor Ebimoekti
Pemandu Adat Mamie Hardo
Photography Yulianto Photography
Pernah membayangkan kalau jodohmu adalah teman TK-mu? Ritza dan Rishad pertama kali bertemu di bangku sekolah. Kali ini bukan bangku SMA yang banyak meninggalkan kisah manis yang dirasakan oleh anak remaja, melainkan bangku Taman Kanak-kanak alias TK. Mereka bersekolah di sekolah yang sama dari TK hingga SMA di Al – Izhar Pondok Labu. Namun walaupun mereka satu sekolah selama 14 tahun, keduanya baru benar-benar dekat ketika SMA. Awal kedekatannya pun karena satu kelas dan sering saling bertanya mengenai PR. Lama menjalani pendekatan, akhirnya mereka pun jadian pada tanggal 26 Maret 2005. Kisah cinta sedari SMA yang berjalan selama 11 tahun ini akhirnya pun memasuki babak baru, yaitu pernikahan.
Awalnya tidak ada acara lamaran secara personal karena rencana pernikahan ini memang sudah menjadi keputusan antara Ritza dan Rishard. Rishad datang ke rumah Ritza dalam rangka meminta izin ke ayah dan ibu Rizta untuk melamarnya. Baru setelah itu mereka berdua menetapkan tanggal untuk acara lamaran dan pertemuan keluarga besar. Memang tidak ada acara melamar dengan event tertentu, namun buat Ritza momen tersebut sudah berkesan. Beberapa minggu setelah meminta izin Rishad memberikan Ritza cincin ketika sedang makan di UNION. Namun itu juga tidak ada acara khusus, semuanya berjalan biasa seperti saat mereka pulang kerja dan makan biasa. Walaupun casual, tapi momen tersebut tetap terasa sangat spesial.
Persiapan pernikahan mulai berjalan setelah acara lamaran yang dilaksanakan tanggal 2 Agustus 2015 digelar. Jadi kurang lebih ada sekitar 8 bulan untuk mempersiapkan acara wedding tersebut. Ritza sangat excited dan menikmati persiapan wedding tersebut. Mereka berdua mendapat bantuan dari ibu Ritza karena masing-masing disibukkan oleh pekerjaan kantor. Semua persiapan dipersiapkan oleh ibu Ritza, kebetulan mereka juga memiliki selera yang sama. Tantangan terbesar yang dihadapi ialah bagaimana caranya agar tetap menjaga seluruhnya, sehingga semuanya bisa tetap sesuai dan selaras, mulai dari keinginan, konsep warna, dan segala sesuatunya. Walaupun memang tidak semuanya yang mereka inginkan bisa didapatkan.
Ritza dan Rishard sama-sama keturunan Jawa, sehingga masalah prosesi adat mereka memakai adat Jawa seluruhnya. Beberapa prosesi adat Jawa yang mereka jalani antara lain pengajian, siraman, akad nikah, hingga resepsi yang menggunakan paes solo putri. Namun mereka berdua tidak menjalani midodareni karena keesokan paginya akad nikah diselengarakan sangat pagi, yakni pukul 07.30, dikhawatirkan calon pengantian akan kelelahan apabila menggunakan midodareni. Seperti prosesi adat Jawa pada umumnya, sebelum acara siraman Ritza keluar untuk sungkem kepada kedua orang tuanya, kemudian meminta izin sekaligus memohon maaf.
Setelah itu acara siraman baru dimulai, Ritza dimandikan dengan air siraman yang berasal dari 7 sumber mata air (air masjid dan air rumah). Setelah prosesi siraman, ibu Ritza memecahkan kendi sebagai pertanda bahwa pamor anaknya sudah pecah, kemudian Ritza digendong oleh ayahnya untuk kembali bersiap-siap dirias sebelum dulangan terakhir. Sementara dirias, ayah dan ibu Ritza berjualan dodol dawet kepada para tamu dan setelah itu ada pemasangan beleketepe. Setelah selesai dirias, Ritza kembali keluar untuk melaksanakan dulangan terakhir (suapan terakhir) dari orang tuanya. Akad nikah berlangsung pada tanggal 19 Maret 2016 di kediaman Ritza. Prosesi akad nikah dimulai pukul 07.30. Setelah acara kata sambutan dan penyerahan mahar serta sasrahan dilangsungkan, Rishad duduk di meja akad. Ijab Kabul pun berlangsung pada pukul 08.00 sesuai jam baik perhitungan jawa. Saat ijab kabul, Ritza tidak berada di samping Rishad karena ia harus menunggu di dalam kamar (nama adatnya adalah tilik pitik). Setelah ijab kabul selesaim ia baru ke luar dari kamar untuk bertemu Rishad yang sudah resmi jadi suaminya. Setelah itu prosesi adat berikutnya adalah panggih, hingga akhirnya mereka diantarkan oleh ayah ke pelaminan. Resepsi berlangsung pada tanggal 20 Maret 2016 pukul 19.00 di Birawa Assembly Hall, Hotel Bidakara. Paes yang digunakan Ritza adalah Solo Putri, sedangkan Rishad menggunakan beskap dengan model Solo Pangeranan. Saat prosesi masuk, mereka berdua dipandu oleh cucuk lampah yang mengantarkan hingga duduk di pelaminan.
Sebenarnya pernikahan Ritza dan Rishad tidak mengusung tema dan konsep secara spesifik. Namun mereka sangat concern mengenai keselarasan warna. Pada dasarnya Ritza tidak terlalu suka dengan warna yang terlalu ramai, ia cenderung memilih warna-warna yang soft dan kalem. Ritza tidak banyak memilih warna, ia memilih perpaduan antara warna salem, dustie pink, dan champagne gold. Sedangkan untuk pengajian dan siraman, ia memilih warna salem dengan perpaduan bunga warna putih. Warna salem digunakan sebagai aksennya. Untuk akad nikah, Ritza memilih perpaduan warna putih dan baby pink sebagai aksen.
Untuk resepsi pernikahan, Ritza menggunakan perpaduan warna champagne gold, putih, dan dustie pink karena acara digelar di malam hari. Semua warna yang sudah pilih telah disesuaikan dengan warna baju dikenakan, termasuk seragam keluarga inti dan keluarga besar yang warna bajunya merupakan turunan gradasi dari warna-warna yang sudah dipilih. Maka saat dilihat secara keseluruhan, akan ada keselarasan warna yang cantik dan elegant.
Saat akad nikah digelar, Ritza dipaes oleh Tante Mamie dari Sanggar Mamie Hardo. Paes yang dikenakan adalah paes Solo Putri. Memang sejak kecil ia sudah bercita untuk menikah dengan adat tradisional Jawa. Ia juga ingin mengikuti setiap prosesinya, termasuk dipaes. Selain itu, Ritza mengenakan kebaya yang dijahit oleh penjahit langganannya, bernama Marni. Ritza memilih Marni karena beliau merupakan penjahit yang sudah lama menjahitkan baju-baju Ritza sejak SMP. Ia lebih memilih penjahit yang dirasa nyaman dan sudah tau apa seleranya. Ritza mengaku selalu suka dengan hasil jahitan Marni, bahkan ia selalu jatuh cinta dengan payetannya. Pada dasarnya Ritza tidak menyukai kebaya yang terlalu dimodifikasi. Ia lebih menyukai kebaya dengan model klasik yang cantik dan elegan. Sehingga ia pun lebih memilih model-model kebaya yang simpel, namun tetap terlihat anggun.
Momen yang paling memorable bagi Ritza dalam pernikahannya ada dua, yaitu saat pengajian dan Rishard menyanyi. Saat pengajian, ia harus meminta izin dan meminta maaf kepada dua orang tuanya. Di situ air mata Ritza benar-benar tidak bisa ditahan. Kemudian suasananya terasa sakral dan haru sekali. Kemudian saat Rishad menyanyikan lagu berjudul L.O.V.E di malam resepsi juga sangat berkesan. Lagu tersebut pernah dia bawakan pertama kali saat ulang tahun Ritza yang ke-17. Jadi bagi Ritza dan Rishard, lagu itu sangat spesial. Ia tidak menyangka Rishad akan menyanyikan lagi lagu tersebut setelah sekian.
Top 3 vendors pilihan Ritza dan Rishad
1. Mamie Hardo
Seperti yang sudah diceritakan di atas, Ritza selalu ingin menikah dengan adat Jawa. Menurutnya, Tante Mamie adalah yang perias terbaik. Oleh karena itu, segala adat, runutan makeup, dan paes diserahkan kepada Tante Mamie seluruhnya. Kain, aksesoris, dan makeup pilihan Tante Mamie bagus semua menurutnya.
2. Ebimoekti
Sejak merencanakan pernikahan, Ritza sudah lama jatuh hati dengan dekorasi yang dibuat oleh Tante Sasi dari Ebimoekti. Setiap wedding yang didekor oleh Tante Sasi memang bagus menurut Ritza karena memiliki karakter dan selalu konsisten. Kesan yang selalu dilihat di setiap desain Tante Sasi adalah cantik dan elegan. Desainnya juga simpel namun pas sesuai porsi.
3. Artea Organizer
Ritza merasa sangat salut dengan team work dari Artea Organizer. Mereka bekerja sangat detail dan bagus dalam mengkoordinasikan semua hal yang berkaitan dengan pernikahannya. Walau masih muda-muda, tapi mereka sangat bertanggung jawab dan sigap dalam mengerjakan semuanya. Yang paling disukai Ritza ialah kebersamaan yang ia bangun bersama Artea, bahkan mereka sudah seperti teman sendiri.
Ritza dan Rishad juga membagikan tips kepada pembaca The Bride Dept dalam mempersiapkan pernikahan. Dari pengalaman persiapan pernikahan, Ritza merasa banyak belajar. Memang seluruh persiapan akan membuat kita menjadi lelah, namun semuanya tetap terasa menyenangkan dan menantang. Menurut Ritza, kita harus banyak belajar ikhlas dan pasrah. Apabila sudah mempersiapkan segalanya dengan maksimal, nanti hasilnya akan sebanding dengan apa yang sudah kita kerjakan. Namun yang paling penting adalah momennya. Momen ini harus dinikmati setiap prosesnya karena hanya akan berlangsung sekali saja seumur hidup.