Vendor That Make This Happened
Resepsi Pernikahan
Venue Rumah Ranadi
Event Styling & Decor Rolas Decor
Photography Wong Akbar Photography
Bride's Attire Tertia by Tertia Enda
Make Up Artist Galuh
Wedding Organizer Royal Kenzie
Wedding Entertainment Soulful Band
Cerita Vida dan Tandi dimulai dengan perkenalan keduanya oleh seorang teman Vida. Di akhir tahun 2014, Vida dan Tandi sama-sama sedang merayakan liburan tahun baru di Yogya. Saat itu pasangan ini belum kenal satu sama lain, Nita teman Vida berencana mengenalkan keduanya. Namun karena jadwal liburan mereka yang padat, liburan mereka akhirnya berakhir tanpa pernah bertemu satu sama lain. Setelah liburan keduanya kembali ke Jakarta, Vida diajak temannya ke Lokanata Panglima Polim, begitu sampai ternyata disana juga ada Nita yang kebetulan mengajak Tandi. Seminggu setelah berkenalan, Vida dan Tandi kencan untuk pertama kalinya di Parc 19 Kemang. Soulful Band yang saat itu sedang tampil mengisi soundtrack malam mereka berdua. “Itu sebabnya kami undang Soulful untuk jadi wedding band, buat mengenang first date,” ungkap Vida. Sejak malam itu, obrolan diantara Vida dan Tandi terus berlanjut dan dalam waktu singkat, keduanya menemukan kalau mereka merasa cocok. Di akhir bulan Januari 2015 Tandi mengajak Vida untuk mulai berpacaran.
Sejak awal berpacaran, Tandi dan Vida sudah sepakat kalau hubungan mereka akan berujung ke arah yang serius. Tiga bulan setelah mereka berpacaran, Tandi bertanya ke Vida kira-kira mereka mau berpacaran berapa lama, Vida refleks menjawab enam bulan. “Gak tau kenapa rasanya memang sudah cukup waktu enam bulan untuk memutuskan lebih serius,” Vida menjelaskan. Tepat enam bulan berpacaran, Tandi datang ke rumah Vida untuk melamar.
Persiapan pernikahan mereka berlangsung selama enam bulan, mulai dari menabung uang untuk pernikahan hingga memilih wedding organizer. Salah satu tantangan yang mereka hadapi selama merencanakan pernikahan datang dari keluarga. Vida dan Tandi menginginkan acara pernikahan yang intimate dan hanya dihadiri oleh keluarga dan teman-teman terdekat mereka dengan konsep acara yang casual/semi-formal. Keluarga Vida dan Tandi awalnya agak keberatan dengan pilihan mereka. Selain karena asing dengan konsep pernikahan seperti itu, pernikahan ini adalah pernikahan penutup bagi kedua keluarga, karena semua kakak dan adik Vida maupun Tandi sudah menikah. Karena itu keluarga mereka ingin pernikahan ini memakai konsep formal dan dihadiri oleh orang banyak. Namun melalui komunikasi dan diskusi akhirnya pihak keluarga menerima dan mendukung konsep pernikahan impian Vida dan Tandi. Tantangan lain muncul saat Vida dan Tandi memutuskan untuk membagi acara akad dan resepsi ke dalam dua hari dengan akad nikah yang diadakan di hari Jumat sore. Keputusan mereka ini banyak dipertanyakan tamu mereka, mengingat Jumat sore banyak yang masih kerja dan lokasi akad pernikahan yang cukup jauh. Vida mengatakan bahkan tamunya ada yang sampai meminta hari dan lokasinya dipindahkan.
Acara akad nikah diadakan di masjid dekat rumah Vida karena mereka menginginkan akad nikah berjalan sederhana dan sakral. Karena lokasi akad di masjid, maka dekorasi yang dipakai cukup simple. Akad pernikahan hanya didekorasi dengan bunga berwarna putih, kuning dan hijau, menyesuaikan dengan warna pakaian pengantin dan keluarga.
Acara resepsi pernikahan keesokan harinya memakai konsep intimate, casual dan dekat dengan alam. Karena itu pasangan ini memilih Rumah Ranadi sebagai venue mereka, meskipun terletak di tengah kota, pepohonan yang menghiasi tempat ini membuatnya terkesan alami. Vida dan Tandi awalnya memilih tema piknik dengan balutan warna putih sebagai konsep resepsi mereka. Namun konsep itu akhirnya diganti menjadi rustic, dengan menginkorporasikan unsur kayu dan daun. Unsur rustic ini juga terlihat di desain undangan dan souvenir pernikahan Vida dan Tandi yang terbuat dari kayu. Konsep rustic ini sesuai dengan venue pernikahan yang semi outdoor dengan area taman yang luas. Demi memaksimalkan area taman, ditambahkan bangku di sekitarnya dan hanging jar serta payung-payung gantung sebagai sentuhan terakhir. Melangsungkan pernikahan outdoor tentunya mengundang resiko-resiko tersendiri, salah satunya adalah hujan. Pihak dekorasi dan katering sendiri mengantisipasi datangnya hujan dengan meletakkan properti di posisi yang aman apabila hujan turun. Rupanya di hari H memang turun hujan, namun untungnya hujan hanya berlangsung sebentar dan masih bisa dikendalikan. Meskipun pernikahannya diguyur hujan, Vida dan Tandi justru merasa senang karena mereka yakin bahwa hujan itu adalah tanda pembawa berkah.
Sementara itu, area indoor di Rumah Ranadi, disulap menjadi seperti lounge dimana tamu bisa menikmati santapan mereka sambil menyaksikan penampilan Soulful Band. Vida dan Tandi memilih konsep ini karena mereka ingin tamu yang datang bisa duduk dan mengobrol santai sambil menikmati hidangan diiringi alunan musik seperti di sebuah resto. Gitar milik Tandi dipakai sebagai pengganti guest book untuk ditandatangani para tamu sekaligus sebagai hiasan tambahan. Pasangan ini juga membuat kids corner yang berisikan balon, buku mewarnai, permen dan mainan-mainan anak sebagai hiburan untuk tamu-tamu kecil mereka.
Sebelum memilih gaun pernikahan kreasi Cia, teman SMA Vida yang bekerja di Tertia, Vida sempat berencana menyewa gaun pernikahannya. Tetapi Vida akhirnya berubah pikiran karena tidak menemukan gaun yang cocok dan karena dia ingin memiliki baju akad untuk disimpan sebagai kenang-kenangan. Saat melihat desain buatan Cia, Vida langsung jatuh hati dan memesan dua pakaian untuk akad dan resepsi. Awalnya Vida dan Cia kebingungan mencari model veil untuk resepsi karena Cia belum pernah membuat veil untuk orang berhijab. “Waktu kasih tau model veil ke makeup artist dan ditanya gimana cara pakainya, dua-duanya sama-sama bingung! Yang paling bingung sih stylist-nya, karena nggak ada yang ngerti cara pakai veil-nya karena kita cuma modal lihat foto di internet, hahaha”, kenang Vida. Meskipun begitu, Vida merasa puas dengan hasil akhir dress dan veil yang terlihat cantik dan menawan. Vida memilih untuk tidak memakai warna putih yang merupakan warna tradisional pakaian pengantin pada hari pernikahannya. Di akad pernikahannya, Vida justru memakai kebaya berwarna hijau, yang merupakan warna kesukaannya. Dress untuk resepsi sendiri menggunakan warna yang natural dan model yang simple supaya nyaman untuk digunakan di outdoor sekaligus menyesuaikan dengan konsep rustic dan natural dari dekorasi.
Seluruh konsep pernikahan Vida dan Tandi dibuat dengan tujuan menciptakan momen yang memorable. “Kami menginginkan acara pernikahan dimana kami dan para tamu berbaur dalam suasana yang hangat, santai, akrab, fun dan nyaman. Kami ingin setiap tamu yang hadir merasa betah, sehingga acara sekali seumur hidup kami ini bisa meninggalkan kesan dan kenangan manis untuk mereka juga,” ujar Vida. Acara resepsi diadakan di sore hari untuk menambah kesan suasana yang santai. Tamu resepsi pernikahan ini menggunakan pakaian sesuai dress code yang sudah ditentukan, warna putih untuk wanita dan putih-coklat untuk pria. Di resepsi ini, para tamu akan menemukan hal yang jarang mereka temukan di pernikahan pada umumnya karena Vida dan Tandi menghadirkan jajanan soto mie dan cilok. Kedua hidangan ini mereka pilih bukan tanpa alasan, soto mie Pak Ajen yang ada di resepsi mereka adalah langganan almarhum Papa Vida yang sering dimakan bersama dengan Vida. Cilok sendiri dipilih karena makanan ini adalah kegemaran Vida dan Tandi. Rupanya para tamu yang hadir juga menggemari cilok, karena di hari H ciloknya laris manis. Bagi Vida dan Tandi, resepsi ini adalah wujud rasa syukur mereka dan cara mereka berbagi kebahagiaan dengan orang-orang terdekat. “Secara keseluruhan, mulai dari dekorasi, menu, hingga wedding band rasanya pernikahan memorable yang kami impikan tercapai,” tutup Vida.
Bagi pasangan yang sedang mempersiapkan pernikahannya, Vida menyarankan untuk menjaga komunikasi yang baik dengan pasangan, keluarga, vendor dan Tuhan. “Saling komunikasi sama pasangan itu penting, ketahui seperti apa pernikahan impian pasangan dan sepakati bersama konsepnya, persiapkan segala kemungkinan dan atasi bersama setiap tantangan yang muncul”, saran Vida. Komunikasi dengan keluarga sendiri jangan sampai dilupakan karena inti dari penikahan ini adalah persatuan dua keluarga besar, karena itu doa restu dan kebahagiaan orang tua sangat penting. Vida juga menyarankan untuk menjalin komunikasi dengan vendor, karena mereka adalah kunci kelancaran acara. Terakhir, Vida mengingatkan supaya jangan sampai lupa berkomunikasi dengan Tuhan lewat doa.
Ketika The Bride Dept menanyakan mengenai tiga vendor terbaik pilihan mereka, pasangan ini memilih vendor-vendor berikut:
1. Rolas Decor
“Hasil dekorasinya wow jauh melebihi bayangan kami. Kami betul-betul terkagum dengan hasil karya tim Rolas Decor. Vida sampai menangis terharu karena nggak sangka hasilnya akan seperti itu. Salut untuk Mas Yarry dan tim Rolas Decor yang membantu kami mewujudkan konsep dekorasi yang kami inginkan dan sangat terbuka untuk diskusi dan revisi detail-detail dekorasi. Hampir semua tamu kami memuji dekorasinya. We’re so in love with the decor!”
2. Royal Kenzie
“Sepertinya Tuhan memang mengirim Mbak Imelda dan tim Royal Kenzie untuk kami. Dari beberapa kali pertemuan yang tidak disengaja, kami jadi seperti bertemu keluarga baru. Mbak Imelda dan timnya sangat membantu kami sejak awal diskusi pemilihan vendor, bahkan mereka bersedia meluangkan waktu untuk menemui kami hanya untuk sekedar ngobrol dan ngopi santai melepas stress selama masa persiapan pernikaha. So helpful! We can’t thank you enough Mbak Imel, Mas Toni dan tim!”
3. Tertia
“Cia paham banget sama Vida yang untuk urusan pakaian cukup detail walaupun kadang labil. Dari awal Cia bisa bantu memutuskan jenis bahan, warna dan desain mana yang mau dipakai. Tertia bisa mewujudkan kebaya dan dress yang simple dan manis seperti yang Vida mau. Senangnya lagi, karena hasil karya teman sendiri jadi ikut bangga sama hasilnya. We’re proud friends!”