Berbicara soal angka dan seks memang tidak ada habisnya. Mulai dari ukuran penis yang diperbesar hingga jumlah partner seks yang jadi bahan perbincangan, angka memang jadi patokan yang berpengaruh di dunia seks. Bagaimana lagi jika hubungannya dengan frekuensi sesi berhubungan seks bagi pasangan? Yuk simak dulu penjelasan dan anjuran para ahli seputar seberapa seringnya hubungan seks yang ideal bagi pasangan.
Frekuensi Seks = Kebahagiaan Pasangan?
Berdasarkan studi oleh Archives of Sexual Behavior di tahun 2017, orang dewasa rata- rata berhubungan seks hingga 54 kali dalam setahun- atau sekitar sekali dalam seminggu. Sebuah studi lain oleh Social Psychological and Personality Science di tahun 2015 juga memaparkan kalau pasangan yang berhubungan seks minimal sekali dalam seminggu akan memiliki tingkat kepuasan dan kebahagiaan yang lebih dibandingkan dengan mereka yang lebih jarang berhubungan seks.
Studi kedua tersebut juga menunjukkan bahwa angka tersebut cukup fix, artinya kalaupun pasangan berhubungan lebih dari sekali dalam seminggu, tingkat kepuasan dan kebahagiaan cenderung sudah maksimal. Jadi para ahli menyarankan untuk tidak melulu mengaitkan antara jumlah hubungan seks dengan kualitas kepuasan terhadap pasangan. Toh, angka rata- rata tersebut sebenarnya sudah cukup ideal terhadap kadar kepuasan dan kebahagiaan pasangan.
Ketika pasangan berhenti fokus pada jumlah seks semata, mereka juga akan lebih memperhatikan aspek lain dari hubungan cinta antara dua orang. Beberapa hal yang juga sangat mempengaruhi hubungan harmonis antara pasangan antara lain adalah kesehatan, usia, lifestyle, dan kualitas hubungan itu sendiri.
Rekomendasi Frekuensi Seks Untuk Hamil
Untuk pasangan yang mendambakan momongan, seks mungkin adalah prioritas utama dalam hidup. Tidak jarang, kalian akan menjadwalkan seks rutin terutama di masa- masa subur supaya persentase kemungkinan hamil meningkat.
Sah- sah saja jika punya target frekuensi seks tertentu agar bisa segera hamil. Namun ahli profesional Dr. Muhammad Dwi Priangga, SpOG mengungkapkan tak ada persiapan spesifik setelah menikah bagi pasangan yang ingin segera punya anak. Prinsipnya menjalani pola hidup sehat dengan makan teratur, rutin berolahraga, dan tidur yang cukup. Soal frekuensi berhubungan intim, ia menganjurkan tidak perlu membuat jadwal khusus.
“Rekomendasi terbaru adalah rutin berhubungan intim setiap 2 atau 3 hari sekali, tidak perlu diatur saat masa subur,” kata dokter yang praktik di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta ini.
Menurutnya, hubungan seks yang dijadwalkan justru berpotensi membuat pasangan stres. Persiapan lain berupa pemeriksaan kesehatan sebelum kehamilan, seperti pemeriksaan golongan darah dan resus suami dan istri, kadar hemoglobin untuk mengetahui ada atau tidaknya anemia pada calon ibu, dan pemeriksaan untuk mendeteksi infeksi yang dapat mempengaruhi kehamilan.
Pemeriksaan resus, menurut Muhammad, penting karena perbedaan resus pada pasutri akan meningkatkan kemungkinan keguguran berulang. “Sedangkan anemia meningkatkan risiko keguguran dan mempengaruhi kualitas sel telur. Saat terjadi kehamilan, bila si ibu anemia akan meningkatkan kejadian lahir prematur, pendarahan, dan infeksi,” lanjut Muhammad.
Ia menyarankan, para wanita menjalani vaksinasi serta menjalani pola hidup sehat, termasuk juga para pria demi momongan yang sehat.