Tips Akrab dan Kompak dengan Calon Ipar

By The Bride Dept on under How To, Relationship

Proses mengakrabkan diri dengan calon mertua adalah salah satu tugas besar dan terkadang penuh tantangan. Begitu juga halnya dengan mengakrabkan diri dengan calon ipar. Ketika kita akan masuk menjadi bagian dari keluarga pasangan, artinya mendekatkan diri dengan anggota keluarganya menjadi hal yang sangat penting, tidak hanya orangtuanya tapi juga kakak serta adiknya. Mendekatkan diri dengan calon ipar, baik itu kakak atau adik dari calon pasangan kita, perempuan ataupun laki-laki, memiliki cerita dan tantangannya sendiri. Dalam situasi ideal, setelah kita berhasil mengambil hati mertua, seharusnya mengambil hati calon ipar bukan hal yang sulit karena perbedaan usia yang tidak terpaut terlalu jauh. Jika kita beruntung, terkadang justru calon ipar kita memiliki usia atau minat yang sama dengan kita sehingga sangat mudah mengakrabkan diri. Namun, bagaimana jika kita justru menghadapi kesulitan dalam menghadapi calon ipar?

Fondasi dari membangun keakraban hubungan dengan calon ipar adalah rasa kepercayaan dan kenyamanan. Artinya, kedua hal tersebut perlu menjadi tujuan utama kita ketika berusaha menjalin hubungan dengan calon ipar kita. Lalu bagaimana caranya agar dapat memperoleh kepercayaan dari calon ipar, dan mereka pun merasa nyaman dengan kehadiran diri kita?

Pertama, sadari bahwa setiap keluarga memiliki keunikannya masing-masing. Ada berbagai cara untuk memahami keuinikan tersebut, salah satunya adalah dengan memperhatikan urutan kelahiran dan interaksi hubungan antar kakak beradik dari calon pasangan kita. Anak ke berapa dari berapa bersaudara kah pasangan kita? Adik pasangan kita laki-laki atau perempuan? Bagaimana urutannya? Apakah pasangan kita anak laki-laki satu-satunya? Apakah Ia memiliki saudara perempuan satu-satunya? dsb. Hal ini penting dipahami untuk menjalin kualitas hubungan yang positif. Misalnya, jika pasangan kita adalah anak laki-laki pertama, dan adik-adiknya perempuan biasanya akan memiliki interaksi dan peran yang berbeda dibandingkan jika ia adalah anak laki-laki terakhir dengan saudara yang semuanya laki-laki. Akibatnya, sikap kita pun akan berbeda dalam berinteraksi dengan kakak atau adiknya. Lalu sebagai lanjutan contoh, ketika pasangan kita adalah anak laki-laki pertama dan memiliki adik-adik perempuan. Pertanyaannya kemudian adalah, bagaimana peran pasangan kita dalam keluarganya, serta kepada adik-adik perempuannya? Perlu diingat bahwa kita akan masuk ke dalam keluarganya sebagai “kakak” perempuan, artinya, kita perlu menyesuaikan sikap kita kepada adik-adiknya, menyesuaikan peran yang kita miliki sebagai “kakak” perempuan, serta mencegah agar jangan sampai kehadiran kita dianggap merebut pasangan dari adik-adiknya. Siapkan waktu untuk adik-adiknya, serta persiapkan diri kita jika suatu saat kita harus “berbagi” dan membiarkan pasangan kita melakukan perannya sebagai kakak. Jika kita dapat menjaga kualitas hubungan pasangan dengan kakak-beradiknya, serta menghargai hubungan kakak-beradik tanpa terkesan mengancam, kita pun akan memperoleh kepercayaan dari kakak beradiknya.

Kedua, kenali mereka lebih jauh. Apa hobi dan minat mereka? Kapan tanggal ulang tahun kakak atau adik pasangan kita ? Apa makanan favorit mereka? Kenangan paling berkesan di masa kecil mereka?  Kebiasaan keluarga? dll. Mengetahui hal-hal tersebut bukan berarti kita harus menyogok mereka dengan makanan atau barang-barang kesukaan mereka untuk membuat mereka menyukai kita. Melalui pengenalan hal-hal tersebut, akan mudah bagi kita untuk mengobrol tanpa kehabisan topik, sehingga interaksi menjadi menyenangkan dan kakak atau adik pasangan kita merasa dihargai.

Ketiga, Jika calon ipar bersikap kurang menerima atau justru memberikan sikap yang negatif terhadap kehadiran kita, coba libatkan pasangan dan diskusikan kemungkinan masalah yang dialami, namun tetap bersikap netral dan tidak menyalahkan kakak atau adik pasangan. Cari tahu apa yang mungkin menjadi permasalahan, dan juga tanyakan bagaimana cara mendekatkan diri dengan kakak atau adik dari pasangan kita. Jika calon ipar merasa tersaingi akan kehadiran kita, tunjukkan bahwa kita tidak bersaing dengannya dengan memberikan pujian dan bersikap tenang selama berinteraksi. Jika calon ipar merasa mengetahui semua hal yang tidak kita pahami, tunjukkan bahwa Kita menghargai informasi yang diberikannya, dan jangan ragu untuk bertanya jika ada hal yang kurang dipahami. jika segala cara sudah kita lakukan, namun masih mengalami kendala dengan calon ipar, diskusikan dengan pasangan mengenai apa yang sebaiknya dilakukan oleh Anda dan pasangan untuk menyelesaikannya. Ajak pasangan untuk bersama-sama terlibat dan membantu Anda untuk dapat berproses menjadi bagian dari keluarganya.

Kunci dari mendekatkan diri dan merebut hati calon ipar adalah dengan menghargai mereka dan hubungan pasangan dengan kakak ataupun adiknya sebelum kehadiran kita. Selalu berusaha untuk mengenal kakak atau adik pasangan lebih jauh dan tanpa merasa terbebani sebagai sebuah keharusan. Pahami bahwa kita tidak selalu perlu bersahabat atau memiliki hubungan yang sangat dekat dengan kakak atau adiknya, namun tetap harus membangun hubungan baik yang positif, sehingga dapat saling terbuka dan percaya.

Tiara Puspita N., M.Psi., Psikolog

Psikolog Dewasa dari TigaGenerasi

Bio:

Tiara Puspita N., M.Psi., Psikolog adalah psikolog klinis dewasa yang tertarik dengan isu-isu terkait hubungan romantis, persiapan pernikahan, permasalahan dalam pernikahan, dsb. Tiara merupakan salah satu penulis buku “Anti Panik Mempersiapkan Pernikahan” dan merupakan certified facilitator SYMBIS (Save Your Marriage Before It Starts), sebuah program yang dirancang untuk mempersiapkan pasangan untuk menghadapi pernikahan. Saat ini Tiara aktif sebagai psikolog di TigaGenerasi, dan dapat dihubungi melalui email asktiara24@gmail.com atau ig: @tiarapuspita