Vendor That Make This Happened
Venue Kediaman Duta Besar Argentina untuk Indonesia
Event Styling & Decor Nona Manis Creative Planner
Photography Akumoment
Wedding Organizer Akuwedding
Make Up Artist Christina Martha
Hair Do Ani Rufaida
Bride's Attire Gazelle Brides
Catering Sans Food
Catering Titik Temu
Catering Akasya Catering
Invitation Sentimeter Card
Souvenir Sentimeter Card
Hand Bouquet Rosy Posy
Jewellery & Accessories Frank & co.
Wedding Shoes VAIA
Master of Ceremony Reza Alqadri
Others Mom & Sister's Attire by
Others Nail Art by Classhe
“Sehari setelah kita bertemu, dia follow akun Instagramku, entah tau dari mana. Memang, pas pertama kali bertemu dan ngobrol, aku merasa klik, tapi aku enggan peduli karena dia pun sudah punya pacar,” cerita Gabby mengenai pertemuan pertamanya dengan sang suami, Hugo.
Satu bulan setelah pertemuan tersebut, Gabby berlibur ke Australia. Momen liburannya pun ia bagikan di akun Instagramnya yang sempat beberapa kali dikomentari oleh Hugo. Usut punya usut, ternyata di momen tersebut Hugo sudah sendiri. Sepulangnya ke Indonesia, Gabby dan Hugo merencanakan momen untuk bertemu.
“Tanpa sengaja, kita memulai obrolan lagi, jalan bareng, chatting dengan intens, sampai akhirnya ia menyatakan perasaannya kepadaku. Menurutku, jarang ada bule yang seperti itu.” cerita Gabby.
Awalnya, sulit bagi Gabby untuk mempercayai hubungannya dengan Hugo meski sejak awal mereka sama-sama terbuka bahwa mereka mencari sebuah hubungan yang serius. Sejak awal, Hugo memang sudah mendekatkan diri dengan keluarga Gabby. Pada satu waktu mereka makan malam bersama dengan keluarga Gabby, Hugo menceritakan kehidupannya, masa lalunya, dan keinginan masa depannya untuk menikahi Gabby.
“Percaya nggak percaya, mamaku punya sixth sense di mana dia bisa membaca karakteristik orang. Di situ, dia melihat ketulusan Hugo dan dia mengapresiasi bagaimana usaha Hugo untuk bertemu keluarganya dan menjelaskan mengenai kehidupannya secara terbuka. Intinya, saat itu, aku tau dia akan melamarku, tapi aku nggak tau kapan.” cerita Gabby.
Pada saat itu, Hugo bekerja sebagai chef di salah satu hotel. Dalam karirnya, Hugo tidak memiliki jam atau waktu kerja yang pasti, ia bisa saja kerja di akhir pekan. Waktu itu, tepat satu bulan setelah berpacaran, Hugo bilang bahwa ia harus bekerja setengah hari pada hari minggu itu. Hari itu berjalan normal, mereka mengisi hari dengan menonton film di Senayan City dan sempat ngopi santai di sebuah kafe.
“Tiba-tiba, mami SMS menyuruhku pulang. Aku tidak punya pikiran aneh karena memang akhir-akhir ini mami lagi manja dengan anaknya. Akhirnya, Hugo mengantarku pulang. Sampai di rumah, ketika kita menaiki tangga, tangga rumahku sudah dipenuhi dengan kelopak bunga mawar dan lilin. Aku kaget dan bertanya ke Hugo, dia hanya menjawab ‘nggak tau’,”
Sampainya di lantai dua, orang tua dan kakak Gabby sudah berbaris, sudah ada komputer dengan layar yang terhubung FaceTime dengan sang adik yang tinggal di Manado, lalu ada sang adik bungsu yang sibuk merekam video, dan dua sahabat Gabby di sana.
“Aku menangis. Aku memang tidak memiliki hubungan yang baik dengan papa, namun di situ, Hugo merealisasikan keinginanku untuk menyatukan kembali keluargaku sehingga ia mengikutsertakan papaku ke acara lamaran tersebut. Intinya, dia membawa semua orang penting dalam hidupku,” cerita Gabby.
Di momen itu, sang papa memberikan kotak cincin ke Hugo dan sang mama menyerahkan sebuah bouquet bunga ke Hugo. Saat itu pula, Hugo berlutut dan bertanya, “Will you marry me?” yang hanya dijawab dengan muka terkejut dan air mata bahagia dari Gabby. Sampai momen sang adik teriak, “Mbak, jawabannya apa!”, di situlah Gabby menyadari bahwa ia belum menjawab yang diikuti dengan jawaban “ya ya ya” sambil memeluk Hugo.
Gabby dan Hugo memiliki waktu yang cukup singkat untuk mempersiapkan acara pernikahannya karena Hugo mendapatkan pekerjaan di negara lain.
Gabby dan Hugo sama-sama menginginkan pesta pernikahan internasional, yang intim, dengan dekorasi sederhana yang bisa membuat mereka mingle dengan para tamu undangan. Kebetulan, mereka mendapatkan tawaran venue langsung dari Duta Besar Argentina untuk mengadakan pernikahan di kediaman tersebut karena mereka sangat puas dengan hasil kerja Hugo.
“Aku bangga, Hugo, orang Argentina bisa mengucapkan kalimat ijab kabul hanya satu kali dalam satu nafas, menggunakan Bahasa Indonesia pula yang ia pelajari satu malam sebelum hari pernikahan.”
Top 3 vendor:
1. Akuwedding
“Dari awal meeting, aku melihat anggota timnya masih muda, jadi mereka bisa mengerti konsep yang aku inginkan dan bisa memberikan masukan yang pas. Timnya juga fleksibel dan bisa mengakomodir aku yang agak pelupa, misalnya aku minta suatu hal, lalu 20 menit kemudian aku minta lagi, nanti satu jam kemudian minta hal yang berbeda. Kita memang tidak banyak melakukan technical meeting, tapi saat bertemu, mereka sudah melakukan hal yang aku minta dan dapat mereka organisir dengan baik.”
2. Debby Hardinata & Gaze Tailor
“Aku tidak membayangkan bagaimana pernikahanku tanpa mereka. Mereka adalah pasangan suami istri yang bertalenta. Saat aku melihat dress dan jasnya digantung pada sebuah exhibition, aku langsung jatuh cinta. Aku melakukan sewa perdana untuk dress-ku ke istrinya, dan suaminya membuatkan jas untuk Hugo. Aku mendapatkan harga yang sangat affordable karena wedding fair tersebut. Saat mengenakan dress-nya, aku pun mendapatkan banjir pujian, baik di sosial media dan pada saat hari H langsung. Mereka juga sangat membantu saat aku panik di H-1 acara karena aku tiba-tiba merasa bahwa pakaiannya terlalu terbuka untuk acara ijab kabul. Aku hampir menyewa dress lain, namun ternyata mereka memiliki bolero yang bisa aku pinjam. Hugo pun juga dipinjamkan dasi dan cufflink yang sesuai dengan warna jas. Mereka baik, sopan, fleksibel dan aku sangat merekomendasikan mereka!”
3. @kita.atelier
“Ini juga merupakan salah satu dari banyaknya pujian yang aku dapatkan, ini adalah vendor yang membuatkan baju untuk mama dan adik-adikku. Mereka menerima customize order dan mereka sangat profesional menerima ide dan memberikan masukan. Mereka menyulap sebuah dress menjadi sangat indah. Dan lagi, aku mendapatkan vendor yang fleksibel. Salah satu adikku tinggal di Manado dan tidak memungkinkan untuk melakukan fitting. Tim Kita Atelier memberikan instruksi yang sangat jelas via WhatsApp agar adikku bisa mengukur dari sana. Adikku tiba di Jakarta H-2 dan meminta sedikit perubahan, tim Kita Atelier mampu menyanggupinya tanpa ada masalah.”
Tips untuk brides to be:
“Pergilah ke wedding fair karena akan membantu membuka mata mengetahui hal-hal detail yang dibutuhkan untuk mempersiapkan pernikahan. Lalu, kita juga bisa mendapatkan penawaran menarik dari tiap-tiap vendor.”