Buat kamu yang sudah beberapa kali menghadiri pernikahan dengan konsep tradisional, pasti setuju jika setiap adat memiliki keunikan masing-masing. Adat Batak misalnya, ada satu prosesi yang menarik dan dilakukan di setiap pernikahan, yaitu prosesi
mangulosi atau memberikan ulos. Simak mangulosi: prosesi unik dalam pernikahan adat Batak selengkapnya di sini!
Kain Ulos
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai
mangulosi, kita berkenalan dulu dengan ulos itu sendiri. Ulos merupakan selendang tenun Batak yang biasa dipakai dalam upacara adat mulai dari pernikahan, kematian, kelahiran, sampai memasuki rumah. Awalnya, Ulos berfungsi sebagai selimut yang memberikan kehangatan, mengingat suku Batak hidup di area pegunungan dengan udara yang relatif dingin. Namun kemudian fungsi ulos ini berkembang menjadi identitas yang hadir di setiap acara adat kehidupan masyarakat Batak.
Fungsi Ulos
Berkembangnya fungsi Ulos membuat motif dan warnanya pun ikut beragam. Ulos yang digunakan saat upacara kelahiran berbeda dengan yang digunakan saat upacara kematian, maupun saat prosesi pernikahan. Kain ulos pun menjadi simbol atas doa dan harapan bagi orang yang mendapatkan ulos atau diulosi. Tradisi
mangulosi adalah proses mengalungkan kain Ulos mulai dari pundak hingga menutup tubuh bagian depan, menjadi simbol betapa orang yang mendapatkan ulos dilingkupi dengan segala doa-doa kebaikan.
Mangulosi sendiri memiliki makna memberi perlindungan dari segala gangguan. Prosesi ini dilakukan orang yang dituakan kepada kerabat yang memiliki
partuturan, kedudukan yang lebih rendah seecara adat, seperti orang tua pada anak.
Mangulosi pada Pernikahan
Pada pernikahan adat Batak sering kali
mangulosi menjadi prosesi yang paling memakan waktu lama dari keseluruhan acara. Mengapa? Karena bukan hanya pengantin yang diberikan atau dipakaikan Ulos, tetapi juga keluarga inti dari pasangan pengantin. Ini adalah bagian dari menerapkan sistem kemasyarakatan orang Batak yaitu
Dalihan na Tolu yang terdiri dari tiga unsur yaitu
hula-hula, boru dan
dongan tubu. Meski beberapa keluarga inti juga mendapatkan Ulos, tapi kedua pengantin tetap yang mendapatkan Ulos paling banyak. Tentu saja karena doa-doa terbaik ditujukan kepada pasangan pengantin sebagai bekal bagi mereka mengarungi bahtera rumah tangga. Karenanya, tak heran bila pasangan pengantin Batak bisa pulang membawa bertumpuk-tumpuk kain Ulos.
Prosesi Mangulosi
Prosesi
Mangulosi ini bisa memakan waktu lebih panjang lagi bila banyak tamu yang datang saat prosesi berlangsung. Iringan musik serta ekspresi bahagia penuh cinta serta kiriman doa dari orang-orang yang mengalungkan ulos memberikan kekuatan tersendiri bagi pengantin. Lalu, bagaimana proses
Mangulosi itu sendiri?
Memberikan Ulos pada Orang Tua Pengantin Pria
Proses
Mangulosi diawali dengan pemberian Ulos oleh orang tua pengantin wanita kepada orang tua pengantin pria. Prosesi ini dinarasikan sebagai penyerahan pengantin wanita kepada keluarga pengantin pria agar dapat diterima juga diperlakukan dengan penuh kasih sayang. Adapun Ulos yang digunakan adalah Ulos Passamot dengan pilihan motif Ulos Ragidup, Ulos Ragi Hotang, atau Ulos Sadum.
Memberikan Ulos pada Pengantin
Setelah memberikan Ulos kepada orang tua pengantin pria maka dilanjutkan dengan pemberian ulos kepada kedua pengantin. Sebuah prosesi yang penuh haru karena melambangkan orang tua pengantin wanita yang melepaskan anaknya dengan doa. Prosesi ini diiringi gondang Batak atau lagu Batak yang penuh dengan pesan-pesan orang tua mengantarkan anaknya memasuki fase pernikahan. Adapun jenis ulos yang diberikan kepada pengantin adalah Ulos Hela.Dinamakan Ulos Hela karena orang tua pengantin wanita memberikan ulos kepada menantu pria atau dalam bahasa Batak disebut hela. Ini menjadi simbol bahwa kedua pengantin sudah resmi “diikat” menjadi pasangan suami-istri dan orangtua menyelimuti keduanya dengan doa-doa kebaikan. Selain ulos, orang tua pengantin wanita juga memberikan
mandar atau sarung kepada pengantin pria. Sarung ini akan dipakai ketika keluarga pengantin wanita menggelar acara adat lainnya, maka menantu laki-laki berperan sebagai
parhobas.
Pemberian Ulos kepada Saudara Lelaki Pengantin Pria yang Sudah Menikah
Prosesi dilanjutkan oleh keluarga pengantin wanita kepada saudara laki-laki pengantin pria yang sudah menikah. Kain yang digunakan dinamakan Ulos Pamarai dan jenis ulos yang dapat diberikan adalah Ulos Ragi Hotang. Keluarga pengantin wanita juga memberikan ulos kepada saudara laki-laki dari ayah pengantin pria dan ulosnya dinamai Ulos Sijalobara. Keluarga pengantin wanita kemudian melanjutkan dengan memberi Ulos Si Hutti Ampang kepada saudara wanita pengantin pria. Jika pengantin pria tidak memiliki saudara kandung wanita maka diberikan kepada tantenya. Jenis ulos yang diberikan adalah Ulos Sadum.
Pemberian Ulos oleh Saudara dari Ibu Pengantin Pria
Setelah itu pemberian ulos kembali diberikan kepada pengantin oleh saudara pria (Tulang atau paman) dari ibu pengantin pria. Ulos yang diberikan dinamakan Ulos Tintin Marangkup. Karena dalam budaya Batak, idealnya pengantin pria menikahi seorang wanita dari Tulangnya. Maka pemberian ulos Tulang kepada pengantin menjadi simbol bahwa pengantin wanita telah dianggap sebagai anaknya sendiri.
Penyerahan Ulos Holong
Pemberian Ulos-Ulos tersebut bisa dibilang adalah inti dari prosesi
Mangulosi yang kemudian akan dilanjutkan pemberian Ulos kepada keluarga pengantin pria. Tapi sebelumnya dilanjutkan dulu dengan pemberian Ulos Holong, yaitu Ulos yang diberikan keluarga besar pengantin wanita kepada kedua pengantin. Biasanya disepakati berapa banyak yang akan memberikan Ulos Holong ini.
Pemberian Ulos Tonun Sodari
Baru kemudian diberikan Ulos Tonun Sodari kepada keluarga pengantin pria yang belum mendapatkan Ulos dari keluarga pengantin wanita. Selain berbentuk Ulos, pemberian tonun sodari juga bisa berbentuk uang dalam amplop yang kemudian disebut sebagai pengganti Ulos.Prosesi
Mangulosi ini bisa menjadi prosesi yang panjang mengingat tidak boleh ada yang terlewat, sehingga daftarnya pun bisa menjadi lebih panjang dari rencana semula. Itulah Mangulosi: prosesi unik dalam pernikahan adat Batak.
Photo : AA Fotografi