Setelah sukses menggelar akad nikah dan resepsi dengan adat Tapanuli Selatan, Zizi dan Arga menutup pernikahan mereka dengan prosesi adat yang dinamakan Horja. Sebagai gambaran, Horja ini mirip dengan prosesi ngunduh mantu dalam adat Sunda. Skala ukuran besar kecilnya prosesi Horja dapat dilihat dari hidangan yang disajikan dalam acara tersebut. Yang terkecil mulai dari satu buah telur rebus, satu ekor ayam, satu ekor kambing dan skala yang paling besar adalah dengan menyajikan seekor kerbau.
Prosesi dilaksanakan di rumah Arga di mana Zizi sudah menjadi bagian dari keluarga Arga. Zizi justru berperan menyambut kedatangan orangtuanya, adik dan saudara Zizi. Prosesi penyambutan keluarga Zizi dilakukan sambil manortor atau menari tor – tor. Pertama, utusan keluarga Zizi datang sambil membawa indahan toppurobu yang berupa nasi dengan lauk pauk. Utusan ini didatangkan untuk mengecek keadaan Zizi di rumah mertuanya. Setelah itu mereka akan mengabari orangtua Zizi bahwa anak perempuannya sudah hidup bahagia bersama suami dan keluarganya yang baru. Setelah mendapat kabar dari para utusan, barulah orangtua Zizi beserta keluarga besar memasuki rumah Arga dengan manortor dan disambut pula dengan tarian tor – tor oleh keluarga Arga hingga mereka membentuk lingkaran. “Pada saat menghidangkan indahan toppurobu itu ada maknanya. Di atas nasi ada telur rebus yang berarti sebagai sumber kehidupan, dua ekor ikan sebagai gambaran ikan yang selalu berenang beriringan menyusuri arus, lalu ada udang yang dilihat dari bentuknya yang bungkuk sebagai harapan agar kita awet sampai tua dan bungkuk kemudian ditengah – tengah diletakkan lauk besar. Pilihannya adalah ayam, kambing atau kepala kerbau sesuai dengan kemampuan masing-masing,” ungkap Zizi.
Acara berikutnya adalah maralok – alok atau menyampaikan pidato dari masing – masing perwakilan keluarga. Lalu dilanjutkan dengan patuaekkon (tapian raya bangunan) yaitu pemberian marga di tepi bangunan. Prosesi ini menjadi prosesi favorit Zizi dan Arga karena di sini mereka diberikan gelar oleh ketua adat. “Caranya, aku dan Arga berjalan naik ke tangga yang disiapkan khusus untuk prosesi ini. Kami naik ke tingkat ke-7. Tangga ketujuh dipercaya sebagai tingkatan paling tinggi di surga. Diibaratkan setelah menikah kita naik pangkat ke tingkatan teratas. Saatnya untuk tinggalkan masa remaja, berubah menjadi dewasa dan memasuki tahap kehidupan yang lebih baik. Pada saat prosesi menuju tingkat ke-7, pengantin harus berdiri di belakang barisan, karena dianggap masih butuh tuntunan dalam hidup. Pada saat turun tangga selesai prosesi, pengantin berada pada barisan paling depan, karena dianggap sudah mampu menemukan jalan pulangnya sendiri,” jelas Zizi.
Setelah menaiki tangga, Zizi dan Arga kembali duduk di bawah dikelilingi para keluarga dan mulailah acara adat Mangupa. Zizi dan Arga diberikan sirih yang diikuti oleh pemberian nasihat dari keluarga. Setelah semua memberikan nasihat pernikahan, pengantin harus menjawab dan memberikan ucapan terima kasih kepada seluruh keluarga yang telah hadir.
Demikianlah prosesi adat Horja yang begitu indah dan bermakna dalam. Semoga menginspirasi brides to be yang ingin menjalani pernikahan dengan adat Tapanuli Selatan seperti Zizi dan Arga ya. Horas!