Traditional Minang and Palembang Wedding

By Friska R. on under The Wedding

Style Guide

Style

Traditional

Venue

Hotel

Colors

Vendor That Make This Happened

Akad Nikah

Venue Private Residence

Event Styling & Decor Stupa Caspea

Bride's Attire Ida Hardono

Make Up Artist Adi Adrian

Photography The Portrait Photography

Catering Akasya Catering

Wedding Reception

Venue Hotel Mulia Jakarta

Event Styling & Decor Meriah Decor

Bride's Attire Elly Kasim

Make Up Artist Adi Adrian

Wedding Organizer Mawar Prada

Indonesia memang sangat kaya akan berbagai jenis adat budaya. Tiap adat pun memiliki tata cara berbeda dalam segala hal, termasuk adat pernikahan. Hari ini The Bride Dept akan mengulas pernikahan Widya dan Aldy yang menggunakan adat Minang dan Palembang. Disimak ya!

Perkenalan Widya dan Aldy berawal ketika seorang teman memperkenalkan mereka berdua. Pertemuan yang terjadi sekitar 10 tahun lalu itu ternyata berbuah manis karena mereka merasa saling cocok dan memutuskan untuk berpacaran. Namun sayangnya, beberapa bulan setelah mereka jadian, Aldy pindah ke Malaysia untuk melanjutkan pendidikan. Tidak lama setelah itu, Widya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan dia ke Melbourne.

“Dari awal pacaran hingga menikah, kita memang selalu berpacaran jarak jauh. Aldy ingin menyelesaikan studi S3-nya di Malaysia dan aku juga baru for good tahun lalu. Nah, kita memilih untuk menikah di bulan May karena sekalian celebrate anniversary kita yang ke-10. I think it’s something special to celebrate our anniversary with a vow,” ungkap Widya bahagia.

Menurut Widya, Aldy adalah tipe pria yang percaya bahwa ia harus meminta restu dari orang tua Widya terlebih dahulu sebelum melamar secara personal. Sehingga pada pertengahan tahun 2014, Aldy beserta orang tuanya datang ke rumah Widya untuk melamar. Tanpa disangka, beberapa hari setelah itu, Aldy datang kembali ke rumah Widya dan melamarnya secara personal. “It was just him and I with no audience, so it wasn’t embarrassing when I cried,” kenang Widya.

Prosesi pernikahan Aldy dan Widya diawali dengan beberapa upacara adat Minang, yang merupakan latar belakang keluarga Widya. Apabila pada umumnya pengantin Minang hanya mengadakan acara Malam Bainai, maka Widya juga menjalani acara Babako.

Di acara Babako ini, Widya dijemput oleh keluarga pihak ayahnya (pihak bako) untuk dibawa ke tantenya dari pihak sang ayah. Di sana, ia dipakaikan baju adat Minang dan dirias untuk dipersiapkan untuk ke acara pernikahan. Selain itu juga ada acara doa bersama.

Karena adat Minang menganut sistem matrilineal yang mengikuti garis keturunan ibu. Maka setelah acara Babako ini, Widya “dikembalikan” ke keluarga ibunya. Sesampainya ia di rumah keluarga ibunya, ia disambut dengan tarian persembahan dan silat. Sebelum ia dipersilahkan masuk ke rumah, kedua keluarga pun berbalas pantun untuk menyampaikan maksud dan kedatangan Widya ke rumah tersebut.

Pada malam harinya, Widya pun menjalani prosesi Malam Bainai. Pada acara ini, anggota keluarga yang dituakan bergantian memasangkan inai pada kuku-kukunya. Bagi Widya, acara ini cukup menyentuh karena ia juga meminta restu dan maaf dari kedua orang tuanya.

Untuk menghormati pihak Aldy yang memiliki darah Palembang, maka akad nikah dan upacara setelahnya dilakukan dengan adat tersebut. Setelah acara akad nikah, kedua mempelai diharuskan untuk duduk di depan pelaminan untuk menjalani acara suapan. “Pada dasarnya, tante-tante kita menyuapkan kita dengan nasi kuning dan ayam secara bergiliran. Kira-kira ada 10 orang yang menyuapkan kita haha,” jelas Widya. “Nah tahapan selanjutnya adalah cacapan. Di sini, om-om dari kita berdua memercikkan air kembang ke kepala kita.” tambah Widya lagi.

Bagi Widya, yang paling berkesan dari seluruh rangkaian acara pernikahannya adalah Tari Pagar Pengantin yang ia tarikan untuk menutup acara akad nikahnya. “Dengan hanya 2 kali latihan, aku bisa menarikan tari tersebut di depan Aldy dan seluruh keluarga besar. Tarian itu terasa semakin unik karena aku mengenakan headpiece yang besar sekali. Hehe,” ungkap Widya. “Oh ya, aku juga menarikan ini dengan kedua sepupuku yang sudah aku anggap seperti saudara kandungku. Jadi semuanya terasa spesial,” jelas Widya lagi.

Untuk resepsi di malam harinya, mereka berdua memilih adat Minang. Pelaminannya sendiri dirancang seperti suasana kampung Minangkabau, sehingga suasana pedesaannya terasa sekali di resepsinya ini. Selain itu, mereka berdua juga memiliki panggung musik dengan bentuk rumah-rumahan di tengah sawah. Mereka juga mengganti music band dengan pemain talempong.

Persiapan pernikahan yang dilakukan selama kurang lebih 6 bulan ini ternyata tidak membuat Widya pusing tujuh keliling. Hal ini dikarenakan adanya WO yang selalu sigap membantu dalam merencanakan semuanya dan juga berfungsi sebagai penengah antara keluarganya dan Aldy. “Mungkin tantangan terbesarnya adalah karena pada saat itu, Aldy masih di Malaysia. Jadi aku yang harus mengurus semuanya dan juga menjadi penjembatan antara keluargaku dan Aldy.”

Top 3 vendors pilihan Widya:

1. Mawarprada WO

“Aku udah kenal dengan Mbak Ambar dari pernikahan kakak ku. Orangnya ramah dan friendly. Dia sangat bisa menenangkan suasana dan sangat membantu dalam semua aspek, dari KUA sampai permen selama aku di pelaminan. Bukan hanya keluargaku yang seneng dengan kerja tim Mbak Ambar, tp keluarga Aldy pun juga memuji kerja tim Mawarprada.

2. Adi Adrian:

I think he’s pretty famous for me to explain his artistry, but he is a genius! Makeup-ku tahan lama banget walapun aku keringetan, nangis, dan ganti baju. Orangnya pun ramah dan sabar banget. Dia ngga cuma masangin makeup, tapi juga ngajarin ini itu kalau aku tanya tentang makeup-nya. Mas Adi juga orangnya tepat waktu banget dan ngga ribet minta ini itu. Pokoknya Mas Adi sangat profesional!”

3. The Portrait Photography by Ditto Aditya

“Mas Ditto sangat friendly dan accommodating. Tim-nya pun seru dan always on time. We received the raw pictures as soon as we requested which is great as the parents always want to see the photos asap. Foto-fotonya pun bagus dan professional.”

Tips yang ingin di-share ke pembaca The Bride Dept dari Widya adalah “enjoy the journey karena yang seru itu masa-masa persiapannya. On the day, it was very nerve wrecking and hectic so the day would just flew by. Also, do not let the littlest thing bother you. Do not let the planning lead to an argument between the bride and groom. A wedding only goes for a day or two whereas a marriage lasts a lifetime.”