Romantic Forest Wedding at Kareumbi Masigit

By Ikke Dwi A on under The Wedding

Style Guide

Style

International

Venue

Outdoor

Colors

Vendor That Make This Happened

Wedding Reception

Venue Kawasan Konservasi Taman Buru Gunung Kareumbi Masigit

Event Styling & Decor Afina Fauzia

Photography Rifan Wahyudi

Make Up Artist Gorby Sabrina

Catering Fitri Sukma

Wedding Organizer Two Pillars Project

Wedding Entertainment Almond Choco

Forest wedding venues idea ala Lilan dan Indra ini mungkin bisa menginspirasi para calon pengantin lainnya. Bisa dibayangkan mengikat janji suci di tengah keindahan alam disaksikan oleh keluarga dan teman terdekat. Bukan hanya itu, Lilan dan Indra pun bahkan mengundang tamu untuk berkemah di venue pernikahannya serta menerapkan sustainable wedding.

Masa Perkenalan

Diawali dengan jasa seorang teman yang memperkenalkan mereka berdua lalu terlibat dalam pembuatan acara Ekspedisi saat Lilan dan Indra sama-sama masih berkuliah di ITB. Ketika itu, Lilan merupakan Ketua Divisi Diklat yang bertugas membuat program pelatihan bagi peserta yang akan berangkat ke Mentawai dan Sumba. Sedangkan Indra adalah supervisor Lilan yang berasa dari salah satu perhimpunan penempu rimba dan pendaki gunung, Wanadri.

Seringnya bertemu karena banyaknya jadwal rapat yang harus didatangi serta komunikasi dalam mempersiapkan program ekspedisi, menjadikan keduanya semakin dekat. Walaupun karakter keduanya berbeda namun hal inilah yang membuatnya merasa cocok serta saling melengkapi.

“Seperti saling menemukan, rasanya. Dua bulan kemudian kami sepakat untuk menjalin hubungan yang lebih serius. Hubungan kami sudah berjalan selama dua tahun hingga kami akhirnya memutuskan untuk masuk ke jenjang yang lebih serius, yaitu pernikahan,” kisah Lilan.

Untuk acara lamaran, Lilan mengaku tidak ada pembicaraan romantis. Namun saat itu Lilan mengutarakan keinginannya untuk melanjutkan studi ke luar. Dan akhirnya, dengan pertimbangan waktu, batas kesabaran menanti, dan komitmen untuk saling menunggu, Lilan dan Indra sepakat untuk meresmikan hubungannya terlebih dahulu.

Kareumbi Masigit as Wedding Venue

Wedding venue yang tidak biasa dan tentunya memiliki tantangan tersendiri. Menikah di tengah hutan dengan dresscode pakaian bewarna putih diiringi lagu akustik dan minuman bersoda. Itulah yang menjadi salah satu impian Lilan.

Tidak hanya Lilan, konsep acara pernikahan bernuansakan alam ini juga menjadi impian bagi Indra. Tidak heran ketika saat memutuskan menikah, keduanya sepakat untuk bertukar janji suci di Kareumbi. Selain memiliki alam yang sangat indah, juga masih dekat dengan kota.

Tantangan terbesar menikah di tengah hutan ini menurut Lilan dan Indra adalah menyakinkan keluarga bahwa menikah di venue ini hal yang mungkin terjadi.

“Ayah saya sangat setuju, namun saat itu Ibu saya agak ragu. Setelah dijelaskan bahwa kami dapat merencanakannya dengan baik dengan bantuan teman-teman yang biasa berkegiatan di alam bebas akhirnya Ibu saya menerima. Salah satu hal menarik yang saya tawarkan pada keluarga adalah acara pernikahan dua hari disertai camping di tenda. Itulah yang membuat semua keluarga sangat excited sekaligus penasaran dengan acara pernikahan yang saya dan suami persiapkan,” ungkap Lilan.

The Wedding Day

Lilan dan Indra memutuskan tanggal 17 Agustus 2015 sebagai hari pernikahannya. Alasan pertama, karena akan mengadakan pernikahan outdoor dan berkemah maka harus dilakukan di bulan kemarau. Kebetulan pada bulan Agustus pun sedang memasuki musim liburan. Lalu setelah dihitung tanggal baik untuk menikah, keluarlah tanggal 17 Agustus menjadi salah satu pilihan tanggal.

“Suami saya yang sangat bersemangat memilih tanggal 17 selain karena sesuai dengan Hari Kemerdekaan Indonesia, kami ingin turut serta memerdekakan hubungan kami. Dulu pun pertama dia mengajak saya berkomitmen adalah pada Hari Pahlawan, tanggal 10 November,” kisah Lilan.

Salah satu keuntungan menikah di hutan adalah tidak perlu terlalu banyak ornamen dekor, karena alam sekitarnya sudah memberikan pemandangan yang indah. Lilan dan Indra mengaku sangat mengagumi botanical garden, maka dekorasi pun didominasi dari tumbuhan sekitar yang berada di Masigit Kareumbi.

Sahabat Lilan sejak SMA pun turut membantu dalam hal dekorasi dengan menambahkan terowongan masuk ke spot resepsi, bola-bola, dan bench untuk tamu yang seluruhnya dibuat dari bambu. Berhubung bambu adalah salah satu tumbuhan yang melimpah di Kareumbi dan bisa tumbuh dengan cepat sehingga tidak akan merusak ekosistem.

Bunga Lili menjadi pilihan hand bouquet Lilan. Selain menjadi salah satu jenis bunga yang sangat disukai Indra. Bunga lili pun menjadi satu-satunya jenis bunga yang selalu Indra hadiahkan ke Lilan selama menjalin hubungan.

Intimate Wedding

Selain tema pernikahan di hutan yang unik, Lilan dan Indra pun memastikan hari pernikahannya tetap intimate. Dan keduanya mengundang tamu sebanyak 300 undangan. Di mana sekitar 200 tamu datang sehari sebelum akad nikah dan berkemah di tenda pada malam midodareni. Sedangkan sisanya datang pada saat akad nikah.

“Proses seleksinya cukup menegangkan karena kami sepakat hanya mengundang masing-masing 40 teman. Saya akhirnya hanya mengundang sahabat-sahabat terdekat saja untuk membuat acara ini menjadi lebih private,” ucap Lilan yang sempat berencana untuk melakukan siraman di sungai sekitar area Karimbi. Namun sayangnya karena musim kemarau, air sungai pun sedang mengering. 

Simple (but Stunning) Wedding Dress

Sustainble wedding memang menjadi konsep pernikahan Lilan dan Indra. Di mana semua properti yang digunakan saat hari pernikahan dapat digunakan kembali. Begitupun dengan gaun pengantin yang digunakan Lilan. Gaunnya sangat sederhana dan minimalis namun Lilan terlihat gorgeous dalam balutan gaun pengantinnya ini.

Gaun pengantin ini dibuat sahabat sang Ibunda dan kainnya dipilih oleh Lilan di Pasar Baru. Mengingat pernikahannya dilangsungkan di hutan dengan lantai tanah, maka tamu pun sudah diingatkan untuk tidak menggunakan heels. Begitupun dengan sang pengantin wanita, memutuskan menggunakan wedges untuk memudahkan berjalan selama hari pernikahan.

Untuk hair do pun Lilan memilih yang sederhana dan tidak merepotkan. Sedangkan untuk penerangan, berhubung camping ground tempat menginap tidak memiliki fasilitas listrik, mereka pun menggunakan generator.

Highlight of the Wedding Day

Tema dan konsep hari pernikahan yang dipilih sang pengantin menjadi highlight untuk hari pernikahannya.

Lilan menuturkan, ritual atau perayaan pernikahan biasanya menjadi kegiatan yang cukup menyita daya fokus dan daya ekonomi orang pelaksananya. Persiapan yang dilakukan biasanya cukup panjang dan setiap elemen dipersiapkan dengan kesungguhan, bahkan kadang berlebihan. Dari sisi ekonomi biasanya perayaan pernikahan menjadi beban yang berkepanjangan bagi kedua pasangan bahkan hampir sampai umur pernikahan 10 tahun. Di sisi lain, tujuan dari pernikahan tidak mencakup pada ”kehingarbingaran”.

“Pernikahan esensinya adalah proses ijab-kabul antara si pria dan wali dari perempuannya. Adapun kegiatan ini perlu di catatkan untuk tertib administrasi dan diumumkan agar berita bahagia bisa menjadi milik khalayak umum dan mungkin agar tidak terjadi salah paham dikemudian hari. Selain itu akibat dari pernikahannya adalah bersatunya dua keluarga menjadi keluarga yang semakin besar. Dalam hal ini, kebanyakan masyarakat biasanya terlalu fokus terhadap yang ”tambahan” dengan melupakan yang esensi tanpa melihat kapasitas dan hal-hal yang timbul dari kegiatan tersebut,” ungkap Lilan.

Ketika melihat kebanyakan momen pasca pernikahan, biasanya tidak menghasilkan produk memori atau barang yang bernilai guna. Mulai dari baju yang dipakai di hari pernikahan biasanya tidak akan dipakai kembali. Lalu album foto yang terbatas pada tersurat, tidak memberikan ruang untuk bisa mengolah rasa dan memori.

Memori kolektif dari orang-orang yang terlibat pun tidak memberi penambahan pengetahuan atau kepekaan menurut Lilan. Dan ketika dilihat dari sebesar apa “daya fokus dan adaya ekonomi” kegiatan ini biasanya dilakukan, hasil yang dicapai bisa dibilang sia-sia atau tidak perlu. 

Lalu Apa Sebenarnya Sustainable Wedding Itu?

Sustainable wedding dimaknai Lilan dan Indra sebagai perayaan pernikahan yang pelaksanaannya memiliki niat utama untuk “ikatakan”. Kemudian berkelanjutan dengan persiapan, pelaksanaan, dan produk yang dihasilkan sejalan dengan niat tersebut. Sebagai contoh : pemilihan venue pernikahan yang tidak terlalu membebani daya ekonomi, pakaian yang bisa dipakai kembali, produk dokumentasi yan memberi ruang untuk bisa mengolah atau memperluar nalar dan kepekaan, serta pemilihan bambu sebagai bahan utama dekorasi.

“Hal yang paling memorable pada pernikahan kami adalah berkemahnya itu sendiri. Aku yakin kalau ini adalah persta pernikahan pertama yang mengundang para tamu untuk berkemah di hutan! Aku ingin meyakinkan brides-to-be lainnya untuk memilih konsep yang selama ini diimpakan. Tidak ada yang tidak mungkin! Nikah di pantai, hutan, sambil camping, atau bahkan di lapangan, semuanya memungkinkan! Momen terlucu adalah itu adalah pertama kalinya aku ke hutan dengan dress dan wedges hehe!” kenang Lilan.

Begitupun dengan masalah catering yang menurut Lilan dan Indra sangat berkesan. Di mana awalnya mereka berdua khawatir tidak akan ada vendor yang bersedia mengingat medan menuju venue pernikahan ekstrem. Namun bersyukur Lilan dan Indra memiliki teman yang sering berkegiatan outdoor plus jago masak. Briefing distribusi makanan ke tiap camping ground pun tidak menjadi halangan.

Berikut ini top 3 vendors pilihan Lilan dan Indra untuk mewujudkan hari pernikahan impiannnya:

1. Two Pillars Project karena dengan pengalaman mereka selama ini yang fokus pada pembuatan kegiatan outdoor, mereka tetap skillfull dalam mempersiapkan acara pernikahan yang sakral ini.

2. Rifan Wahyudi Photography karena mengakomodasi segala keinginan dokumentasi yang kami minta dan selesai dengan hasil yang sangat memuaskan.

3. Catering yang dipegang oleh Teh Fitri yang saat itu sedang hamil 4 bulan namun tetap lincah meng-cover semua kebutuhan konsumsi di lapangan selama acara. Semua catering di masak di Bandung dan diantar ke Kareumbi tepat waktu.

Ingin mewujudkan sustainable wedding seperti Lilan dan Indra? Simak tipsnya langsung dari sang pengantin khusus untuk pembaca the Bride Dept:

Dengan mengadakan pernikahan yang bernuansa alam, kami berharap dapat menginspirasi banyak orang, khususnya brides-to-be lainnya bahwa pernikahan bukan sekedar acara kaku dalam gedung, tapi juga merupakah acara refleksi terhadap pemahaman kita akan peran alam, budaya, dan juga agama. Melalui acara ini pun kami berharap dapat memberikan sebuah imajinasi untuk lebih mencitai alam, masyarakat, budaya, dan agama. Kita bisa tetap keren dan asik dengan berkehidupan sesuai budaya populer, adat istiadat dan Agama.