Lamaran Adat Sunda ala Diska and Dika

By Rebebekka on under The Engagement

Style Guide

Style

Traditional

Venue

Residential

Colors

Vendor That Make This Happened

Engagement Reception

Event Styling & Decor Banyumilis

Photography Why Moments

Make Up Artist Amalia Hariawan

Kebaya Ardy Rinaldy

Wedding Organizer Sekar Lestari

Meski kau kini jauh di sana, kita memandang langit yang sama. Jauh di mata, namun dekat di hati.” Penggalan lirik lagu RAN tersebut sangat cocok menggambarkan kisah Diska dan Dika yang berhasil melewati masa-masa sulit saat menjalani LDR. Simak cerita mereka yang baru saja mengadakan lamaran adat Sunda, ya!

Diska dan Dika pertama kali bertemu pada tahun 2012 melalui seorang teman. Setelah saling mengenal selama tiga bulan, Dika langsung mengajak Diska berpacaran. Diska tidak langsung mengiyakan karena merasa masih terlalu dini untuk berpacaran dengan Dika. Tentu saja Dika tidak berhenti sampai di situ. “He’s quite persistent. Beberapa minggu kemudian dia menanyakan hal yang sama lagi dan akhirnya aku mengiyakan,” cerita Diska.

Baru empat bulan berpacaran, Diska harus melanjutkan sekolah di New York City dan meninggalkan Dika di Jakarta. Hal tersebut dirasa cukup berat bagi mereka karena mereka baru saling mengenal. Komunikasi saat LDR juga sulit karena perbedaan waktu hingga mereka tidak jarang berselisih paham karena miskomunikasi. “Saat aku akan berangkat kuliah, Dika baru pulang kerja. Cuma bisa video call sekitar 15 menit sambil sarapan. Yang bikin sedih adalah siang hari di New York City itu jam 2 pagi di Jakarta. Rasanya sepi, karena ngga bisa berkomunikasi dengan Dika di Jakarta.”

Pada tahun 2012, terjadi Hurricane Sandy yang cukup dahsyat di New York City yang mengakibatkan hilangnya aliran listrik selama beberapa hari. Sinyal telepon pun timbul tenggelam. Alhasil, Diska dan Dika benar-benar kehilangan kontak selama beberapa hari. “Menjalani LDR memang sulit, namun di satu sisi LDR juga membuat hubungan kita menjadi semakin kuat. Kita jadi semakin saling mengenal dan saling menghargai. Yang paling bernilai setelah menjalani LDR adalah we feel blessed of our partner’s presence and we value the relationship more,” tambah Diska.

Setelah Diska kembali ke Jakarta, Dika melamar Diska untuk menjadi istrinya. Diska tidak menyangka Dika melamarnya dengan sangat romantis, karena selama ini Dika terkesan sangat kaku. Saat itu, keduanya sedang merayakan anniversary mereka yang ke-3 dengan makan malam di sebuah restoran. Tiba-tiba, seorang waiter datang membawakan dessert dengan cincin di atasnya dan bertuliskan ‘I love you’. “Aku sama sekali ngga menyangka. Tiba-tiba Dika berlutut, melamar aku, dan semua orang ngeliatin kita. Saat aku mengiyakan, semua orang pada tepuk tangan hehehe,” kenang Diska.

Dengan mengusung adat Sunda, lamaran Diska dan Dika pun diadakan secara resmi. Selain karena Diska berdarah Sunda, lamaran dengan adat Sunda juga diharapkan dapat mencairkan suasana antara dua keluarga yang belum pernah bertemu. “Setau kita, kalau pakai adat Sunda suka banyak bodornya (lucunya) biar suasana ngga tegang. Ternyata memang hasilnya sesuai yang kita harapkan, acaranya serius tetapi santai dan tetap seru,”

Dalam acara lamaran ini, Dika membawa bokor lemareun yang berisi sirih dan gambir. Pedasnya sirih jika dicampur dengan pahitnya gambir yang akan menghasilkan rasa yang lezat merupakan simbol menyatunya dua individu dalam sebuah pernikahan. Dika juga membawa bahan kebaya dan kain untuk Diska yang melambangkan bahwa Dika sudah mampu memenuhi kebutuhan jasmani Diska.

Prosesi pemasangan cincin yang biasa disebut beubeur tameuh juga dilakukan. Dalam prosesi ini, Dika memasangkan cincin kepada Diska sebagai tanda bahwa Diska juga telah menjadi bagian dari keluarga Dika. Di akhir acara lamaran, Diska dan Dika bertukar tempat duduk. Diska duduk di barisan keluarga Dika dan Dika duduk di barisan keluarga Diska. Hal ini dimaksudkan agar Diska dan Dika yang akan menikah bisa membaur dan mengenal masing-masing keluarga.

Ada beberapa momen yang sangat memorable bagi Diska, terutama yang berhubungan dengan papanya dan Dika. Pertama, saat papanya Diska menangis sesudah menanyakan kesediaan Diska dilamar Dika. “Awalnya suasana masih ceria, karena Papa lagi bercanda. Tiba-tiba setelah bertanya sama aku, Papa nangis. Mungkin karena aku anak bungsu ya.. Aku terharu sekali kalau ingat itu.”

Selain itu, Diska juga terkesan dengan Dika yang berani melamarnya di depan banyak orang. Dika bahkan sampai melamar Diska dalam keadaan berlutut sekali lagi di depan keluarga mereka yang membuat semua orang langsung bersorak.

Bagi Diska, lamaran memiliki makna yang sangat penting, karena merupakan titik permulaan kedua keluarga demi kesuksesan tahapan selanjutnya. “We only do this once in a lifetime, right? So, make it as memorable as it can be,” pesan Diska. Diska juga memberikan tips kepada pembaca The Bride Dept untuk memilih vendor yang responnya cepat dan selalu mengomunikasikan segala sesuatu dengan pasangan.

Top 3 vendors pilihan Diska:

  • Amalia Hariawan

Mbak Amalia itu baik dan super ramah jadi aku senang dirias sama dia. Her makeup is the best!”

  • Sekar Lestari Wedding Organizer

“Mbak Rini dan timnya mampu menangani keluarga yang cukup keras dengan baik. They were also capable of organizing the engagement accordingly.”

  • Why Moments

“Tim Why Moments bisa bekerja sama dengan baik dan hasil fotonya sangat oke.”