Shibori Tye Dye di Lamaran Raisa & Fahmi

By NSCHY on under The Engagement

Shibori Tye Dye di Lamaran Raisa & Fahmi

Style Guide

Style

International

Venue

Residential

Colors

Vendor That Make This Happened

Event Styling & Decor Decornerr

Photography Kumbaja Photo

Catering Darisa Catering

Jewellery & Accessories Habib Jewels

Siapa yang tak familiar dengan tye dye? Teknik pewarnaan kain yang berupa ikatan dan celupan ini menjadi konsep lamaran Raisa dan Fahmi. Dengan dominasi warna midnight blue, yang merupakan gambaran dari Pisces, zodiak mereka berdua, 70% semua aspek di lamaran tersebut merupakan hasil karya Raisa.

Raisa dan Fahmi awalnya hanyalah sepasang orang asing yang bertemu lewat Facebook. Delapan tahun mereka berteman lewat Facebook tanpa ada komunikasi apapun, sampai akhirnya Fahmi mulai menyukai foto-foto Raisa. Dari situ, mereka berdua mulai menjalin komunikasi, bertemu, dan berkomitmen untuk berusaha memperjuangkan hubungan jarak jauh ini menuju kesuksesan.

“Aku terima permintaan pertemanan Fahmi karena kita ada mutual friend. Tapi dari situ, kita sama sekali nggak komunikasi. Sampai akhirnya 8 tahun kemudian, Fahmi mulai sering menyukai foto-fotoku. Setelah kenalan dua tahun, Fahmi mengatakan niatnya untuk serius. Dari situ, keluarga Fahmi datang bersilaturahmi, dan kita resmi bertunangan pada 30 April 2019.” cerita Raisa.

Pertemuan pertama yang mengesankan bagi Raisa dan Fahmi adalah di Bandung. Waktu itu, Fahmi beralasan akan berlibur di Bandung, padahal alasan utamanya adalah untuk bertemu Raisa. Di situ, Raisa menemani Fahmi berkeliling Bandung, sampai pergi ke acara musik bersama di Jakarta. Dari yang awalnya malu-malu dan canggung berakhir dengan keyakinan.

“Selama bersama, kita memang sudah terbiasa berkomunikasi jarak jauh. Pastinya nggak ada yang berjalan mulus, banyak kerikil, mulai dari minimnya komunikasi, manajemen waktu, sampai dengan masalah kepercayaan, “ cerita Raisa.

Bagi Raisa, Fahmi adalah sosok yang spesial, yang mengajarkan Raisa untuk berkomunikasi yang baik dan jelas, sebagai salah satu kunci kesuksesan hubungan jarak jauhnya. Bagi Raisa, Fahmi juga merupakan pendukung yang luar biasa, selalu ada meskipun jauh dalam pandangan.

Waktu itu, Raisa sedang mengunjungi Fahmi di Kuala Lumpur. Saat mereka jalan-jalan di mal, di hari itu, Raisa melihat Fahmi selalu excited setiap melewati toko perhiasan. Katanya, Fahmi menyuruhnya mencoba cincin dan kalung yang ada di sana. Alasannya, hadiah untuk adiknya.

“Fahmi bilang, dia hanya iseng mengajakku ke toko perhiasan, ‘untuk persiapan kalau kita seriusan’ katanya. Taunya, saat di mobil menuju pulang, Fahmi memberikan kotak cincin dan bouquet bunga. Sederhana tapi manis, karena Fahmi bukan tipe orang yang romantis. Ternyata, dia menyuruhku coba-coba cincin karena khawatir cincin yang dia beli nggak sesuai dengan keinginanku,” tambah Raisa.

Makan malam sederhana menjadi kegiatan lamaran Raisa dan Fahmi, yang hangat dikelilingi oleh orang-orang terdekat. Konsep Shibori Tye Dye menjadi pilihan karena Fahmi memiliki keturunan Jepang yang lalu diaplikasikan menjadi pakaian lamaran mereka. 

Pattern yang beranekaragam kita aplikasikan di baju seragam yang kita buat dengan model Kimono dengan luaran, sarung, rok lilit, backdrop foto, undangan elektrik, dan cenderamata. 70% semua hal aku buat sendiri, kita ingin acara yang sederhana, intim, on budget, tapi tetap indah dan berkesan.” tambah Raisa.

Kalau ditanya soal tantangan, jarak pasti menjadi tantangan utama bagi Raisa dan Fahmi, apalagi kesibukkan Raisa untuk membuat berbagai hal yang membuatnya terkadang merasa kelimpungan, “banyak sekali keperluan yang harus disiapkan sendiri dan sesuai dengan ekspektasi yang menyulitkan, apalagi acara diadakan di Palu. Dalam hal ini, online shop mempermudah hidupku, aku beli kain, bunga kering, kebutuhan dekor, sampai make up, semuanya dari internet.”

Bagi Fahmi dan Raisa, hari lamarannya merupakan hari yang terasa campur aduk. Sebagai pasangan jarak jauh, rindu pastinya selalu menyelimuti.

“Aku dan Fahmi sudah lama nggak ketemu. Dia di Malaysia, aku di Bandung, dan acara lamaran di Palu. Kita meluangkan waktu, energi dan finansial untuk tiba di Palu, bertemu dalam keadaan canggung dan rindu, apalagi ini pertama kalinya aku bertemu orang tua Fahmi. Meskipun kita masih serumpun, tapi masih ada rasa canggung saat berkomunikasi. Orang tua Fahmi sampai belajar Bahasa Indonesia, padahal orang tuaku juga sudah siap diri belajar Bahasa Melayu. Lucu melihat mereka ngobrol, karena kedua belah keluarga sudah berusaha keras untuk nyaman berkomunikasi, itu momen yang paling berkesan,” cerita Raisa.

Top 3 vendors:

1. Decornerr

“Dekorasi yang kita buat tidak akan terlihat stunning tanpa bantuan Decornerr yang menambahkan backdrop putih, lampu, dan tambahan dekorasi lainnya. Backdrop dengan tema Shibori ini semakin cantik dengan tambahan aksen dari mereka. Timnya juga sangat membantu untuk seting segala keperluan, dan mereka juga on time.”

2. Kumbaja Photo

“Aku selalu terkesan dan jatuh cinta dengan portfolio Kumbaja yang unik. Aku cukup kaget bahwa mereka berdomisili di Palu. Aku pun sampai booking dari jauh-jauh hari supaya bisa difoto langsung sama Charles, owner Kumbaja. Jauh sebelum itu, saat Charles menikah, aku yang bantu membuat undangan, di situlah kita diskusi mengenai referensi dan moodboard. Sebelum tahap editing pun aku sudah jatuh cinta dengan hasil foto mereka.”

3. Colaterals Print

“Ide dan identitas yang dibuat sangat memuaskan, hasilnya terasa sangat personal, sesuai dengan karakter aku dan Fahmi. Banyak touch point seperti backdrop, welcoming board, hampers card, dan undangan yang tertolong dengan sentuhan desain Imajineroom_project.

Tips untuk brides to be:

“Selama proses mengurus acara pasti ada jatuh dan bangunnya, apalagi kalau mempersiapkan segala sesuatunya sendiri dan berjauhan dengan pasangan. Tips dari aku, komunikasikan semua hal dengan pasangan, mulai dari menentukan tema, sampai ide untuk tahapan acara. Kalau punya rencana, lebih baik dicatat dalam notes dan kerjakan secara bertahan. Jangan lupa juga berkomunikasi dengan keluarga, siapa tau mereka bisa bantu. Terakhir, atur ekspektasi. Jangan terlalu menuntut untuk menjadi sempurna, belajarlah legowo, karena persiapan sudah cukup melelahkan, kalau bad mood di hari H, momen bahagianya pasti akan rusak karena mood yang murung, tentunya, hasil foto juga tidak maksimal.”