Vendor That Make This Happened
Akad Nikah
Wedding Reception
Venue Hotel Santika Dyandra Medan
Event Styling & Decor Sehat Flower and Decor
Photography Axioo
Bride's Attire Eddy Betty
Make Up Artist Irwan Riady
Hari ini, team The Bride Dept akan membahas mengenai pernikahan dari Rendy dan Siti yang dilangsungkan pada awal tahun 2015 di Medan. Pernikahan ini sungguhlah unik karena mereka menggunakan perpaduan adat Mandailing dan Tapanuli! Selain itu, prosesi pernikahan ini cukup panjang hingga perlu dilangsungkan selama 4 hari lamanya!
Rendy dan Siti sudah saling mengenal sejak di bangku SMA dan berpacaran selama 9 tahun. Walaupun begitu, menurut Rendy mereka sempat putus di tahun 2012. Tetapi yang namanya jodoh, siapa yang tahu? Tahun 2014, tak disangka mereka pun kembali berhubungan.
Pada bulan Mei 2014, tiba-tiba Rendy mengajak Siti untuk survey venue pernikahan di Medan tanpa memberi tahu kedua orang tua mereka. Ketika itu mereka melihat ke 2 lokasi dan tanpa berpikir lama, mereka pun memutuskan Hotel Santika lah yang akan menjadi venue mereka nanti. Lucunya, setelah pulang dari melihat lokasi, barulah Rendy menyampaikan niatnya untuk menikahi kepada orang tuanya. Tentu saja orang tua Rendy kaget. Tapi yang membuat mereka lebih kaget adalah mereka tidak tahu siapa yang ingin Rendy nikahi karena selama ini yang mereka tahu adalah Rendy dan Siti sudah putus. Rendy pun akhirnya menceritakan bahwa ia sudah memilih Siti. Tentu saja hal ini disambut gembira oleh orang tuanya karena Siti memang sudah sangat disayang oleh ibu dari Rendy. Tetapi sebelum diberikan lampu hijau, Rendy mengaku ia diceramahi selama 2 jam mengenai kehidupan rumah tangga.
Prosesi pernikahan adat Mandailing dan Tapanuli ini dimulai dari hari Kamis hingga Minggu. Pada hari pertama, acara diadakan di masing-masing kediaman calon pengantin. Prosesi di hari pertama diawali dengan Manyombol Horbo (Pemotongan Kerbau) yang bermakna pemberitahuan kepada sanak saudara bahwa acara pernikahan akan dimulai.
Di hari yang sama, Rendy dan Siti juga mengadakan pengajian di kediaman masing-masing. Pada malam harinya, keluarga Rendy menjalani prosesi Mangalehan Mangan yang berarti pemberian makan terakhir berupa Upah-upah. Upah-upah sendiri adalah makanan kebesaran dari adat Tapanuli Selatan. Makna dari acara ini adalah pelepasan masa bujangan seorang pria batak oleh orang tuanya. Rendy mengaku bahwa acara ini sangatlah mengharukan karena ia diberikan nasihat oleh para tetua.
Acara hari kedua dimulai dengan upacara ijab kabul yang diadakan di rumah Siti. Setelah acara tersebut, Rendy dan Siti pun harus melanjutkan beberapa acara adat lainnya di kediaman Rendy. Akan tetapi sebelumnya mereka harus menjalani prosesi Penghambat Boru, yang di mana mereka akan “dihadang” oleh sepupu Siti.
Sesampainya di kediaman Rendy, Siti pun disambut dengan adat Menyantani dan kembali diberi makan Upah-upah. Setelah itu di malam harinya, mereka hari menarikan tari Tor-tor yang merupakan hadiah untuk kedua orang tua yang sudah membesarkan mereka. Rendy dan Siti mengaku tarian ini memiliki makna yang sangat dalam dan sebenarnya sangatlah sedih, apalagi dengan iringan lagu Gondang Sembilan yang dinyanyikan dalam bahasa Batak.
Ternyata prosesi pernikahan Rendy dan Siti tidak sampai di situ saja karena di hari Sabtu-nya mereka masih menjalani prosesi adat lainnya, yaitu Patuaekkon. Acara ini merupakan acara yang paling unik karena pengantin akan diarak beramai-ramai menuju sebuah sungai. Tetapi karena kemajuan zaman, maka sungai tersebut diganti dengan wadah yang berisi air. Acara ini bertujuan untuk memberi tahu warga sekitar bahwa di daerah mereka sedang berlangsung hajatan pernikahan.
Rendy pun bercerita bahwa pernikahan dengan adat yang sangat lengkap ini sangatlah menguras tenaga karena kebanyakan acara dimulai pada pagi hari dan diakhiri menjelang tengah malam. Kejadian yang tidak enak pun dialami pasangan ini karena ibunda dari Siti harus di-opname pada hari ketiga karena kecapaian.
Tidak hanya itu, Rendy juga harus memastikan bahwa team yang membantu dia dalam keseluruhan prosesi acara ini tetap sehat. Oleh karena itu, ia mendatangkan tim medis yang selalu standby agar stamina team tetap terjaga.
Akan tetapi walau pernikahan ini sangatlah melelahkan, Rendy dan Siti sangatlah puas dengan keseluruhan acaranya karena semuanya berjalan sesuai ekspektasi dan harapan.